Seru dan Penuh Tantangan Meniti Karier Jadi Penyiar Radio, Intip Keseharian Zhohorianis Chitra Asmara
AsSAJIDIN.COM – Terjun di dunia Broadcasting saat usia muda tentunya harapan banyak orang, sama halnya seperti Zhohorianis Chitra Asmara atau akrab di sapa Thata. Ia sangat menyukai dunia broadcasting terutama menjadi presenter atau penyiar radio.
Thata yang ditemui secara langsung di RRI berlokasi di jalan radio, 20 Ilir D. IV, Kec. Ilir Tim. I, Kota Palembang, Sumatera Selatan 30151 pada Rabu (29/12/21) membagikan kisahnya sebagai salah satu penyiar.
Ia bercerita, pada saat memasuki semester kedua di Universitas Sriwijaya di tahun 2009, ia tidak disengaja mendengar siaran radio RRI yang sedang membuka penerimaan penyiar. Dirinya yang menyukai dunia broadcasting salah satunya penyiar radio langsung mengirim lamaran dan diterima.
“sebenarnya tuh ga sengaja yah, kan aku sering dengerin radio tuh waktu sma sampai kuliah, ga sengaja dengar ada penerimaan, terus coba lamar eh alhamdulillah keterima,”ucapnya.
Pertama kali siaran, program siaran yang diambil yaitu segmen anak muda hiburan lanjut segmen news dan pada tahun 2019 Januari ia dipercaya memegang segmen Religi Pagi.
Menjadi penyiar radio mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sama, meskipun program berbeda seperti umum ataupun religi.
Jika pada program umum lebih sering menghantarkan lagu-lagu, maka di program religi diisi dengan konten islami atau kajian islam.
Namun tentunya menjadi seorang radio announcer atau penyiar radio bukanlah hal mudah. Penyiar harus mampu untuk mengontrol mood dan menjadi teman bagi para pendengarnya. Karena menurutnya harus bisa untuk membawakan programmu dengan santai dan mudah dicerna, bahkan tak jarang yang menambahkan unsur komedi juga.
“Bidang broadcasting itu seru, kita bisa bertemu banyak orang, membuka wawasan,dan hal ini membantu saya yang malas baca jadi dituntut untuk sering membaca juga bisa ngobrol dari segala usia,”kata anak pertama dari empat saudara ini.
Semenjak dipercaya pegang segmen religi pagi, ia di tuntut untuk bangun lebih cepat. Di saat orang masih terlelap dalam tidurnya, thata sudah harus siap pergi siaran dari jam 4 pagi ke studio RRI untuk memulai siaran religi pagi di pukul 5 pagi.
“menjadi suatu tantangan juga buat saya, Bangun harus lebih cepat dan kebetulan rumah lumayan jauh dari studio, jadi Jam 4 harus sudah berangkat dari rumah karena jam 5 mulai siaran. Tapi, hal yang bikin males itu yah saat cuaca hujan yah. Alhamdulillahnya karena kerja sesuai hobi jadinya nikmatin ajah setiap prosesnya,”katanya.
Banyak pelajaran yang diambil saat siaran religi pagi, bertemu dengan banyak narasumber hingga materi atau tema siaran yang berbicara mengenai kehidupan sehahi-hari dalam pandangan islam menjadi ilmu tambahan dan pengingat diri.
“seperti dalam minggu ini kebanyakan tema dialog siaran itu tentang pernikahan, banyak ilmu positif yang diambil, apalagi status saya yang belum menikah menjadi pelajaran bagi saya dan pengingat diri juga, yah hitung-hitung dapat ilmu pranikah menurut islam secara gratis,”ucapnya saat bincang langsung.
Sudah 11 tahun lamanya berkecimpung di dunia siaran, ia berbagi tips untuk pemuda yang ingin bergabung didunia penyiar radio.
Hal pertama yang harus di perhatikan yaitu menjaga suara dan memastikan suara aman dan dalam kondisi fit.” Penyiar itukan yang dijual yah suaranya yah, jadi sebelum siaran itu harus pastikan dulu suara kita,”katanya.
Kedua, jadilah diri sendiri saat berbicara didepan microfon. Menurutnya berbicaralah dengan santai tanpa penekanan atau suara yang dibuat- buat agar tidak menghabiskan suara dan tidak mengganggu pernapasan.”pointnya tinggal kit jaga intonasi aja,”katanya.
Ketiga, lakukan persiapan sebelum melakukan siaran. Belajar dari pengalaman yang pernah ia rasakan.”guru ku pernah berkata, Siapapun yang naik tanpa persiapan maka ia akan turun tanpa penghormatan. Dan kaliamat itu menjadi pegangan saya saat sebelum melakukan pekerjaan,”katanya.
Di balik segala bentuk kesuksesan yang ia dapatkan sekarang, dirinya percaya semua berkat doa kedua orangtuanya. Hal terakhir dan menjadi utama yaitu doa orangtua.
“Dunia ini hanyalah sementara,terus berbuat baik, tidak perlu ribet hanya ingin diselimuti kebahagiaan karena semua titipan. Kita tidak pernah tau perjuangan mereka saat kita masih kecil dan Orangtua itu segalanya bagi saya,”katanya.(*/tri jumartini)