Ibnu Khaldun, Ilmuwan Muslim Ahli Sosiologi, Ekonomi dan Sejarah Lahir di Tunisia

ASSAJIDIN.COM — Ibnu Khaldun merupakan ilmuwan muslim. Ahli sejarah, ekonomi da sosiologi yang lahir di Tunisia.
Dalam buku berjudul “Biografi Ibnu Khaldun” yang ditulis Muhammad Abdullah Enan, Al-Muqaddimah menjadi salah satu karya orisinil yang mencatat sistem baru dalam memahami dan menjelaskan gejala-gejala sosial dan juga memahami, mengkritik serta menganalisis sejarah.
Al-Muqaddimah atau Mukadimah hingga kini juga menjadi karya paling populer dari Ibnu Khaldun.
Bahkan CEO Facebook Mark Zuckerberg juga membaca dan terpesona dengan pemikiran Ibnu Khaldun.
Pemikiran Ibnu Khaldun
– Sosiologi
Ibnu Khaldun dianggap memiliki pemikiran yang sejalan dengan ilmu sosiologi. Menurutnya, sosiologi masyarakat Arab dibagi menjadi tiga tingkatan.
Tingkatan pertama adalah masyarakat primitif atau wahsy, yang belum mengenal peradaban, hidup berpindah-pindah dan liar.
Tingkatan kedua adalah masyarakat pedesaan, yang telah hidup menetap meskipun dengan amat sederhana.
Pada tingkat kedua ini, Ibnu Khaldun menjelaskan bahwa kebanyakan mata pencaharian masyarakatnya adalah pertanian dan peternakan.
Dan pada tingkatan akhir atau ketiga, Ibnu Khaldun menyebutnya dengan masyarakat kota.
Ia berpendapat bahwa masyarakat kota adalah masyarakat yang berperadaban dengan bukti dari mata pencahariannya berupa perdagangan dan industri.
Selain itu tingkat ekonomi dan kebudayaan yang tinggi juga menjadi acuannya.
– Ekonomi
Selain sosiologi, Ibnu Khaldun juga mencurahkan pemikirannya tentang ekonomi dalam kitabnya Muqadimmah.
Ibnu Khaldun berpendapat ekonomi timbul karena kebutuhan manusia yang tak terbatas. Sedangkan barang-barang yang memuaskan kebutuhan manusia sangat terbatas.
Oleh karena itu, ia berpandangan untuk memecahkan persoalan ekonomi harus dipandang dari dua sisi, yaitu sudut pandang tenaga (weird arbeid) dan sudut pandang penggunaannya.
Dari sudut pandang tenaga dibagi lagi ke dalam dua bagian, yaitu:
– “Ma’sy” (penghidupan): tenaga sebagai alat mengerjakan barang untuk memenuhi kebutuhan sendiri.
– “Tamawwul” (perusahaan): tenaga untuk mengerjakan barang untuk memenuhi kebutuhan banyak orang.
Pembagian tersebut didasarkan pada perkataan dalam Al Quran, salah satunya adalah kata “ma’asy” yang terdapat dalam Surat An-Naba’ ayat 11.
وَّجَعَلۡنَا النَّهَارَ مَعَاشًا
“Dan Kami menjadikan siang untuk mencari penghidupan.”
Perkataan dalam Alquran tersebut digunakan untuk menunjukkan perlunya manusia menggunakan tenaga dalam mencukupi kebutuhannya.
Sedangkan dari sudut pandang penggunaan dibagi ke dalam 2 bagian, yaitu:
Pertama adalah “rizqy” yang kegunaannya untuk kepentingan sendiri.
Kedua adalah “kasab” yang kegunaannya untuk kepentingan orang banyak.
Karya
Salah satu karya terbesar Ibnu Khaldun adalah Kitab Al-‘Ibar wa Diwan al-Mubtada’wa al-Khabar fi Ayyam al-‘Arab wa al-‘Ajam wa al-Barbar atau yang biasa dikenal Kitab Al-‘Ibar.
Kitab tersebut terdiri atas tujuh jilid, di mana Kitab Muqqadimmah menjadi pengantar, Al-‘ibar sebagai isi, dan Al-Ta’rif menjadi bagian penutup dari kitab karangan Ibnu Khaldun.
