MOZAIK ISLAM

Kisah Dedi Ali Fikri, Arsitektur Masjid Al Fikri yang Menyerupai Ka’bah

ASSAJIDIN.COM — Sudah menjadi impian bagi setiap muslim untuk dapat melihat Ka”bah dan beribadah secara langsung ke tanah suci.  Mimpi dan keinginan itu pula lah yang menggerakkan hati seorang pria yang tinggal di Kampung Cikoneng, Desa Mukapayung, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat bernama Dedi Ali Fikri.

Berkat keinginannya yang luar biasa ini , kini warga Bandung dapat merasakan nuansa Mekkah kala beribadah di Masjid bernama Al Fikri.

” Saya terinspirasi untuk membangun masjid Ka’bah ini, karena kebetulan saya benar-benar ingin ke tanah suci. Namun apa daya, ya sebelum kesana kan tidak salah juga saya bentuk masjid ini menyerupai Ka’bah lagi pun ini nazar saya. Jadi sebelum Allah takdirkan ke tanah suci saya mau bikin masjid dulu,” cerita Dedi.

Begitu besarnya keinginan Dedi ke Tanah Suci untuk melihat langsung Ka’bah lalu dinazarkan dengan membangun masjid di Kampungnya.  Diketahui pula, Dedi bukanlah merupakan tokoh atau orang berada dikampungnya. Dia hanya sekedar pemuda biasa lulusan SMP yang menunaikan nazarnya.  Dan kebetulan di kampungnya ada masjid tua yang akan dipugar. Dari situ muncul ide Dedi untuk menggunakan desain Ka’bah ke masjid tersebut.

Sedikit demi sedikit, ia membangun masjid tersebut menggunakan uangnya. Seperti apa kisah lengkapnya hingga kini bisa mewujudkan nazarnya tersebut?

Lantunan azan menggema di langit sore Kampung Cikoneng, RT 02/15 Desa Mukapayung, Kecamatan Cililin,  Bandung Barat Provinsi, Jawa Barat (Jabar). Dari kejauhan, satu per satu warga yang mayoritas merupakan buruh tani menyusuri jalan bebatuan menuju rumah ibadah tersebut.

Berada di pelosok yang jauh dari hingar bingar kota, menjadikan masjid ini berdiri kokoh di atas lahan seluas 119 meter persegi. Masjid Al-Fikri dibangun dengan ornamen-ornamen kaligrafi dan replika hajar aswad yang didesain mirip seperti aslinya.

Lihat Juga :  Teladan dan Prinsip Kurdiyyah Binti Amr, Pelayan Sufi yang Menjadi Wali

Dedi Al-Fikri (46)penggagas masjid berbentuk Ka’bah ini menceritakan bagaimana ia memulai mendesain dan mengumpulkan uang untuk membangun masjid dan mendobrak stigma masyarakat bahwa sekolah tinggi tak menjadi jaminan untuk ahli melakukan sesuatu.

“Masjid ini dibangun tahun 2022 kemarin. Saya memang punya nazar pengin membangun masjid sebelum berangkat haji ke mekah. Bukan itu saja, saya merasa sangat prihatin akan kondisi masjid ini sebelumnya. Dulu masjid ini berukuran kecil, kumuh, gak layak buat tempat ibadah. Masjid ini perlahan diperbaiki sedikit demi sedikit menggunakan dana seadanya. Setidaknya sudah 3 kali perbaikan. Saya ingat nazar itu dari usia SMP,”jadi saya berusaha mewujudkannya, ” katanya seperti dikutip dari pikiranrakyat.com

Lebih jauh Dedi menceritakan bahwa, keinginannya membangun masjid ini sudah sejak lama terbersit di pikirannya. Bahkan ia rela  mengumpulkan rupiah demi rupiah dari hasil usaha budidaya ikan gabus, menjadi petani berdikari bahkan menjajal dunia konveksi.

” Jadi pokoknya kerja apa saja, prinsipnya kalau ada niat yang baik yakinlah Allah akan campur tangan memberikan segala kemudahannya. Sebagai lelaki sejati, saya pantang untuk ingkar,” ujarnya.

Menurut Dedi, masjid yang dibangun ini memang sudah sangat tua dan sudah ada sebelum dirinya lahir 46 tahun yang lalu. Masjidnya juga sudah beberapa kali dipugar. Setelah bermusyawarah dengan warga yang rata-rata ingin pergi ke Tanah Suci,  pada tahun 2022 Dedi memulai pembangunan masjid dengan desain Ka’bah.

Lihat Juga :  Sedih Cerita Anak Panti Asuhan Fi Sabilillah Tentang Perlakuan Pemilik Panti yang Kasar

” Masjid lama dirobohkan dan diganti bangunan masjid baru berukuran 7×17 meter. Bangunan di cat hitam dan diberi ornamen kaligrafi berwarna emas mengitari masjid. Kaligfari berisi Sholawat Nabi, Surat Al-Fatihah, An-Nas, Al-Falaq hingga Al-Ikhlas dibuat oleh santri pondok pesantren di Desa Batulayang, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat. Selain itu ada juga ornamen  menyerupai Hajar Aswad dipasang di salah satu sudut masjid,” ungkapnya.

Melalui masjid yang letaknya di tapal batas Kabupaten Bandung Barat dengan Kabupaten Bandung ini, Dedi berharap untuk dapat mengajak masyarakat lebih antusias beribadah di masjid. Serta menjadi sarana edukasi bagi masyarakat. Khususnya anak-anak di wilayah tersebut.

” Alhamdulillah, kini Masjid Al-Fikri, begitu nama yang diberikan untuk masjidnya, sudah bisa digunakan untuk mengisi kegiatan Ramadhan tahun ini. Seperti salat berjamaah, pengajian rutin, salah tarawih, dan berbagai kegiatan lain. Meski masjid ini berbentuk seperti Ka’bah, bukan berarti menyaingi Ka’bah. Kalau Ka’bah hanya satu. Ini hanya replika. Tujuannya supaya lebih antusias lagi warga sini beribadah di masjid berjamaah. Kedua, bangunan ini mengandung dakwah,” jelas Dedi.

Editor : Jemmy Saputera

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button