Mengobati Hati dari Kekuasaan Nafsu
Assajidin.com – Adalah* Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah,* dalam kitabnya *Maktabah Raudhatul Muhibbin//*, memberikan penjelasan soal bagaimana hati yang ditelikungi oleh kekuasan nafsu. Sesungguhnya, seluruh penyakit hati tiadalain berasal dari kekuasaan nafsu.
Materi-materi yang rusak selalu bersumber dari nafsu, lalu daripadanya menyebar ke seluruh anggota tubuh. Dan yang pertama kali diserang adalah hati. Bila telah demikian, karena manusia sumber kekuatannya adalah hati, maka terlenalah ia dan takluk oleh hawa nafsu.
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam khutbah hajahnya bersabda, //”Segala puji bagi Allah, kita memohon pertolongan, petunjuk dan ampunan-Nya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan-kejahatan nafsu kita dan keburukan-keburukan perbuatan kita.” //
Ibnu Qoyyim juga mengutif riwayat At-Tirmidzi, Nasa’i, Abu Daud, Ibnu Majah, Ahmad, Rasulullah telah berlindung dari kejahatan nafsu secara umum, dan dari apa yang lahir daripadanya berupa berbagai perbuatan, serta berlindung dari kejahatan berupa hal-hal yang dibenci dan siksa yang merupakan akibat daripadanya.
*Mohon Pertolongan*
Beliau meng-himpun antara permohonan pertolongan dari kejahatan nafsu dengan permohonan pertolongan dari keburukan-keburukan perbuatan. Karena itu, di dalamnya ada dua alternatif pengertian:
//Pertama,// ia merupakan masalah penyandaran macam kepada jenisnya. Artinya, aku berlindung kepada-Mu dari macam perbuatan-perbuatan ini.
//Kedua//, maksudnya adalah siksaan-siksaan karena berbagai per-buatan yang mengakibatkan buruk pemiliknya.
Pada pengertian ini berarti ia berlindung dari sifat nafsu dan perbuatannya. Dan ia berlindung dari siksaan dan sebab-sebabnya. Dan perbuatan buruk termasuk dalam kejahatan nafsu, tetapi pertanyaannya adalah apakah pengertiannya, (aku berlindung kepada-Mu dari) keburukan yang menimpaku karena balasan dari perbuatanku atau karena perbuatanku yang buruk?
Orang-orang yang menuju jalan Allah, dengan berbagai perbedaan jalan dan cara mereka, sepakat bahwa nafsu adalah pemutus bagi ter-hubungnya hatiuntuk sampaikepada Allah. Allah tidak akan memasuk-kan dan menyambungkan hah’ itu kepada-Nya kecuali setelah nafsu itu dibunuh, ditinggalkan, diselisihi dan dikalahkan.
*Hindari Hubbuddunya*
Dan manusia terdiri dari dua macam: Pertama, orang yang dikalahkan nafsunya, sehingga ia bisa dikuasai dan dihancurkan nafsunya, ia pun tunduk padaperintah-perintah nafsunya. Kedua, orang yang bisa mengalahkan dan memaksakan nafsunya, sehingga nafsu itu pun tunduk pada perintah-perintahnya.
Dalam tulisan Ibnu Qoyyim, Nafsu menyeru kepada kedurhakaan dan mengutamakan dunia, sedangkan Tuhan menyeru hamba-Nya agar takut kepada-Nya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya. Dan hati di antara dua penyeru itu, terkadang ia condong kepada penyeru ini, dan terkadang pula condong kepada penyeru yang lain.
Dan inilah tempat ujian dan cobaan. Dan Allah telah menyifati nafsu dalam Al-Qur’an dengan tiga sifat: Muthma’innah, al-ammarah bis suu’ dan lawwamah. Jika nafsu tentram kepada Allah, tenang dengan berdzikir dan kembali kepada-Nya, rindu bertemu dengan-Nya, senang dekat dari-Nya maka ia adalah nafsu muthma’innah.
Dan kepada nafsu inilah dikatakan, //”Hat nafsu muthma’innah. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.//” (Al-Fajr: 27-28).
Ibnu Abbas berkata, //”Hai nafsu muthma’innah”.// Artinya, //hai jiwa yang percaya//.” Qatadah berkata, “Ia adalah jiwa yang beriman, jiwanya tenang dengan apa yang dijanjikan Allah.” Al-Hasan berkata, ‘Yang me-rasa tenang dengan apa yang difirmankan Allah, dan percaya dengan yang difirmankan.” Mujahid berkata, “Ia adalah jiwa yang kembali dan tunduk kepada Allah dan yakin bahwa Allah adalah Tuhannya, ia merasa tenang dengan perintah-Nya dan dengan mentaati-Nya, serta dia yakin pasti berjumpa dengan-Nya.(*)
Penulis: Bangun Lubis