Peristiwa Gempa Bumi Berdasarkan Kajian Alquran
AsSAJIDIN.COM –Musibah gempa bumi berkekuatan magnitudo 5,6 telah memporak-porandakan bangunan, rumah penduduk, fasilitas umum dan ratusan warga meninggal dunia serta ribuan masih mengungsi dalam peristiwa yang terjadi, Senin, 22 November 2022 di Cianjur Jawabarat. Indonesia berduka.
Jumlah korban diperkirakan masih akan terus meningkat. Pasalnya, banyak warga yang belum dievakuasi akibat akses jalan terputus.
Indonesia memang disebut negara cincin api sehingga kerap dilanda gempa bumi. Tak terhitung gempa bumi sudah terjadi di wilayah Indonesia baik dengan magnitudo besar maupun kecil. Semoga musibah Cianjur ini di penghujung tahun 2022 ini cepat berakhir.
Soal gempa bumi ini, Allah Swt sudah memfirmankan kepada umat manusia melalui kitab suci Alquran yang disampaikan Nabi Muhammad Saw.
Gempa bumi sudah banyak dijelaskan dalam ayat-ayat Alquran. Dalam Alquran, gempa bumi ada kalanya disebutkan sebagai sunnatullah atau ketetapan Allah yang mesti terjadi, juga disebutkan karena ulah manusia dan sebagai azab seperti umat terdahulu yang membangkang perintah-perintah Allah.
Muhammad Makmun Abha, mahasiswa Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dalam artikelnya berjudul Gempa Bumi Dalam Al Qur’an (tafsir tematik) yang dikutip iNews.id menjelaskan, kajian tentang gempa bumi ini akan menarik jika ditelusuri lebih lanjut dari sudut pandang Alquran karena di dalam kitab suci itu ditemukan banyak sekali ayat-ayat yang membicarakan gempa bumi. Alquran memang bukanlah kitab ilmu pengetahuan namun kitab suci umat Islam ini banyak memuat isyarat-isyarat akan ilmu pengetahuan yang amat luas.
Sehingga kitab ini mendorong naluri keingin-tahuan manusia untuk berikhtiar dan mencari pengetahuan melalui berbagai cabang studi ilmu pengetahuan termasuk di dalamnya geografi, geologi dan fisika yang ada kaitannya dengan gempa bumi. Tidak hanya terbatas di dunia melainkan juga di alam seluruh semesta menjadi bahan studi bagi diri manusia itu sendiri.
Manusia harus menyadari kedudukannya sebagai khalifah Allah SWT di bumi. Karena itu, manusia harus dapat mengendalikan bumi serta berusaha menjinakkan kekuatan alam. Alquran mempunyai berbagai pilihan kata dalam menjelaskan gempa bumi. Alquran menggunakan berbagai bentuk ragam kata yang berbeda dalam menyebutkan gempa bumi, yaitu sebagai berikut.
Menggunakan Kata Zalzalah
disebutkan dalam beberapa surat yaitu dalam Surat Al-Baqarah ayat 214, Surat Al Ahzab ayat 11, Surat Al-Hajj ayat 1-2 dan Surat Zalzalah ayat 1-2.
Am hasibtum an tadkhulul jannata walammaa ya tikum matsalul ladziina kholau min qablikum massathumul ba’saaaaa u wadh dharraaaaa u wa zulziluu hattaaa yaquula rasuulu walladziina aamanuu ma’ahuu mataa nashrullaahi alaaa inna nashrullaahi qariib.
Artinya : Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan dan diguncang (dengan berbagai cobaan), sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, “Kapankah datang pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat. (QS. Al Baqarah ayat 214).
Menggunakan Kata Dakk dan derivasinya.
Kata ini disebutkan dalam dua surat yaitu Surat Al-Haaqqah ayat 14 dan Surat Al-Fajr ayat 21.
Bunyinya :
Wahumilatil ardhu wal jibaalu fadukkataa dakkatan waa hidah Artinya: Dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali benturan. (QS. Al Haqqah ayat 14)
Menggunakan Kata Syaqq dan derivasinya
Kata ini disebutkan dalam beberapa surat yaitu Surat Qaf ayat 44, Surat Maryam ayat 90 dan Surat ‘Abasa ayat 26.
