PBB Sebut Gaza adalah ‘Neraka Bumi’, tapi Tak Mampu Mendamaikan

ASSAJIDIN.COM — Orang-orang mencari perlindungan setelah dimulainya kembali pemboman Israel di Rafah di Jalur Gaza selatan pada 1 Desember 2023, ketika pertempuran pecah tak lama setelah berakhirnya gencatan senjata tujuh hari antara Israel dan militan Hamas.
Gencatan senjata sementara antara Israel dan Hamas berakhir pada tanggal 1 Desember, dengan tentara Israel mengatakan operasi tempur telah dilanjutkan, menuduh Hamas melanggar jeda operasional.
Serangan Israel ke Gaza sudah memasuki hari ketiga pasca gencatan selama tujuh hari dengan Kelompok Pejuang Palestina, Hamas berakhir.
Atas berakhirnya gencatan senjata itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan pada hari Sabtu (2/12/2023) bahwa pertempuran tersebut akan kembali memperburuk keadaan, khususnya terkait dengan darurat kemanusiaan yang ekstrim di Gaza.
“Neraka di Bumi telah kembali ke Gaza,” kata Jens Laerke, juru bicara kantor kemanusiaan PBB di Jenewa, mengutip Aljazeera, Minggu (3/12/2023).
“Hari ini, dalam hitungan jam, sejumlah orang dilaporkan tewas dan terluka. Keluarga-keluarga diminta untuk mengungsi lagi. Harapan pupus,” kata kepala bantuan PBB Martin Griffiths, seraya menambahkan bahwa anak-anak, perempuan dan laki-laki di Gaza tidak memiliki tempat yang aman untuk pergi dan hanya memiliki sedikit tempat untuk bertahan hidup.
Hind Khoudary dari Al Jazeera di Deir el-Balah, Gaza tengah, mengatakan bahwa tank-tank Israel tidak berhenti menggempur daerah di wilayah Gaza tersebut dan kapal-kapal tempur menyerang garis pantainya.
“Rumah-rumah telah menjadi sasaran. Setidaknya tiga masjid terkena serangan. Daerah-daerah di seluruh Jalur Gaza – utara, selatan dan tengah – semuanya menjadi sasaran.”
Tentara Israel mengatakan pada hari Sabtu bahwa mereka menghantam lebih dari 400 target dalam semalam, termasuk di daerah Khan Younis di selatan, tempat puluhan ribu warga sipil dievakuasi selama sebulan terakhir.
Hingga kini PBB tak mampu berbuat bnyak untuk mendamaikan perang tersebut. Yang menderita adalah rakyat. (*/Sumber cnbc)