Setia Pandu Pengunjung Museum Negeri Sumsel Sejak 1990, Tamzi Mampu Lakukan ini untuk Keluarganya
AsSAJIDIN.COM –Tidak banyak orang bertahan pada satu bidang pekerjaan saja dan menyukai profesinya. Berbeda halnya dengan Tamzi, sejak tahun 1990 hingga kini ia bertugas menjadi pemandu Museum Balaputra Dewa.
Museum menjadi tempat terpenting lantaran menyimpan dan memamerkan peninggalan bersejarah di Sumatera Selatan (Sumsel). Menjadi tempat edukasi non formal yang kaya akan pengetahuan. Hal inilah yang membuat Tamzi mencintai profesinya.
Ia mulai bekerja di Museum Balaputra Dewa sejak museum ini baru pertama kali buka, Juli 1984. Kala itu ia bekerja sebagai tenaga honorer dengan gaji Rp 25.000 perbulannya. Dengan usaha yang kuat ia lulus PNS pada 1 Maret 1986 dan bertugas di tata usaha museum.
“Pada tahun 1990 sampai sekarang saya bertugas sebagai pemandu museum, jadi kalau ada yang datang untuk melihat-lihat, saya sebagai guide atau pemandunya,” katanya, Selasa (10/11/2020).
Menjadi pemandu museum tidak memiliki hari libur kecuali hari Senin. Meskipun tanggal merah atau hari libur nasional, ia tetap bekerja dan museum tetap buka karena biasanya banyak orang berkunjung saat hari libur.
Di samping harus menguasai tentang museum, pemandu juga harus mengusai objek wisata Sumsel untuk pengetauan pengunjung. Juga berbagai peninggalan menarik lainnya seperti di Palembang ada BKB, Ampera, dan peninggalan dari kabupaten lain yang dibawa ke museum.
“Menarikanya selain punya banyak pengetahuan, kita juga bisa ketemu banyak orang dari berbagai kalangan dan negara, seperti Malaysia, Singapura, Inggris, yang datang ke museum,” katanya.
Menurut ayah dari empat orang anak itu, jika menjalani satu profesi harus dijalankan dengan baik dan sepenuh hati. Bahkan, dengan komitmen tersebut ia mampu menguliahkan empat orang anak.
“Alhamdulillah, sudah ada yang bekerja dan lulus CPNS, tinggal satu yang masih kuliah di UIN Raden Fatah dan sedang susun skripsi,” katanya. (*/sumber: assajidingroup/Kamayel Ar-Razi)