Tsumma syaqaqnal ardho syaqqoo Artinya: kemudian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya. (QS. ‘Abasa: 26)
Menggunakan Kata Qath’al-Ardl
kata ini disebutkan dalam Surat Ar Ra’d ayat 31
Walau anna qur aanan suyyirat bihil jibaalu auw quththi’at bihil ardhu auw kullama bihil mautaa bal lillaahil amru jamii’aa
Artinya: Dan sekiranya ada suatu bacaan (Kitab Suci) yang dengan itu gunung-gunung dapat digoncangkan, atau bumi jadi terbelah, atau orang yang sudah mati dapat berbicara, (itulah Al-Qur’an). Sebenarnya segala urusan itu milik Allah. (QS. Ar Ra’du: 31)
Menggunakan Kata Badl Al-Ardl
yaitu terdapat dalam Surat Ibrahim ayat 48 :
Yauma tubaddalul ardhu ghairol ardhi wassamaawaatu wabarazuu lillaahil waahidil qahhaar.
Artinya: (Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan mereka (manusia) berkumpul (di Padang Mahsyar) menghadap Allah Yang Maha Esa, Mahaperkasa. (QS. Ibrahim ayat 48)
Menggunakan Kata Rajfah dan derivasinya
yaitu terdapat dalam Surat Al-A’raf ayat 78, Surat Al-Muzaamil ayat 14, Surat Al-Ankabut ayat 37 serta QS Al-Nazi’at ayat 6.
Fa aakhodzathumu rajzfatu fa ashbahuu fii daarihim jaatsimiin. Artinya: Lalu datanglah gempa menimpa mereka, dan mereka pun mati bergelimpangan di dalam reruntuhan rumah mereka. (QS. Al A’raf ayat 78).
Menggunakan Kata Rajj
, yaitu dalam Surat Al Waqiah ayat 4
Idzaa rujjatil ardhu rajjaaa
Artinya: Apabila bumi diguncangkan sedahsyat-dahsyatnya. (QS. Al Waqiah ayat 4)
Menggunakan Kata Madd,
yaitu dalam surat Al-Insyiqoq 3
Waidzal ardhu muddat (QS. Al Insyiqaq ayat 3) Artinya: dan apabila bumi diratakan.
Menggunakan Kata khasafa dan derivasinya
yaitu dalam QS Al Nahl ayat 45, QS Al-Isra’ 68, QS Qashash ayat 81, QS Al-Ankabut 40, QS Saba’ ayat 9 dan QS Al-Mulk ayat 16.
A amintum man fissamaaa i an yakhsifa bikumul ardho fa idzaa hiya tamuur. (QS. AL Mulk: 16)
Artinya: Sudah merasa amankah kamu, bahwa Dia yang di langit tidak akan membuat kamu ditelan bumi ketika tiba-tiba ia terguncang?
Menggunakan Kata Fasad (Secara Non Fisik)
yaitu terdapat dalam QS Al-A’raf ayat 85
Wa ilaa madyana akhaahum syuaiban qaala yaaqoumi’budullaaha maa lakum min ilaahin ghiaruh qad jaaa atkum bayyinatun min rabbikum fauful kaila wal miizaana walaa tabkhasun naasa asy yaaa ahum walaa tufsiduu fil ardhi ba’da ishlaahihaa dzaalikum khairullakum in kuntum mu’miniin.
Artinya : Dan kepada penduduk Madyan, Kami (utus) Syuaib, saudara mereka sendiri. Dia berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah. Tidak ada tuhan (sembahan) bagimu selain Dia. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Sempurnakanlah takaran dan timbangan, dan jangan kamu merugikan orang sedikit pun. Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Itulah yang lebih baik bagimu jika kamu orang beriman.” (QS. Al A’raf ayat 85).
Sebab-Sebab Gempa Bumi
Gempa karena izin Allah
Dalam peristiwa terjadinya gempa bumi memang tidak semuanya bersumber dari kesalahan manusia dan atau karena murka Allah, akan tetapi gempa bumi itu datang bisa juga karena sudah merupakan kehendak dari Allah, dengan seizin-Nya suatu bencana bisa terjadi kapan pun dan di mana pun serta tanpa diduga-duga sebagaimana disebutkan dalam firman Allah yang artinya:
Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barang siapa yang beriman kepada Allah niscaya dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Q.S. Al-Taghabun: 11).
Gempa karena Ulah Perbuatan
Tangan-Tangan Jahil Manusia Faktor ulah dan perbuatan manusia bisa menjadi penyebab utama dari terjadinya gempa bumi dan bencana alam. Hal ini sangatlah logis karena alam ini diciptakan untuk manusia dan manusialah yang harus bisa menjaga dan melestarikannya. Artinya: Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (Q.S. Al-Syura: 30).
