Menjadi yang Sedikit
Bangun Lubis [ Wartawan AsSajidin.com ]
Kebanyakan orang zaman sekarang ini ingin terkenal. Lalu menjadi bagian dari orang banyak. Pergaulannya luas dan ingin semua diketahuinya. Kalau tidak ikut arus kebanyakan, orang bilang kita tertinggal, atau tidak gaul. Kolot. Sekalipun melawan arus, penting harus ikut kebanyakan. Ini gaya zaman kini.
Mengutif kisah Sahabat Rasulullah, Imam Ahmad bin Hanbal, dalam bukunya Az-Zuhud, diriwayatkan, bahwa suatu hari, Khalifah Umar bin Khattab, berjalan di sebuah pasar. Saat melintas, dia mendengar seorang laki-laki sedang berdoa.
Orang itu berdoa, “Ya Allah, jadikanlah aku termasuk golongan orang yang sedikit. ”Dalam pandangan Umar, orang itu berdoa sangat aneh karena tidak biasa.
Merasa aneh dengan cara berdoa orang itu, Umar mendatanginya seraya bertanya, “Wahai hamba Allah, siapa yang engkau maksud dengan golongan orang yang sedikit itu? Dan, dari mana engkau mendapatkan doa yang demikian itu?”
Lelaki itu menjawab, “Aku mendengar Allah berfirman, ‘Dan, tidaklah beriman bersamanya (Nuh), kecuali sedikit.’ (QS Hud [11]: 40). Kemudian pada ayat lain, aku mendengar Allah berfirman, ‘Dan, hanya sedikit dar ihamba-hamba-Ku yang bersyukur.’” (QS Saba [34]: 13).
Mendengar jawaban cerdas dari lelaki itu, Umar berkata, “Setiap orang lebih faqih (ahli) daripada Umar.”
Lelaki dalam kisah di atas mengajarkan pada kita bahwa kegigihan untuk bertahan di tengah arus besar pandangan dan sikap manusia itu bukanlah suatu hal yang mudah. Butuh akar iman yang kuat dan militansi Islam yang hebat agar kita bisa melawan arus besar yang tidak sesuai dengan norma dan ajaran Islam itu.
Dan, perlu kita sadari bahwa orang yang siap untuk melakukan demikian itu sangatlah sedikit. Maka, tak ada salahnya apa bila kita berdoa dengan cara yang sama seperti laki-laki itu. “Ya Allah, jadi kanlah aku bagian dari hamba-hamba-Mu yang sedikit.”Aamiiin.(*)