SIT Al Furqon Berkomitmen Cetak Generasi Unggul Dengan Tetap Menjaga Mutu dan Kurikulum Serta Meningkatkan Kualitas SDM
ASSAJIDIN.COM, PALEMBANG – Sekolah Islam Terpadu Al Furqon Palembang akan selalu berkomitmen mencetak generasi Islami yang unggul. Berbagai cara dilakukan SIT Al Furqon dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) terutama tenaga pengajar.
Kepala Litbang dan Kepegawaian SIT Al Furqon, Ir. Salamah, M.P, C.GR mengatakan, Sekolah Islam Terpadu (SIT) Al Furqon awal sejarah berdirinya adalah diawali dengan tumbuhnya pengajian pada tahun 2002. Jadi dulu itu ada gedung disini yang berkontribusi untuk mendidik beberapa santri yang berasal dari masyarakat dan siap karya.
“Jadi mereka itu dibina dan dari situlah akhirnya didirikan gedung dan dibuatlah SIT Al Furqon pada tahun 2003,” ujarnya saat diwawancarai di kantornya.
Lebih lanjut Salamah menuturkan, diawali ada ruko di depan untuk pendaftaran dan lainnya. Kemudian dibuatlah yang namanya penyelenggaraan Sekolah Islam Terpadu (SIT) Al-Furqon ada TK dan SD SIT Al Furqon Palembang. Kemudian, dibuatlah gedung untuk TK dan SD SIT Al Furqon.
“Karena kita sekolah baru, dan sebelum SIT Al Furqon sudah ada SIT lainnya, tentu ada kendala yang dihadapi. Namun waktu itu kita bangkit lagi, apalagi saat itu orang tua yang lebih menyadari pentingnya pendidikan Islam bagi anak-anaknya. Sehingga dengan hadirnya SIT Al Furqon ini seperti memfasilitasi harapan orang tua agar anak-anak itu bersekolah yang mempunyai nuansa keislaman. Sehingga orang tua merasa terbantu untuk mendidik anak-anaknya terutama keislamannya. Jadi memang SIT sudah mulai tumbuh tahun 2000-an,” bebernya.
Apalagi, sambung dia, saat itu mulai bermunculan tentang ESQ Leadership Center atau sering disingkat sebagai ESQ LC, adalah lembaga pelatihan sumber daya manusia yang bertujuan membentuk karakter melalui penggabungan 3 potensi manusia yaitu kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual. Kemudian, ada Darul Tauhid dan lainnya.
“Sehingga kita akhirnya diberikan amanah untuk bisa menyelenggarakan SIT. Awalnya TK dan SD, setelah itu disini ada Yayasan sendiri akhirnya membuat sudah ada masjid, ada bangunan baru dan lain-lain. Kemudian tahun 2007 dibangun di Jalan HBR Motik untuk gedung SMP dan tahun 2008 sudah mulai operasional.”
Seiring berjalan waktu, kemudian disusul dengan pembangunan untuk gedung Asrama dan SMA. Sampai akhirnya berlangsungnya penyelenggaraan pendidikan untuk semuanya.
“Tentunya kita ada hal yang harus kita jadikan target pendidikan seperti visi misi dan Al Furqon menjadi sekolah rujukan, dan menjadi bagian dari peradaban dan pembangunan masyarakat Islam, serta menjadi salah satu sekolah yang bisa memberikan kontribusi untuk masyarakat pada umumnya,” katanya.
“Dari situ kita membentuk ada unit-unit dari TK, dan SD. Kemudian kita buat playgroupnya, dan kita buat SMP, Asrama dan SMA. Insya Allah dalam waktu dekat kita akan membuat Sekolah Tinggi Ilmu Al Qur’an. Itu semua bagian daripada kita untuk membantu dunia pendidikan, terutama bagian keislamannya. Sehingga kita bisa menjadi salah satu bagian atau elemen masyarakat yang bergerak di bidang pendidikan,”tuturnya.
Ketika ditanya apa yang membedakan SIT Al Furqon dengan SIT lainnya, Salamah menerangkan, Al Furqon artinya pembeda.
“Yang membedakan kita dari Sekolah Islam Terpadu adalah sekolah Islam itu macam-macam ada SIT yang mengacu pada Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) Indonesia. Kemudian ada Sekolah Islam (SI), ada juga Sekolah Islam Integral. Untuk Al Furqon itu mempunyai pembedaan adalah kita tidak hanya menjual fasilitas, tapi kita menjual berkontribusi terhadap metode pembelajaran dan penanganan anak-anak. Kemudian merangkul orang tua dan SDM juga kita kuatkan,” bebernya.
Salamah mengungkapkan, pihaknya tidak hanya berpatokan pada fasilitas saja. Karena kalau berpatokan dengan fasilitas maka tentu akan terus merasa kurang.
“Tapi guru-guru dan seluruh pegawai itu kita sebut dengan tenaga kependidikan, kita semua, anggaplah semuanya adalah guru. Jadi kita di sini ada yang namanya Bina Pribadi Islam (BPI). Dimana setiap dari kita itu ikut kajian keislaman, jadi tidak hanya duniawi tapi juga akhirat kita harus capai. Kemudian kita paham karena ini dunia pendidikan tidak hanya guru, tapi juga ada security, maka semua harus belajar tilawahnya. Kemudian berbicara kepada anak-anak seperti apa kita menuju goalsnya, karena yang kita inginkan bahwa kita menjadi pribadi Islam yang seutuhnya,” ucapnya.
