SYARIAH

Tingkatan Puasa Menurut Imam Ghazali, Tujuan Meraih Takwa

AsSAJIDIN.COM — Tujuan puasa adalah takwa. Untuk mencapai takwa, diuji dan dilatih dulu dengan menahan diri dari memperturutkan keinginan nafsu secara lahir juga harus menahan nafsu batin. Dan, itu tidak hanya sekedar menahan diri dari makan dan minum saja. Namun, juga dari memandang segala apa yang diharamkan, mempergunjingkan orang lain, mengadu-domba dan berdusta.
Oh bahwa lapar itu tak enak, maka mari membantu kaum duafa. Oh marah itu tak baik karena mengganggu jiwa dan dengan berpuasa diharapkan amalan itu menjadi pribadi yang dilakukan setiap hari di diri kita.
Semua itu dapat membatalkan nilai dan pahala puasa.

Sebagaimana Rasulullah saw. pernah bersabda,

خمس يفطرن الصائم : الكذب الغيبة النميمة النظر بشهوة اليمين الكاذبة

Lihat Juga :  Kadar Fidyah Orang Sakit atau Lanjut Usia, dengan Uang atau Makanan?

Lima hal yang dapat menghilangkan pahala orang yang berpuasa, yakni; berbohong, menggunjing, mengadu-domba, bersumpah dusta dan memandang dengan syahwat.” (HR. Ad-Dailami)

Terkait hal tersebut, Imam Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menjelaskan bahwa puasa dilihat dari dimensi tasawuf memiliki tiga tingkatan. Yaitu, puasa bagi orang awam, orang khusus, dan puasa bagi orang yang lebih khusus.

Pertama. Puasa pada tingkatan awam ialah menahan perut dan kemaluan dari memenuhi tuntutan syahwat.

Kedua. Puasa khusus ialah menahan pendengaran, lidah, tangan, kaki dan anggota-anggota tubuh lainnya dari berbuat kemaksiatan.

Ketiga. Adapun puasa bagi orang yang lebih khusus ialah puasa yang melibatkan hati demi menjaga keinginan-keinginan yang rendah dan pikiran-pikiran yang berorientasi keduniaan, serta mencegah dari tujuan selain Allâh Ta‘âla secara keseluruhan.

Lihat Juga :  Khutbah Jumat : Lima Kiat Mematahkan Godaan Setan 

Pada tingkatan puasa yang lebih khusus, semua anggota tubuh harus dijaga dari melakukan segala tindak kemaksiatan. Ini adalah tingkatan puasa yang tertinggi. Seseorang biasanya bisa mencapai tingkatan ini setelah melalui tahapan-tahapan sebelumnya.

Karena itu, agar bisa mencapai tahapan tertinggi dalam tingkatan puasa itu, hindarilah hal-hal yang dapat menghapus atau merusak nilai puasa. Sebab pahala puasa menjadi batal akibat melanggar larangan-larangan yang telah ditetapkan dalam berpuasa. Selain itu nilai puasa itu akan tergambar saat setelah Ramadhan berlalu apakah makna puasa itu membekas di hati dan perbuatan bagi yang menjalankannya yakni untuk mencapai takwa. (*/sumber: bincangsyariah.com)

Back to top button