One Day One Ayat: Qs Al A’raf Ayat 96, Jika Semua Penduduk Beriman dan Bertaqwa…

ASSAJIDIN.COM — Jikalau sekiranya penduduk negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami melimpahkan kepada mereka berkah dan langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya (Q.S. Al- ‘A ‘Raf 96).
Ayat diatas menjelaskan bahwa keberkahan hidup yang diperoleh suatu kaum tergantung kepada tingkat keimanan dan ketaqwaan yang mereka miliki. Apabila tingkat keimanan dan ketaqwaan yang harus dimiliki setiap muslim masih lemah dan tak mampu memotivasi diri mereka untuk mencari kebahagiaan hidup yang sesuai dengan rukun iman dan tingkat ibadah mereka tak mampu membentuk kepribadian mutaqqin maka kehidupan mereka akan mengalami kehancuran. Artinya mereka diperintahkan untuk menjalani kehidupan berdasarkan keimanan dan membangun kepribadian yang mutaqqin melalui berbagai macam ibadah. Bila hal ini tidak diindahkan atau denganp pengertian mendustakan petunjuk ayat-ayat Allah dengan perilaku maksiat maka Allah akan menghukum mereka dengan basalan azab yang setimpal dan hasil perbuatan mereka sendiri.
Sebaliknya apabila penduduk negeri (masyarakat) memiliki kepercayaan penuh terhadap rukun iman yang mampu mengekspresikan keyakinannya dalam bentuk sikap perbuatan akan dapat memotivasi mereka dalam memperjuangkan hidup sesuai dengan tujuan hidup mereka yaitu beribadah kepada Allah dan sekaligus menjadi khalifah untuk mengelola kehidupan di bumi ini sesuai rambu-rambu syariat Allah.
Kemampuan mengekspresikan nilai keimanan untuk mencapai tujuan hidup tadi haruslah setiap saat dilatih melalui ibadah yang prinsipnya tertuang dalam rukun Islam. Semua ibadah itu menjadi ajang pelatihan bagi kaum muslimin untuk menjadikan dirinya sebagai pribadi mutaqqin. Sebagai seorang yang berkepribadian mutaqqin tentu dirinya
memiliki berbagai karakter akhlak mulia dan tangguh sehingga mampu menghadang tantangan hidup dan berjuang dengan penuh keuletan dan kecerdasan yang tinggi sehingga semua tujuan hidup dapat dijalankan danm mampu meraihnya dengan baik. Kemudian pada gilirannya mereka mampu mengelola kehidupan ini dan menjadikan negerinya sebagai baljatunn thaibatunn warabbul ghaffur yaitu menjadi negeri yang aman, tentram dandamai dimana Allah memberi keampunan kepada seluruh penduduknya. Inilah yang dimaksud secara umum memperoleh kehidupan yang berkah.
Ayat diatas mengaitkan keimanan dan ketaqwaan sebagai prasyarat untuk memperoleh karunia Allah melalui perolehan keberkahan dan langit dan bumi. Apa yang dimaksud keberkahan ? Kata barakah dan derivatnya atau turunannya tersebut 32 kali dalam Al-Qur’an. Para ahli tafsir, menafsirkan keberkahan dan langit dalam 2 (dua) pengertian secara umum yaitu:
Satu Pengertiannya curahan air hujan yang menimbulkan dan membawa faedah dengan munculnya tumbuh-tumbuhan dan ketersediaan air di lahan-lahan yang kering sehingga orang bisa bercocok tanam sementara itu keberkahan di bumi berupa lahirya tanah-tanah yang subur yang mendatangkan panen raya sehingga mendatangkan rezeki yang berlimpah ruah dan juga ketersediaan kekayaan hasil bumi maupun mineral dan sebagainya.
Dua Mengartikan keberkahan langit dan bumi dengan mengaitkan kata berkah itu yang terungkap didalam Al-Qur’an kepada 4 (empat) kaitan yaitu:
a. Kata berkah menerangkan benda mati misalnya air hujan “ma’an mubaraqan” “Dan Kami turunkan dan langit ma ‘an mubaraqan (air yang banyak manfaatnya), lalu kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam dan pohon kurma yang tinggi-tinggi, yang mempunyaj mayang yang bersusun-susun untuk menjadi rezeki bagi hamba hamba(Kami) (Q.S. Qaf: 9—
b. Menerangkan tentang waktu misalnya menyifati malam turunnya Al-Qur’an dengan malam yang barakah “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peningatan “.
