MOZAIK ISLAM

7 Pelajaran Penting Isra Miraj Nabi Muhammad SAW

Oleh: Toto Edidarmo MA

Dosen Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

AsSAJIDIN.COM — Setiap tanggal 27 bulan Rajab, umat Islam memperingati peristiwa Isra dan Miraj Nabi Muhammad SAW, sebuah momentum amat bersejarah dalam perjuangan dakwah Islam di Makkah. Secara harfiah, isra artinya: perjalanan tengah malam, sedangkan Miraj artinya: naik ke atas atau menanjak.

Isra Miraj merupakan rangkaian perjalanan di tengah malam yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW secara jasmani-rohani dari Masjidil Haram ke Masjidil-Aqsha, lalu dilanjutkan menembus langit ketujuh hingga ke tempat yang paling tinggi, yaitu Sidratul Muntaha.

Dalam Isra Miraj ini, Nabi Muhammad SAW didampingi oleh Malaikat Jibril yang mengantarnya sampai ke depan pintu Sidratul Muntaha, kemudian Nabi Saw. bertemu dengan Allah Swt. dalam jarak yang sangat dekat, sekira dua busur atau lebih dekat lagi.

Perjalanan mahadahsyat ini menggunakan kendaraan Buraq, yaitu sebuah kendaraan “superkilat” berbentuk hewan (dâbbah) berwarna putih, bertubuh panjang, lebih besar dari keledai dan lebih kecil dari baghal (Kitab al-Jami’ al-Shahîh juz I, hlm 99).

Isra Miraj merupakan tonggak sejarah Islam paling monumental—di samping peristiwa Hijrah Nabi ke Madinah—yang menunjukkan keagungan Nabi Muhammad SAW kemuliaan para nabi dan rasul yang menyerukan risalah Ilahiah, serta keutamaan umat Islam di antara umat lainnya.

Dalam rangka meraih kemenangan dakwah Islam, Allah Swt. memerintahkan umat Islam untuk menegakkan shalat 5 waktu sehari semalam. Karena itu, shalat adalah ibadah yang paling utama dalam Islam, rukun Islam kedua, kunci kesuksesan hidup dunia dan akhirat, serta penerang jiwa dan penyejuk hati hamba beriman.

Tantangan Dakwah sebelum Isra Miraj Nabi Muhammad SAW

Pada 10 Hijriah (619 M), dakwah Islam yang didengungkan oleh Nabi Muhammad SAW mengalami masa-masa yang paling sulit dan pahit. Tahun itu, paman Nabi SAW, Abu Thalib, yang selalu menjamin keselamatannya dalam berdakwah, dipanggil oleh Allah Taala.

Lihat Juga :  Semangat Baca Al Quran, ACT Bagikan Alquran Braille Digital Bagi Tuna Netra

Dua bulan kemudian, istri tercinta, Khadijah r.a., yang selalu mendampingi Nabi dalam berdakwah dan memotivasinya ketika mengalami gangguan dan ancaman, dipanggil pula oleh Allah Swt. Nabi pun sangat bersedih hati karena dua orang terkasihnya meninggalkan beliau untuk selamanya.

Setelah paman dan istrinya wafat, dakwah Nabi SAW di Makkah mengalami kebuntuan. Jaminan keselamatan terhadap Nabi SAW dalam berdakwah hilang. Nabi pun berdakwah ke negeri Thaif, yaitu kepada Bani Tsaqif yang merupakan kabilah terhormat di Jazirah Arab, tetapi mereka menolak ajaran Islam dengan cara yang sangat kasar. Beberapa orang bodoh dari mereka bahkan melempari Nabi Saw. dengan batu kerikil dan kotoran binatang, hingga dua kaki Nabi berlumuran darah.

Nabi Muhammad SAW sangat sedih atas penolakan mereka terhadap dakwahnya. Di tengah perjalanan pulang ke Makkah, di bawah pohon kurma, sang Nabi berdoa dengan hati yang amat pilu. Bibirnya yang suci pun berucap kata-kata indah ini:

“Allahuma Ya Allah, kepada-Mu aku mengadukan kelemahanku, kekurangan daya upayaku di hadapan manusia. Wahai Tuhan Yang Maharahim, Engkaulah Tuhan orang-orang yang diperlemah dan Tuhan pelindungku. Kepada siapa hendak Engkau serahkan nasibku ini? Kepada orang jauhkah yang berwajah muram kepadaku, atau kepada musuh yang akan menguasai diriku? Asalkan Engkau tidak murka kepadaku, aku tidak peduli; karena sungguh luas kenikmatan yang Engkau limpahkan kepadaku. Aku berlindung kepada nur wajah-Mu yang menyinari kegelapan, yang membawa kebaikan di dunia dan akhirat, dari kemurkaan-Mu dan (azab) yang akan Engkau timpakan kepadaku. Kepada Engkaulah aku adukan ihwalku sehingga Engkau ridha kepadaku. Dan, tiada daya upaya melainkan dengan kehendak-Mu.”

Lihat Juga :  Hadist-hadist tentang Sedekah dan Keutamaannya

Ketika akan memasuki kota Makkah, Nabi SAW merasakan tekanan yang sangat kuat dari kaum kafir Quraisy. Nabi SAW beberapa kali meminta perlindungan keselamatan kepada kabilah-kabilah yang berhubungan baik dengan Bani Hasyim, tetapi tidak ada satu pun yang mau melindunginya.

Hingga akhirnya, Nabi SAW memperoleh jaminan keselamatan dari lelaki musyrik bernama Muth’im bin ‘Adi yang merupakan kepala kabilah Bani Naufal. Setelah melewati banyak rintangan dan kesulitan dakwah di Makkah ini, Allah Swt. kemudian memuliakan beliau dengan perjalanan Isra Miraj yang terjadi pada tahun ke 12 Kenabian.

7 Pelajaran Penting Isra Miraj Nabi Muhammad SAW.

Perjalanan Isra dan MirajNabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang dilanjutkan sampai ke langit ketujuh hingga Sidratul Muntaha adalah mukjizat hissiyyah atau material (fisikal) yang dapat diterima oleh akal.
Mengimani peristiwa Isra dan MirajNabi Muhammad SAW merupakan bagian integral akidah Islam yang harus diperkuat.
Peristiwa Isra Miraj adalah anugerah Allah Swt. untuk Nabi Muhammad SAW.
Perjalanan Isra Miraj menunjukkan pemuliaan dan pengagungan Nabi Muhammad Saw., para nabi dan rasul, serta umat Islam yang menerima risalah shalat lima waktu.
Perjalanan Isra ke Masjid Al-Aqsha memberi pesan kepada Bani Israil, bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir yang juga memimpin mereka. Perjalanan Mi’raj ke langit juga menegaskan kedudukan beliau sebagai pembawa risalah terakhir yang akan meninggikan agama Allah dan memuliakannya.
Sebelum mikraj ke langit, Rasulullah SAW mengimami shalat semua nabi dan rasul. Hal ini menunjukkan bahwa mereka hanya akan mengikuti dan mematuhi risalah Nabi Saw.
Peristiwa Isra dan Miraj menegaskan tentang keagungan shalat wajib lima waktu yang merupakan rukun Islam.
Sumber: Khazanah ayoindonesia.com, Senin, 28 Februari 2022. (*/sumber: UINSyarif Hidayatullah)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button