SYARIAH

Adab dan Aturan Cukur Rambut, Aqiqah Bayi Baru Lahir Berdasarkan Hadist Nabi

AsSAJIDIN.COM — Anak adalah anugerah dan titipan Allah bagi orang tuanya. Kehadirannya dapat membawa kebahagiaan tersendiri dalam sebuah keluarga. Oleh karena itu, sangat penting bagi orang tua untuk mempersiapkan doa untuk bayi baru lahir dalam Islam.

Dalam Islam, hal-hal yang berkaitan dengan seorang anak telah diatur sedemikian rupa sejak sebelum ia dilahirkan. Satu diantaranya ialah tentang adab cukur rambut bayi dalam Islam. Adab memotong rambut dalam Islam ini telah diberlakukan sejak seorang bayi baru dilahirkan. Adanya adab tersebut semata-mata untuk kebaikan dan meningkatkan keimanan terhadap Allah subhanahu wa ta’ala.

Apa sajakah adab cukur rambut bayi dalam Islam?

Ketika seorang anak lahir, maka hendaknya orang tuanya menyambutnya dengan aqiqah dan mencukur rambutnya. Seperti yang terdapat dalam dalil di bawah ini.

مَعَ الْغُلَامِ عَقِيقَةٌ فَأَهْرِيقُوا عَنْهُ دَمًا وَأَمِيطُوا عَنْهُ الْأَذَى

“Bersama bayi itu ada aqiqahnya, maka sembelihlah hewan, dan hilangkanlah gangguan darinya.” (HR. Bukhari)

قَالَ أَبُوْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اَلْـعَـقِـيْقَتةُ تُـذْبَحُ لِسَـبْعٍ وَلِأَرْبَعَ عَشَرَةَ وَلِإِحْدَى وَعِشْرِيْنَ

Dari Abu Hurairah r.a., Nabi saw. bersabda, “Aqiqah itu disembelih pada hari ketujuh, atau keempat belas , atau keduapuluh satunya.” (HR. Baihaqi dan Thabrani)

Pada umumnya aqiqah menurut Islam dilakukan pada hari ke-7 setelah kelahiran. Namun, apabila pada waktu tersebut orang tuanya belum mampu untuk mengaqiqahkan anaknya, maka tak mengapa karena diperbolehkan baginya melakukan aqiqah ketika memang sudah mampu melakukannya.

Lihat Juga :  Viral Main Lato-lato, Begini Hukumnya Menurut Islam

Setelah proses aqiqah, dilanjutkan dengan proses pemotongan rambut bayi. Ini juga dilakukan oleh orang tuanya berdasarkan dalil di bawah ini.

Dari Salman bin Amir Ad-Dhabbi radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَعَ الْغُلَامِ عَقِيقَةٌ فَأَهْرِيقُوا عَنْهُ دَمًا وَأَمِيطُوا عَنْهُ الْأَذَى

“Setiap anak ada aqiqahnya, sembelihlah aqiqah untuknya dan buang kotoran darinya.” (HR. Bukhari 5471)

Pada hadits lain juga diriwayatkan hal serupa, dari Samurah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْغُلَامُ مُرْتَهَنٌ بِعَقِيقَتِهِ يُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ السَّابِعِ وَيُسَمَّى وَيُحْلَقُ رَأْسُهُ

“Setiap anak tergadai dengan aqiqahnya, disembelih di hari ketujuh, diberi nama, dan dicukur kepalanya.” (HR. Nasai 4149, Abu Daud 2837, Turmudzi 1522, dan dishahihkan Al-Albani)

Adab atau hukum potong rambut bayi dalam Islam juga dijelaskan dalam Ensiklopedi Fikih berikut ini,

ذهب الجمهور المالكية والشافعية والحنابلة إلى استحباب حلق شعر رأس المولود يوم السابع, والتصدق بزنة شعره ذهباً أو فضة عند المالكية والشافعية, وفضة عند الحنابلة. وإن لم يحلق تحرى وتصدق به. ويكون الحلق بعد ذبح العقيقة

Mayoritas ulama, yaitu malikiyah, Syafiiyah dan Hambali, berpendapat bahwa dianjurkan mencukur kepala bayi pada hari ketujuh, dan bersedekah seberat rambut berupa emas atau perak menurut Malikiyah dan Syafiiyah, dan berupa perak saja menurut hambali. Jika tidak dicukur maka beratnya dikira-kira beratnya, dan sedekah dengan perak seberat itu. Mencukur rambut dilakukan setelah menyembelih aqiqah. (Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah, 18/96)

Lihat Juga :  Ingat, tak Ada Kamus Valentine's Day dalam Islam

Bagaimana jika belum dicukur setelah 7 hari kelahiran?

Ibn Hajar Al-Haitami yang merupakan salah seorang madzhab Syafii menerangkan bahwa saat beliau mengemukakan anjuran untuk mencukur rambut dan bersedekah seberat rambut yang dicukur. Beliau juga menerangkan perihal rambut bayi yang belum dicukur dalam uraian berikut ini,

مَنْ لَمْ يُفْعَلْ بِشَعْرِهِ مَا ذَكَرَهُ يَنْبَغِي لَهُ كَمَا قَالَهُ الزَّرْكَشِيُّ أَنْ يَفْعَلَهُ هُوَ بِهِ بَعْدَ بُلُوغِهِ إنْ كَانَ شَعْرُ الْوِلَادَةِ بَاقِيًا وَإِلَّا تَصَدَّقَ بِزِنَتِهِ يَوْمَ الْحَلْقِ فَإِنْ لَمْ يَعْلَمْ احْتَاطَ وَأَخْرَجَ الْأَكْثَرَ

“Siapa yang rambutnya belum ditangani seperti yang disebutkan (dicukur dan disedekahi) maka selayaknya dia melakukan seperti yang disarankan Az-Zarkasyi, bahwa rambutnya dicukur, setelah baligh, jika rambut bawaan lahir masih ada. Jika tidak ada maka dia bersedekah dengan seberat rambut pada saat dicukur. Jika tidak diketahui beratnya, dia mengambil langkah hati-hati, dengan bersedekah lebih banyak.” (Tuhfatul Muhtaj, 41/201).

Itulah penjelasan mengenai adab mencukur rambut bayi dalam Islam yang dapat Anda ketahui. Semoga bisa memberikan manfaat kepada Anda semua sekaligus meningkatkan semangat dalam mengamalkan macam-macam amal shaleh. Aamiin.(*/sumber: dalamislam.com)

Back to top button