One Day One Hadist: Dalil Puasa Arafah

AsSAJIDIN.COM — Dari Abu Qotadah, Rosululloh shalallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Puasa Arofah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setaun yang lalu.”
(HR. Muslim no. 1162)
Kandungan hadits
1. Puasa Arafah adalah sunah bagi yang tidak berwukuf di Arafah.
2. Adapun orang yang sedang berhaji dan saat itu berada untuk wukuf di Arafah, tidak berpuasa karena adanya hadits dari Ummul Fadhl.
“Dari Ummul Fadhl binti Al Harits, bahwa orang-orang berbantahan di dekatnya pada hari Arafah tentang puasa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagian mereka mengatakan, ‘Beliau berpuasa.’ Sebagian lainnya mengatakan, ‘Beliau tidak berpuasa.’ Maka Ummul Fadhl mengirimkan semangkok susu kepada beliau, ketika beliau sedang berhenti di atas unta beliau, maka beliau meminumnya.”
(HR. Bukhari no. 1988 dan Muslim no. 1123).
“Dari Maimunah radhiyallahu ‘anha, ia berkata bahwa orang-orang saling berdebat apakah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa pada hari Arafah. Lalu Maimunah mengirimkan pada beliau satu wadah (berisi susu) dan beliau dalam keadaan berdiri (wukuf), lantas beliau minum dan orang-orang pun menyaksikannya.”
(HR. Bukhari no. 1989 dan Muslim no. 1124).
3. Dosa-dosa kecil dihapus dan dibersihkan ketika melaksanakan puasa Arafah.
4. Dosa-dosa besar diampuni karena teks hadis berbunyi umum, yaitu diampuni dosa seseorang dua tahun (sebelum dan sesudah), meskipun ada juga yang berpendapat bahwa ketika melakukan puasa Arafah maka dosa besarnya, diperingan dan atau
dikurangi
4. Seorang mukmin yang berpuasa di hari Arafah diangkat kedudukan dan derajatnya dalam hidup dan setelah wafat.
Tentunya amalan ini tidak bisa berdiri sendiri. Berpuasa arafah harus pula diiringi deng ibadah-ibadah dan perbuatan baik lainnya, melaksanakan segala perintah dan menjauhi larangannya. Semoga kita termasuk orang yang beruntung. Amin ya Robbal alamin. (*)