Selain itu, sambung Salamah, pembeda dengan SIT lainnya soal lomba banyak sekolah lain yang juara lomba. Kalau bicara fasilitas juga banyak yang wah.
“Tapi kalau SDM kita boleh bersaing. Karena fasilitas dan SDM kita serta cara penanganan anak-anak itu kita utamakan. Jadi anak-anak itu tidak hanya dikejar dengan target. Tetapi juga bagaimana anak-anak bisa berkomunikasi. Sehingga kita bisa memetakan potensi maupun permasalahan siswa, tentu dengan kondisi bahwa orang tua kita ini sebagian besar menghabiskan waktu untuk bekerja di luar. Tentu ada bagian yang penanganan anaknya itu mungkin di luar kemampuannya,” urainya.
“Jadi saat ada masalah di sekolah terkadang yang lebih respon ada yang bersamaan dengan anak-anak baik itu pengasuhnya atau baby sitter-nya atau kerabat dekatnya. Karena itu penanganan tertentu ini kita diamanahi ke bimbingan konselingnya memetakan potensi anak. Kalau siswa SMP dan SMA itu kepada jenjang karirnya berkonsultasi. Kalau SMA itu dari kelas 10 dan 11 itu sudah bisa berkonsultasi mau ke mana. Jadi bahan rujukan bagi orang tua siswa agar mendengarkan juga kemampuan atau potensi anak biar bisa lebih terarah lagi,” tuturnya.
Lanjutnya, sekarang sudah era digitalisasi. Sehingga untuk mengikuti perlombaan tidak harus menghadiri di tempat karena bisa berlomba secara daring. Jadi mengikutsertakan anak-anak tersebut sesuai dengan potensinya jadi tidak dipaksa.
” Memang dari hasil pengamatan observasi dan potensinya ada di bidangnya. Misal siswa potensinya di bidang seni tentu kita arahkan ke seni. Banyak hal jadi tidak harus juara olimpiade jadi disesuaikan dengan kemampuan anak. Karena kemampuan anak berbeda-beda itu juga harus dibantu support dari lingkungan rumahnya. Oleh karena itu biasanya persatuan orang tua murid itu dibagi dengan level-level dari kelas 1, kelas 2 dan seterusnya. Mereka juga mengadakan yang namanya pengajian agar selaras antara orang tua dan anak,” bebernya.
“Jadi orang tua yang kami dapatkan cerita pada saat anak misalnya kelas 1 dia sudah ada hafalan juz 30. Pada saat harus mengajari mungkin bisa saja mendatangkan guru privat ke rumah. Tapi paling tidak orang tua suatu waktu pasti ditanya oleh anaknya untuk murojaah Q.S An Naba. Jadi sama-sama belajar orang tua dan anak mungkin pada saat pergi sama-sama saat menunggu makanan yang dipesan. Jadi anak dan orang tua sama sama belajar,” tambah Salamah.
Kedepannya, lanjut Salamah, harapannya seluruh civitas di Al Furqon ini dunia akhirat mendedikasikan pekerjaan ini untuk bangsa ini.
“Karena kalau suka duka kita sebagai pendidik mungkin sudah paham. Paling tidak Allah bisa mencatat kontribusi ini sebagai ladang pahala buat kita semua. SIT Al Furqon berkomitmen sampai sekarang pun kami menjaga mutu dan kualitas kurikulum kita menjaganya, termasuk kualitas SDM kita jaga, serta perilaku kita bahkan di luar pun kita lumayan memantau perilaku tenaga SDM kita agar selaras. Artinya disaat kita menegur anak-anak kita yang mungkin belum sholat paling tidak gurunya sudah sholat, jadi harus memberikan contoh. Apalagi saat kita menegur tidak boleh melakukan hal yang tidak baik, kita pun sama orang dewasa pun harus mencontohkan itu. Memberikan tauladan jadi dengan demikian kami berharap sangat besar bahwa dunia pendidikan itu akan berjalan semakin baik. Apalagi tantangannya ke depan semakin berat, karena dunia ini yang kita hadapi ini bukan tidak hanya nyata tapi ada dunia maya. Oleh sebab itu, SDM kita pun harus dibekali dengan skill tentang dunia sehingga semua guru harus melek komputer. Bahkan office boy kita juga mengerti komputer. Di zaman sekarang tidak ada sekat lagi antara dunia nyata dengan dunia Maya. Jadi memang harus diberi edukasi kepada siswa dan seluruh tenaga pendidik dan SDM yang ada di Al Furqon,” bebernya.
Menurut Salamah, menjadi guru adalah pilihan. SIT Al Furqon berkomitmen untuk membentuk generasi ini untuk menjadi generasi penerus yang berakhlak, beradab dan memiliki kompetensi.
“Kita berkomitmen mencetak generasi unggul. Kalaupun suatu saat profesi guru itu digantikan oleh Artificial Intelligence (AI), atau kecerdasan buatan,kita pun masih tetap akan menjadi pribadi islami yang humanis. Dan syiar itu tetap harus jalan dengan platform media apapun. Oleh karena itu SIT Al Furqon juga aktif di media sosial ada podcastnya dan ada Youtube-nya. Mudah-mudahan itu tersebar dengan membentuk para guru dan pegawai itu menjadi penyiar Islam, karena apapun kalau kita paham maka akan kita sebarkan. Mudah-mudahan itu berkontribusi dan itu menjadi komitmen untuk kita semuanya,” tandasnya. (Yanti)