MOZAIK ISLAM
Mencontoh Nabi Ya’qub Saat Kesusahan

AsSAJIDIN.COM — Semua orang pasti pernah merasakan sesuatu yang tidak diinginkan. Di saat tertentu orang hidup bahagia, di saat yang lain pula boleh jadi orang hidup pilu. Ini adalah sunnatullah.
Dalam menyikapi masalahnya, orang memiliki beragam tindakan untuk memecahkannya. Ada yang mencurahkan uneg-unegnya kepada keluarga, teman, atau bahkan pada benda-benda mati.
Apalagi sering dijumpai tidak sedikit orang yang apabila mempunyai problem, selalu ia curhatkan di jejaring sosial sehingga semua manusia mengetahuinya. Tak peduli apakah itu ‘aib atau bukan.
Sesungguhnya semua masalah itu tidak sepantasnya disebar dan diceritakan kepada setiap orang yang diadukannya.
Cukup semua perkara yang dihadapi seorang muslim “hanya dicurhatkan” kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
Lihatlah Nabi Ya’qub ‘alaihissalam ketika menghadapi kesedihan berupa kehilangan putranya, Yusuf, sehingga anak-anaknya yang lain mengiranya akan bertambah sakit dan sedih maka dengarlah jawaban Nabi Ya’qub yang perlu diteladani setiap muslim,
“Dia (Ya’qub) menjawab:
“Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku.” (Yusuf: 86).
Seorang muslim hanya akan menampakkan kelemahannya di hadapan Allah, tidak kepada makhluk yang sama-sama lemah. Oleh karena itu kita memiliki dzikir,
لَا حَوْلَ وَ لَا قوَّةّ إِلَّا بِا الله
Yang maknanya adalah tidak ada daya untuk menghindari kemaksiatan dan upaya untuk melakukan ketaatan kecuali kekuatan dari Allah. (*/sumber Mutiara Dakwah Islam Community)