MOZAIK ISLAM

Jauhi Menyekutukan Allah, Ustadz Faizar : Cari Pesugihan? Datanglah ke Masjid

AsSAJIDIN.COM  — Melihat fenomena terutama bagi orang-orang di pedalaman masih banyak yang mempercayai hal-hal mistis seperti mempercayai dukun, pesugihan dan lainnya yang menyekutukan Allah subhana wata ‘allah.

Ustadz Muhammad Faizar dalam podcast akun youtube Vertizone TV mengatakan kepercayaan masyarakat masih bajyak sekali yang percaya sama dunia perdukunan, dunia ramal, tuyul dan semisalnya.

Ia mengatakan pernah terjadi di zaman Nabi Muhammad SAW dalam beberapa hadist seperti Ubay bin Ka’ab yang memergoki jin seperti anak kecil mengambil biji kurma didalam wadahnya pada malam hari.

Kemudian Abu Hurairoh dalam riwayat Imam Bukhori, menangkap jin seperti anak keci yang mengambil kurma untuk zakat ketika bulan ramadan. Hal ini mengartikan bahwa jin dapat mengambil barang untuk dicuri.

Dalam surat An Naml ayat 39 menjelaskan ‘Ifrit dari golongan jin berkata, “Akulah yang akan membawanya kepadamu sebelum engkau berdiri dari tempat dudukmu; dan sungguh, aku kuat melakukannya dan dapat dipercaya.”(QS An Naml 39)

“Ini menunjukkan bahwa jin atau sejenisnya mampu untuk mencuri atau mengambil benda-benda yang berada di alam manusia,di Indonesia biasa di sebut jin tuyul,”jelasnya.

Tidak jauh berbeda dengan manusia, misalkan, Uang kita di tutup di lemari dengan tisu dan tisu dibacakan dengan lafadz ‘Bismillah’, Jin tidak mampu untuk membuka. Asalkan membaca bismillah dengan kesungguhan hati bahwa keyakinan pada Allah bukan hanya sekedar membaca formalitas saja.

Lihat Juga :  Kandungan dan Keutamaan Surah Yasin

“Kecuali memang ada dengan ilmu sihir yang lebih tinggi lagi,”katanya yang pula Founder Arsyada Yadaka Indonesia.

Adapun ustadz faizar menjelaskan Jangan pernah tergiur dengan omongan dan iming-iming seseorang untuk hidup kaya dengan cepat.

“Sesuatu kebahagiaan yang digapai dengan instant dan haram itu cepat hilang dan mendapatkan sengsara yang abadi,”pesannya.

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka sungguh, dia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An Nisa: 48).

Disebutkan dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda: “Maukah kalian aku beri tahu apa dosa besar yang paling besar. “Beliau mengulang tiga kali. Para sahabat menjawab, “Tentu, wahai Rasulullah.” Lalu Rasulullah bersabda, “Yaitu menyekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua. “Saat itu beliau bersandar lalu duduk dan melanjutkan, “Juga, kesaksian palsu, kesaksian palsu,” Begitu Rasulullah mengulang ulang sampai kami mengatakan,” andai beliau menghentikannya.” (HR. Bukhari Muslim).

kesyirikan adalah penghapus amalan shalih. Hal tersebut berlaku sejak jaman para Nabi dan Rasul terdahulu. Dalam surah Al An’am ayat 88 “Itulah petunjuk Allah, dengan itu Dia memberi petunjuk kepada siapa saja di antara hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki. Sekiranya mereka mempersekutukan Allah, pasti lenyaplah amalan yang telah mereka kerjakan.”

Lihat Juga :  Kongres Nasional XII AJI di Palembang dihadiri Peserta Hingga dari Luar Negeri

Dengan jelas Allah Subhana wa ta’Allah memperingati bahwa siapapun yang menyekutukan Allah maka akan di bumihanguskan amal sholeh nya.

“Telah diwahyukan kepada Engkau Muhammad dan kepada Nabi-nabi sebelumnya, jika kamu berani menyekutukan ku, akan di bumi hanguskan amalan-amalan sholehmu dan kamu termasuk orang merugi,”katanya

“Hal ini seharusnya membuat kita manusia umat islam lebih takut. Kita sebagai manusia yang surganya belum jelas, dosa-dosa belum tentu sepenuhnya di ampuni meskipun kita mengharapkan besar ampunan Allah. Kedepannya kita tidak pernah tau apakah iman makin besar dihati atau tidak. Maka hati-hati,”katanya.

Ia menambahkan, jangan sampai karena alasan terjepit ekonomi maka menggadaikan keimanannya.

Dan bagi kaum muslimin memiliki peran yang penting juga karena orang-orang yang melakukan persugihan ialah orang yang terhimpit ekonomi. Maka, Jadikanlah masjid dan juga kajian-kajian Islam ini sebagai sesuatu yang hidup dan menghidupi kaum muslimin.

“Bukan hanya menghidupkan diri dan jamaah sendiri, tetapi menghidupkan pula kaum muslimin secara luas sehingga praktek persugihan tidak lagi dibuuhkan. Cari persugihan datanglah ke masjid. Caranya dengan banyak istifhfar, banyak shadaqoh dan melakukan kewajiban-kewajibannya se sempurna mungkin,”pesannya. (*/tri jumartini)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button