Muqadimmah merupakan rujukan terkait historiografi atau periodesasi sejarah saat Eropa masih dalam kegelapan dan terbelakang dalam hal ilmu pengetahuan.
Karena kitab ini sangat tebal, pada bagian Muqadimmah pun terdapat pokok-pokok pembahasan.
Adapun pokok-pokok dari Kitab Muqadimmah adalah terkait peradabaan dan kebudayaan manusia, kehidupan sosial ekonomi Suku Badui, dan bangsa pengembara.
Selain itu, dibahas pula terkait tata negara dan pemerintahan, serta sebab muncul dan runtuhnya suatu negara.
Lalu, pembahasan terkait kehidupan sosial ekonomi wilayah perkotaan dan pedesaan, serta pembahasan perekonomian suatu negara.
Biografi
Pemilik nama lengkap Abu Zayd ‘Abd al-Rahman ibn Khaldun, lahir di Tunis pada 27 Mei 1332. Ia berasal dari keluarga terpandang yang dapat menikmati pendidikan di masa mudanya dengan baik.
Namun kenikmatan itu berakhir usai orang tuanya meninggal saat Wabah Hitam melanda Tunis pada tahun 1349. Sehingga ia harus berjuang sendiri untuk membangun dirinya dalam berkarier.
Pada usianya yang ke-20 tahun, ia diberi jabatan di istana Tunis dan kemudian menjadi sekretaris Sultan Maroko di Fez. namun di akhir tahun 1350-an, dia dipenjara selama dua tahun karena dicurigai ikut serta dalam pemberontakan.
Setelah dibebaskan dan dipromosikan oleh penguasa baru, dia kembali tidak disukai, dan Ibnu Khaldun memutuskan untuk pergi ke Granada.
Sesampainya di sana, ia bekerja untuk Perdana Menteri Granada bernama Ibnu al-Khatib yang sekaligus teman baiknya.
Setahun kemudian dia dikirim ke Seville untuk membuat perjanjian damai dengan Raja Pedro I dari Kastilia.
Setelah menjalankan tugas tersebut, desas-desus ketidaksetiaan Ibnu Khaldun kepada penguasa Granada berdampak buruk pada persahabatannya dengan Ibn al-Khatib.
Atas kejadian itu, Ibnu Khaldun kembali berpindah menuju Afrika dan bekerja di berbagai pos administrasi.
Pada tahun 1375, Ibnu Khaldun mencari perlindungan dari lingkungan politik yang penuh gejolak dengan suku Awlad ‘Arif.
Mereka menempatkan Ibnu Khaldun dan keluarganya di sebuah kastil di Aljazair, di mana dia menghabiskan empat tahun menulis Muqaddimah.
Tidak berselang lama, ia pun kembali ke Tunisia dengan tujuan untuk menetap disana.
Namun tujuannya itu mengalami kegagalan lantaran penguasa dari tanah kelahirannya itu mendorongnya untuk pergi lagi.
Berbekal pendidikannya yang tinggi, Ibnu Khaldun pun berpindah ke Mesir dan mencoba mengajar di Perguruan Tinggi Qaumiyyah di Kairo.
Berkat pengalaman dan kedalaman ilmunya, ia pun diangkat menjadi hakim ketua ritus Maliki, salah satu dari empat ritus Islam Sunni yang diakui.
Saat berada di Mesir, sebagian besar waktunya digunakan untuk mengajar dan melakukan berbagai penelitian.
Selain itu Ibnu Khaldun juga melakukan ziarah ke Mekah dan dua perjalanan ke Damaskus, yang mana kedua perjalanan tersebut disebabkan oleh kampanye Faraj melawan Tamerlane pada tahun 1400.
Tamerlane pun pernah mengundang Ibnu Khaldun untuk mengunjungi kampnya. Sebagian besar percakapan keduanya berkutat pada isu kondisi politik Mesir dan Maghreb.
Sisa perjalanan hidup dari Ibnu Khaldun memang relatif lancar. Dalam kisahnya, ia meninggal pada tahun 1406 dan dimakamkan di salah satu pemakaman gerbang utama Kairo. (Dari berbagai sumber)