4 Persoalan Masih Jadi Masalah Kota Palembang
ASSAJIDIN.COM — Akhir masa jabatan Walikota Palembang Harnojoyo dan Wakil Walikota Palembang Fitrianti Agustinda, masih menyisakan beberapa persoalan.
Empat persoalan di Kota Palembang ini nampaknya masih terus jadi masalah dari tahun ke tahun, yang perlu dilakukan perencanaan untuk dituntaskan mengingat perkembangan kota yang pesat agar tidak semakin crowded jika lambat ditangani.
Kepala Bappeda Litbang Kota Palembang, Harrey Hadi, mengatakan, Kota Palembang memiliki 4 persoalan pokok, yaitu sampah, macet, banjir dan kumuh.
“Permasalahan ini sebenarnya bukan hanya terjadi di Kota Palembang saja tapi juga kota-kota besar lainnya di Indonesia,” katanya, Jum’at (15/9/2023).
Harrey menjelaskan, untuk perencanaan penuntasan permasalahan ini, sebenarnya sudah ada yang tahapnya berjalan.
Seperti soal sampah melalui penyelesaian dengan cara dari hulu ke hilir (hilirisasi) yang sedang on progres.
“Sampah Palembang 1.200 ton per hari, ada investasi swasta melalui Perpres Palembang kota pilot project untuk pengolahan sampah dengan sistem incenerator,” katanya.
Melalui sistem hilirisasi sampah ini, maka minimal 1.000 ton terbakar per hari (untuk penanganan di hilir), sehingga timbulan sampah yang dapat terselesaikan dari ini mencapai 1.000 ton setiap harinya.
“Kemudian sisa yang tidak masuk ke incenerator, di kelola di bagian hulu. Yang mana Kota Palembang dalam hal ini mendapat hibah dari Kemendagri dengan nilai Rp101 miliar Dengan syarat, Kota Palembang menyiapkan lahan minimal 4 hektare,” katanya.
Untuk hibah dari Kemendagri ini Palembang juga sudah ada, yaitu TPA Sukawintan. Dimana dimana di hulu ini nanti akan melakukan proses pemilahan, hingga pelibatan bank sampah dalam mengatasi timbulan sampah yang tidak masuk ke Incenerator.
Soal kemacetan, Kota Palembang secara infrastruktur transportasi sudah lengkap baik itu jalur sungai, darat, kereta ringan (LRT) dan udara.
“Pembangunan sistem transportasi, Palembang sudah punya LRT untuk memperkuat penggunaan LRT ini juga sudah didukung dengan kendaraan feeder yang bahkan saat ini masih digratiskan, hanya tinggal bagaimana angkutan feeder ini bisa diperbanyak lagi,” katanya.
Kemudian, persoalan banjir diakui masih jadi persoalan walaupun sudah ada pompanisasi Sungai Bendung, tapi belum maksimal.
“Ini karena terkait dengan pembangunan infrastruktur yang belum teratur menyebabkan penyempitan saluran dan lainnya sehingga genangan masih menjadi persoalan,” katanya.
Sementara soal kumuh, bantaran sungai jadi konsentrasi wilayah yang cukup sulit di tangani. Berkaitan dengan penyelesaian kumuh juga, dari bidang sanitasi Palembang untuk melengkapi program 100-0-100 (100 persen air bersih, 0 persen kumuh dan 100 persen sanitasi layak melalui IPAL Sei. Selayur.
“IPAL sudah lama, dan palembang terbesar melengkapi program 100-0-100, inj hibah dari Australia berupa IPAL terpadu sehingga air limbah tidak lagi ke safety tank tapi dikelola di IPAL,” katanya. (pitria)