Pentingnya Mutaba’ah Mengikuti Alquran dan Hadits

AsSAJIDIN.COM — Seikhlas apapun amalan seseorang apabila dilakukan tanpa mutaba’ah atau mengikuti tuntunan dari Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam maka amalan tersebut tertolak. Hal ini sebagaimana sebuah hadits Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam:
مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا، فَهُوَ رَدٌّ
Artinya:
“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim)
Dijelaskan dalam Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, Ibnu Rajab Al-Hambali mengatakan, “Hadits ini adalah hadits yang sangat agung mengenai pokok Islam. Hadits ini merupakan timbangan amalan zhohir (lahir). Sebagaimana hadits ‘innamal a’malu bin niyat’ (sesungguhnya amal tergantung dari niatnya) merupakan timbangan amalan batin. Apabila suatu amalan diniatkan bukan untuk mengharap wajah Allah, pelakunya tidak akan mendapatkan ganjaran. Begitu pula setiap amalan yang bukan ajaran Allah dan Rasul-Nya, maka amalan tersebut tertolak. Segala sesuatu yang diada-adakan dalam agama yang tidak ada izin dari Allah dan Rasul-Nya, maka perkara tersebut bukanlah agama sama sekali.”
Syarat Mutaba’ah Seorang Dikatakan Benar.
Hendaknya setiap amalan yang diakukan untuk mendekatkan diri kepada Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā sesuai dengan apa yang disyariatkan oleh Allah dalam Alquran atau apa yang telah disyariatkan oleh Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam dalam sunnahnya. Setiap nash dari Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam tentang hukum satu perkara sama kedudukannya seperti nash dari Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā.
Oleh karena itu, wajib bagi setiap hamba untuk mengambilnya, mengikutinya serta tidak boleh menyelisihinya. Adapun syarat mutaba’ah pengikutan seorang muslim terhadap Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam dikatakan benar, adalah sebagai berikut:
Berpegang teguh dangan Alquran dan sunnah Rasul-Nya. Tidak berpecah dan berselisih tentang Alquran dan As-Sunnah.
Hendaknya mutaba’ah (ittiba’) atau pengikutan kepada Alquran dan As-Sunnah diikat dengan pemahaman salafus shalih, bukan dengan pemahaman yang lainnya.
Demikianlah pembahasan tentang mutaba’ah atau pengikutan kepada Allah dan Rasulullah Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam secara murni. Semoga Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā menjaga diri-diri kita di jalan yang Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā ridhai. (*/ sumber: bina qurani)