Puasa dan Keutamaan Bulan Muharram
ASSAJIDIN.COM — Muharam termasuk bulan yang dimuliakan. Sebagaimana dilansir nu.or.id saking mulianya, bulan ini dijuluki dengan syahrullah (bulan Allah). Muharam dikatakan mulia karena di dalamnya terdapat amalan sunah yang sangat dianjurkan untuk melakukannya.
Amalan sunah yang dimaksud ialah puasa. Kesunahan puasa di bulan Muharam didasarkan pada hadits riwayat Abu Hurairah: “Seseorang datang menemui Rasulullah SAW, ia bertanya, ‘Setelah Ramadan, puasa di bulan apa yang lebih afdhal?’ Nabi menjawab, ‘Puasa di Bulan Allah, yaitu bulan yang kalian sebut dengan Muharam,” (HR Ibnu Majah).
Dalam hadis riwayat Muslim disebutkan sebagai berikut.
“Puasa yang paling utama setelah Ramadan ialah puasa di bulan Allah, Muharam.”
Puasa Asyura atau puasa sunnah yang dilakukan pada tanggal 10 Muharam jatuh pada Kamis (20/9/2018) minggu depan. Amalan ini menjadi lebih sempurna ketika dilakukan pada 8, 9, dan 10 Muharam.
Hadits yang menjadi dasar ibadah puasa sunnah tersebut diriwayatkan oleh Abu Qatadah ra, Rasulullah bersabda, “Aku berharap pada Allah dengan puasa Asyura ini dapat menghapus dosa selama setahun sebelumnya.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Ibnu Abbas ra juga berkata “Aku tidak pernah melihat Rasulullah, berupaya keras untuk puasa pada suatu hari melebihi yang lainnya kecuali pada hari ini, yaitu hari as Syura dan bulan Ramadhan.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Amalan lainnya adalah muhasabah atau introspeksi diri. Hal ini penting dilakukan oleh setiap muslim.
Rasulullah bersabda: “Orang yang cerdas adalah orang yang menghitung-hitung amal baik (dan selalu merasa kurang) dan beramal saleh sebagai persiapan menghadapi kematian”.
Pergantian tahun tentu bukan hanya sekedar menjadi pergantian kalender saja, namun juga dapat menjadi peringatan bagi umat islam mengenai amalan apa yang sudah dilakukan pada tahun lalu, dan apa yang akan dilakukan besok.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Hasyr: 18).
Ayat ini memperingatkan untuk mengevaluasi perbuatan yang telah dilakukan di masa lalu agar amalan yang dilakukan di masa depan semakin meningkat, sebagai bekal di hari akhir.
Di samping amalan-amalan yang dapat dilakukan pada bulan Muharam, ada beberapa keutamaan bulan Muharam.
Para ulama menyatakan bahwa penyandingan sesuatu dengan lafaz jalalah (lafaz Allah) memiliki makna pemuliaan.
“Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah dua belas bulan, dalam ketetapan di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya terdapat empat bulan haram.” (Q.S. at Taubah :36).
Dalam hadis yang dari sahabat Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya zaman itu berputar sebagaimana bentuknya semula di waktu Allah menciptakan langit dan bumi.
Setahun itu ada dua belas bulan diantaranya terdapat empat bulan yang dihormati: 3 bulan berturut-turut; DzulQo’dah, Zulhijah, Muharam dan Rajab Mudhar, yang terdapat di antara bulan Jumada tsaniah dan Syaban.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Pada keempat bulan inilah Allah melarang kaum muslimin untuk berperang dan juga melakukan maksiat dan dosa, walaupun bukan berarti berbuat maksiat dibolehkan pada bulan-bulan lainnya. Namun memang lebih ditekankan untuk menghindari maksiat pada bulan ini.
Kemudian keutamaan lain pada bulan ini adalah mengenang hijrah Rasulullah saw. Bulan Muharam juga memperingati hijrah Rasulullah dari Mekah ke Madinah pada akhir bulan Shafar, dan tiba di Madinah pada awal bulan Rabiul Awal.
Sesampainya di Madinah, Rasulullah dan pengikutnya memulai babak baru perjuangan islam. Perjuangan demi perjuangan mulai dilakukan Rasululllah untuk menyampaikan wahyu Allah dan mendidik manusia yang beradab.(*)