Empat Jenis Sabar, Apakah Sudah Kita Miliki Semuanya?

AsSAJIDIN.COM — Sabar, bagi sebagian besar orang hanya muncul saat menghadapi ujian hidup. Dalam Islam, Allah banyak menyinggung terkait sabar ini, salah satunya di QS Al Baqarah 155 yang artinya “Dan sungguh Kami (Allah) berikan cobaan kepada kalian, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”
Namun kata sabar sebenarnya memiliki makna yang beragam, tak harus saat menghadapi ujian dari Allah. Menurut KH Imam Hambali sabar dapat dikategorikan menjadi 4 jenis sebagaimana terkandung dalam kitab Al Qur’an.
Pertama, sabar menjalankan perintah Allah. “Datang terlebih dahulu sebelum adzan salat subuh dan menunggu itu juga sabar. Dan orang-orang yang sabar itu pasti akan sukses,” ujarnya seperti dikutip dari Okezone.com.
Satu perintah Allah kepada manusia untuk sabar menjalankan perintah-Nya diatur dalam QS Thaahaa 132 yang artinya “Dan perintahlah kepada keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.”
Sabar kedua yakni menjauhi larangan-larangan Allah. Fase ini menjadi fase peningkatan dari sabar menjalani perintah Allah.
“Banyak pemimpin daerah yang sukses memimpin daerah, sukses menunjukkan dia baik. Tapi karena tak sabar menjauhi larangan Allah, dia terlibat korupsi,” ungkapnya.
Ia menambahkan bahkan tak jarang seorang ustad dan kyai itu sendiri karena tak sabar menjauhi perintah Allah, dia juga ikut melanggar perintah Allah. “Ada kyai salatnya kenceng tapi korupsi. Itu karena dia tidak sabar,” tegasnya.
Jenis sabar yang ketiga yakni sabar ketika menghadapi ujian. Setiap manusia diuji Tuhan-Nya disesuaikan dengan kadar kemampuan dirinya.
“Tingkatan ujian seorang kyai dengan pedagang ya tentu beda,” tutur pengasuh Pondok Pesantren Al Jihad Surabaya ini.
Terakhir jenis sabar keempat yakni sabar menghadapi perbedaan pendapat. Poin terakhir ini menurut ulama asal Surabaya ini merupakan yang riskan saat ini.
Di tengah isu-isu agama yang dianggap sensitif menerima perbedaan satu sama lain dengan sabar merupakan satu kuncinya.
“Banyak orang Islam tak bisa memahami ayat Allah akhirnya meng-kafirkan sesama Islam, mengolok-olok sesama Islam. Padahal kan belum tentu yang mengkafirkan itu sendiri benar,” jelas KH. Imam Hambali.
Kunci dari menghadapi perbedaan pendapat yakni kesabaran. Hal ini penting terlebih Indonesia merupakan negara dengan beragam perbedaan agama, ras, suku, dan etnis.
Bilamana setiap orang mampu menjalankan 4 macam sabar itu, Allah telah menjamin seseorang akan hidup mudah dan menyertai setiap langkah orang yang sabar, sebagaimana Allah berkata “Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS Al Baqarah 153).(*)