MOZAIK ISLAM

Memilih Jalur yang Tepat dalam Menimba Ilmu Agama

 

ASSAJIDIN.COM –Setiap Tujuan Memiliki Jalur. Setiap tempat tujuan memiliki jalur yang menghantarkan pelancong ke sana. Setiap cita-cita ada jalan yang menghantarkan para pejuang untuk meraihnya. Demikian pula ilmu. Syekh Sholih Al-‘Ushoimi (Pngajar di dua masjid suci : Masjidil Haram dan masjid Nabawi) menasehatkan,

وإن للعلم طريقا من أخطأها ضل ولم ينل المقصود, ربما أصاب فائدة قليلة مع تعب كثير

“Ilmu itu memiliki jalur, yang siapa keliru memilih jalur, dia tidak akan sampai tujuan. Sehingga bisa jadi dia telah banyak lelah, namun ilmu yang didapat sedikit.” (Khulashoh Ta’dhiimil Ilmi, hal. 19)

Seperti saat anda pergi ke suatu tempat, lalu tersesat. Sehingga berjalan berkali-kali lipat dari jalan yang sebenarnya. Lelah dan menghabiskan banyak waktu. Itulah gambaran akibat dari tidak mengetahui cara yang benar dalam belajar.

Apa Gerangan Jalan yang Tepat Meraih Ilmu?
Syekh Muhammad Murtadho bin Muhammad Az-Zubaidi, penulis kitab Tajul ‘Arus mengungkapkan metode yang tepat dalam menuntut ilmu agama dalam bait syair karyanya,

فما حوى الغاية في ألف سنة شخص فخذ من كل علم أحسنه

بحفــظ متن جامعٍ للراجــــــحِ تأخذه على مفيد ناصـــــــــــــحِ.

Tak mungkin semua cita-cita dapat seorang raih, meski berjuang seribu tahun.

Maka ambillah yang terbaik dalam setiap disiplin ilmu.

Lihat Juga :  Profil Husain Basyaiban, Pemuda yang Aktif Berdakwah di Media Sosial Miliki 4,7 Juta Follower

Dengan menghafal matan yang terbaik.

Lalu engkau pelajari di hadapan guru yang mufid dan nashih.

Maka jalur yang benar dalam belajar ilmu agama, ada di dua hal berikut :

Langkah Pertama
Menghafal matan – matan ilmiyah terbaik untuk setiap cabang ilmu.

Matan adalah, kitab-kitab ringkas yang berkaitan disiplin ilmu agama. Seperti al Ajurrumiyah dalam ilmu nahwu, Ushul Tsalatsah dalam ilmu akidah, al Waroqot dalam ilmu Ushul Fikih, Nazom Al Baiquni dalam ilmu hadis dst.

Karena menuntut ilmu tak bisa lepas dari aktivitas menghafal. Sampai Syekh Sholih Al-‘Ushoimi rahimahullah menegaskan,

فمن ظن أنه ينال العلم بلا حفظ فغنه يطلب محالا

“Siapa yang menduga bahwa ilmu pengetahuan itu dapat diraih tanpa menghafal, makai a sedang mencari sesuatu yang mustahil.” Khulashoh Ta’dhiimil Ilmi, hal. 20)

Langkah Kedua
Kuasai matan-matan ilmiyah itu dengan belajar di hadapan guru yang punya dua sifat ini :

Mufid / ifadah
Artinya kapabel, atau benar-benar mengilmui ilmu yang akan kita ambil darinya.

Nashih / nashihah.
Artinya sosok guru yang padanya ada dua kriteria :

Akhlaknya layak dijadikan teladan
Mengetahui cara yang hikmah dalam mengajarkan ilmu.
Dia menguasai metode menyampaikan ilmu yang mudah dipahami murid dan dia bisa mengajarkan ilmu yang paling susuai dibutuhkan anak didiknya.

Lihat Juga :  Misi Kemanusiaan, ACT Luncurkan Gerakan Bangkit Bangsaku di Sumsel

Dari sini kita bisa mengambil pelajaran, bahwa mencari ilmu itu harus dengan talaqi kepada guru yang mumpuni. Maksudnya talaqi, kita harus datang ke kajian, duduk menyimak mencatat memahami ilmu yang disampaikan oleh guru kita. Tidak bisa ilmu ini hanya di dapat memalui video singkat yang kita dapat di pesan sosmed, beranda sosmed atau di youtube. Meski tak bisa dipungkiri, di situ juga ada manfaat. Namun itu hanya penunjang belajar, bukan cara belajar yang pokok. Kecuali mereka yang berada di kindisi mendesak, seperti tak ada guru di tempat ia tinggal yang layak diambil ilmunya, itu lain cerita. Seorang untuk dapat benar-benar meraih ilmu, harus siap merendahkan hati dan berjuang, belajar di hadapan guru.

Dalil Metode Menuntut Ilmu
Dalil metode ini adalah hadis yang diriwayatkan Abu Dawud no. 3659 dalam Sunannya, dengan sanad yang kuat. Dari Ibnu Abbad radhiyallahu’anhuma, Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

تسمعون ويسمع منكم ويسمع ممن يسمع منكم

Sekarang kalian menyimak ilmu. Lalu nanti orang-orang akan menyimak ilmu dari kalian. Lalu orang-orang akan menyimak ilmu dari murid-murid kalian. (*/Sumber: Penulis: Ustadz Ahmad Anshori, Lc/Artikel: Muslim.or.id)

Back to top button