Gempa Akibat Dosa dan Maksiat
Ada faktor lain yang harus diakui sebagai salah satu penyebab terjadinya gempa bumi di samping sebab-sebab yang sudah disebutkan sebelumnya, faktor itu adalah perbuatan dosa dan maksiat yang dilakukan oleh manusia. Alquran telah menjelaskan bahwa ada jenis gempa bumi dan bencana alam lain yang terjadi disebabkan karena dosa dan maksiat. Misalnya kaumnya Nabi Luth yang mendapat adzab dari Allah lantaran perbuatan dosa mereka sendiri yaitu dosa homoseksual (laki-laki yang melakukan hubungan seks dengan laki-laki) sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT dalam Q.S. Al-A’raf: 80-84 tentang Nabi Luth dan umatnya.
Memang benar, gempa bumi terjadi karena fenomena alam semisal pergerakan lempeng bumi dan lain-lain, akan tetapi bagi orang yang beriman, gempa bukan hanya sekedar bencana alam, akan tetapi juga tanda peringatan dari Allah agar manusia kembali kepada agamanya dan menjauhi maksiat. Allah yang menjadikan pergerakan lempeng bumi dan terjadilah gempa atas izin Allah.
Allah mengirim gempa dan bencana alam sebagai peringatan kepada manusia. Allah berfirman, “Dan Kami tidak memberi tanda-tanda itu melainkan untuk menakuti.” (QS:Al-Isra’: 59).
Syaikh Abdurrahman As-Sa’di menjelaskan bahwa agar dengan sebab ini manusia sadar dan jera dari bermaksiat terus-menerus, beliau berkata : “Maksud ayat ini adalah memberikan rasa takut agar manusia jera (efek jera dan berhenti) melakukan maksiat saat itu” (Tafsir As-Sa’di).
Ibnul Qayyim juga menjelaskan bahwa gempa bumi ini terjadi agar manusia meninggalkan kemaksiatan dan kembali kepada Allah, beliau berkata, “Allah –Subhanah- terkadang mengizinkan bumi untuk bernafas maka terjadilah gempa bumi yang dasyat, sehingga hamba-hamba Allah ketakutan dan mau kembali kepada-Nya, meninggalkan kemaksiatan dan merendahkan diri kepada Allah dan menyesal” (Miftah Daris Sa’adah 1/221).
Perlu diketahui bahwa segala musibah dan kesusahan dunia adalah disebabkan dosa kita dan akibat perbuatan manusia sendiri.
Allah Ta’ala berfirman, “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (Ar-Rum: 41).
Allah Ta’ala berfirman, “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)” (Asy Syura: 30).
Allah Ta’ala berfirman, “Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri” (An-Nisa: 79).
Dan peringatan dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa kerusakan dan musibah yang terjadi pada manusia karena banyaknya maksiat. Beliau bersabda,
“Hai orang-orang Muhajirin, lima perkara, jika kamu ditimpa lima perkara ini, aku mohon perlindungan kepada Allah agar kamu tidak mendapatkannya. Tidaklah muncul perbuatan keji (Zina,merampok, minum khamr, judi, dan lainnya) pada suatu masyarakat, sehingga mereka melakukannya dengan terang-terangan, kecuali akan tersebar penyakit-penyakit lainnya yang tidak ada pada orang-orang sebelum mereka. Dan tidaklah mereka menahan (tidak mengeluarkan) zakat hartanya, kecuali hujan dari langit juga akan ditahan dari mereka. Seandainya bukan karena hewan-hewan, manusia tidak akan diberi hujan. Tidaklah orang-orang mengurangi takaran dan timbangan, kecuali mereka akan disiksa dengan kezhaliman pemerintah, kehidupan yang susah, dan paceklik. Dan selama pemimpin-pemimpin (negara, masyarakat) tidak berhukum dengan kitab Allah, dan memilih-milih sebagian apa yang Allah turunkan, kecuali Allah menjadikan permusuhan yang keras di antara mereka” (HR Ibnu Majah, ash-Shahihah no. 106).
Kita pun diperintahkan agar beristighfar ketika terjadi gempa. Istighfar sangat mudah dilakukan dan itulah seharusnya yang dilakukan ketika terjadi gempa, bukan teriak-teriak atau kata-kata yang menunjukkan penyesalan dan murka atas takdir Allah.
Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah menjelaskan, “Kewajiban ketika terjadi gempa bumi dan lainnya semisal gerhana, angin kuat, banjir, yaitu menyegerakan taubat, merendahkan diri kepada-Nya, meminta afiyah/keselamatan, memperbanyak dzikir dan ISTIHGFAR” (Majmu’ Fatawa 150/152-9). Wallahu’alam bisshawab. (*)
Sumber : inews.id dan muslim.or.id
Editor : Aspani Yasland