c. Merujuk terhadap pribadi seseorang misalnya terhadap Nabi Nuh “difirmankan. “Hai Nuh, turunlah dengan selamat sejahtera dengan penuh keberkatan dan Kami atasmu dan atas umat-umat (yang mu ‘mm) dan orang-orang yang bersamamu “. (Q.S. Hud :32-48)d. Berkat yang berkenaan dengan tempat ibadah misalnya Ka’bah yang berada di kota Mekah “Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia ialah Baitullah yang di Barkah (Mekah) yang iberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. Menurut Jabbar dan Burhanuddin dalam ensikiopedi makna Al-Qur’an, inilah makna yang dikaitkan dengan kata barakah yang tertera dalam Al Qur’an. Sejalan dengan kontek ini, sebahagian para ulama menafsirkan keberkahan dan langit adalah dalam bentuk sinergi keimanan dan ketaqwaan yang melahirkan ide-ide, gagasan-gagasan yang bernuansa keimanan dan ketaqwaan yang mendorong seseorang mampu melahirkan pemikiran yang cemerlang sehingga dapat mendapat kelimpahan rezeki dan Allah (kelimpahan berdasarkan perpaduan antara ilmu dan iman). Sementara itu keberkatan dan bumi adalah keberkatan yang bersifat konkrit berupa tingkah laku yang mendatangkan keuntungan yang bersifat material (berupa karunia Allah dalam bidang pemenuhan kebutuhan hidup).
Sesuai penafsiran yang kedua mengenai makna keberkatan, maka dapat dipahami bahwa keberkatan langit itu berupa penduduk negeri yang memiliki keimanan dan ketaqwaan mampu mengembangkan kepribadian yang cerdas otak kirinya yang melahirkan berbagai ide atau teori pengetahuan dan disatu sisi dan otak kanannya memiliki kecerdasan emosional dan spiritual yang mampu mendorong mereka untuk selalu peduli terhadap potensi-potensi sumber daya alam demi mensejahterakan kehidupan manusia. Melalui ide yang cemerlang dan kemampuan bertindak untuk menciptakan peralatan-peralatan teknologi yang ramah lingkungan sehingga ketika menggarap sumber daya alam akan dapat membawa faedah secara maksimal.
Artinya manusia dapat mencapai kesejahteraan hidup dan meminimalkan kerusakan ekosistem. Kemampuan inilah yang dimaksud dengan terbukanya keberkatan itu di bumi. Misalnya ketika Allah menurunkan hujan dan langit, hal itu merupakan karuniaNya untuk membawa kebaikan kepada manusia. Akan tetapi kalau manusia tidak mampu memikirkan mencari ide-ide pemanfaatan secara tepat maka karunia Allah itu akan menjadi malapetaka bagi manusia contoh bila air hujan dibiarkan saja mengalir kesungai dan ketumpah di laut berjuta-juta kubik perhari sementara itu tidak dibuat bendungan-bendungan dan tempat-tempat peresepan air disekitar penggunungan dan lembah-lembah maka akan terjadi banjir yang merusak tanaman dan menggangu kehidupan manusia. Sebaliknya apabila masyarakat peduli terhadap lingkungan dan bagaimana menean gagasan-gagasan agar air hujan menjadi sumber kesejahteraan bukan menjadi malapetaka. Seharusnya perlu kepada bendungan-bendungan air yang banyak didaerah penggunungan yang mendatangkan faedah antara lain terjadi danau-danau buatan yang menghasilkan ikan air tawar.
Air bendungan dikeluarkan dengan sedikit-sedikit untuk mendorong turbin listrik tenaga air. Kemudian air tersebut digunakan untuk irigasi sehingga orang dapat bercocok tanam sepanjang tahun. Sementara itu faedah listrik di pedesaan selain berbiaya murah juga dapat menghidupkan home industry dengan teknologisederhana dan sebagainya. Inilah contoh ketika Allah mengatakan menurunkan keberkatan dan air pada surat Qaf yang telah disebutkan diatas. Disamping itu ketika Allah menyebutkan keberkatan yang berhubungan dengan kepribadian sebagaimana yang disinggung pada surah Hud diatas. Maksudnya keimanan dan ketaqwaan dapat melahirkan kepribadian yang berkarakter mulia.
Karakter pribadi selain keyakinan yang pokok terhadap Allah sebagai Maha Pengatur ALam semesta tapi juga pribadi yang telah dilatih setiap saat melalui berbagai ibadah yang tertera dalam rukun Islam pasti dapat menjadi pribadi yang berkarakter, berpendirian teguh (istiqomah), jujur, disiplin, bertanggungjawab, peduli kepada jama’ah, selalu bersikap positif terhadap segala hal yang terjadi sehingga mampu memetik hikmah yang berguna bagi kehidupan bangsa.
Pribadi yang dilatih melalui ibadah menjadi seorang yang tekun, mampu bekerja keras, rela berbagi menyisihkan hasil usahanya untuk membantu orang lain yang belum beruntung memperoleh kesejahteraan hidup. Pribadi yang penuh belas kasih, ramah, santun dan lembut dalam berkomunikasi sehingga melahirkan suasana kedamaian dan ketentraman. Pribadi yang mampu memanfaatkan segala peluang dan waktu untuk mengisi hal-hal yang posifit dan selalu berwasiat saling menasehati tentang perlunya menegakkan kebenaran dan keadilan serta meredam dan embasmi kemungkaran sebelum muncul kepermukaan. Pribadi yang selalu mengutamakan lahirnya nilai-nilai positif ditengah masyarakat dan selalu berlomba melahirkan kebaikan untuk kesejahteraan hidup bersama.(*/sumber:pusatislam)