One Day One Hadist : Sabar dalam Bergaul
ASSAJIDIN.COM — Islam mengatur tata cara dan adab-adab dalam bergaul. Salah satunya, harus menahan diri agar tidak berlebihan jangan sampai ia menyakiti temannya. Sebaliknya, ia harus bersabar jika ia yang tersakiti.
Rasulullah ﷺ, yakni beliau bersabda:
عن عبد الله بن عمر رضي الله عنهما عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: «المؤمن الذي يخالط الناس، ويصبر على أذاهم خير من الذي لا يخالط الناس ولا يصبر على أذاهم».
[صحيح] – [رواه الترمذي وابن ماجه وأحمد]
Abdullah bin Umar -raḍiyallāhu ‘anhumā- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam-, beliau bersabda, “Orang Mukmin yang bergaul dengan manusia dan sabar atas gangguan mereka, lebih baik dari orang Mukmin yang tidak bergaul dengan manusia dan tidak sabar atas gangguan mereka.”
Hadis sahih – Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah
Hadis ini merupakan dalil keutamaan bergaul dengan manusia dan berkumpul dengan mereka. Orang Mukmin yang bergaul dan berkumpul dengan manusia dan sabar dengan gangguan yang menimpa mereka disebabkan nasihat dan pengarahannya kepada mereka, lebih utama dari orang Mukmin yang tidak bergaul dengan manusia.
Bahkan tidak duduk di majelis mereka dan menjauh dari mereka atau hidup sendirian karena mereka tidak sabar terhadap gangguannya.
Hadits ini memberikan jalan kepada kita, bahwa bergaul itu tidak dilarang. Namun, harus membawa maslahat kebaikan. Salah satunya, dengan bersabar, dan tentunya juga memperhatikan adab-adab dalam pertemanan. Misalnya, menghormati lawan bicara, memberikan kesempatan kepada yang lain berpendapat, tidak mendominasi, menerima pendapat orang lain, siap dikritik, dan sebagainya.
Yang lebih utama lagi, memilih teman yang baik dalam pergaulan juga lebih utama. Misalnya, teman yang mengingatkan kita shalat berjamaah, ramah, gemar beramal saleh, dan menghindari larangan-larangan dalam Islam. Karena teman yang baik akan membawa suasana pergaulan jitabkw arah yang lebih baik, dan begitu juga sebaliknya. Selain itu, misalnya, tidak berghibah, tidak berdusta, dan tidak bersiasat dan berkompromi dalam perbuatan yang tidak bermanfaat. Terlebih dalam kejahatan.
Jika adab-adab dalam pergaulan sudah dijalankan, tetapi masih ada juga yang menyakiti kita, maka kuncinya adalah sabar. Misalnya, dalam lingkungan perumahan, tetangga, kampung, sekolah, atau tempat kerja, tentu tidak baik jika kita terus menerus menghindar dari pergaulan mereka. Kalau pun ada yang menyakiti dari pergaulan tersebut, maka bersabarlah. Itu lebih baik daripada kita tidak ikut bergaul sama sekali.
Hal itu jelas disebutkan dalam hadits di atas. Jika ingin selamat, maka jalan terbaik adalah jalan tengah, yakni sebaik-baik sebuah urusan adalah pertengahan. Namun ingat, pesan bahwa “Sebaik-baik perkara adalah yang pertengahan,” bukanlah Hadits namun dari ucapan Mutharrif bin Abdullah dan Yazid bin Murrah AlJu’fi, juga diriwayatkan dari ucapan Abu Qilabah dan Ali radhiyallahu’anhu. Wallahu a’lam. (*)