Khawatir dan Galaulah pada Tempatnya, Tugas Kita Hanya Taat
AsSAJIDIN.COM — Persoalan rezeki, jodoh, biaya hidup yang semakin mahal, kondisi keuangan yang begitu begitu saja, karir pekerjaan yang seolah stuck, usaha yang sulit berkembang, cicilan hutang yang tak kunjung selesai, atau hal hal lain yang menjadi turunannya, seringkali menjadi topik besar yang kita khawatirkan.
Padahal tahukah Anda,
Sebuah riset menunjukkan bahwa orang-orang yang selalu terbebani dengan pikiran dan perasaan serba kekurangan, justru akan menghambat mereka untuk memiliki nasib yang lebih baik.
Karena alokasi energi otak terserap cukup besar untuk memikirkan kekurangan demi kekurangan itu dan habis sudah untuk bisa berpikir kreatif berupaya mengubah nasib menjadi lebih baik.
Riset menarik yang dilakukan oleh Eldar Shafir (Professor ekonomi dari Yale University) dan Sendhil Mullainathan (Guru besar Ekonomi dari Harvard University) ini menjawab mengapa orang2 kaya semakin kaya, orang2 miskin tetap miskin, dan orang2 yang kekurangan akan cenderung bertahan selamanya dalam kondisi seperti itu
Sahabat-sahabat fillah,
Kesalahan terbesar dalam hidup adalah mengkhawatirkan apa yang sudah dijamin, namun mengabaikan apa yang belum dijamin.
Dalam urusan rezeki, mestinya tak perlulah kita banyak khawatir. Tenangkanlah hati dan istirahatkanlah diri kita dari berlelah-lelah memikirkan rezeki.
Karena hewan melata yang tidak punya alat gerak sekalipun berada dalam jaminanNya. Apalah lagi manusia yang punya sebaik-baik dan seindah-indahnya bentuk.
Alokasikan fokus pikiran dan perasaan kita pada tempat yang semestinya.
Yang perlu kita khawatirkan adalah seberapa sungguh sungguh kita dalam taat.
Bukankah tugas kita hanya taat?
Petunjuk dan bimbingan datang dari taat; ditunjukkan jalan2 rezeki terbaik, dibukakan peluang2 yang tak terpikirkan sebelumnya, diperlihatkan solusi yang tidak terduga, dipertemukan dengan orang2 yang tepat, dituntun tiap langkah dalam setiap pengambilan keputusan, semua itu datangnya dari taat.
Tanpa taat, dunia datang memperbudak.
Dengan taat, dunia datang tertunduk hina.
Tak pernah bosan rasanya mentafakkuri hadits Nabi;
“Barangsiapa menjadikan dunia sebagai tujuan utamanya, maka Allah akan cerai beraikan urusannya, lalu Allah akan jadikan kefakiran selalu menghantuinya, dan rezeki duniawi tak akan datang kepadanya kecuali hanya sesuai yang telah ditakdirkan saja. Sedangkan, barangsiapa yang menjadikan akhirat sebagai puncak cita-citanya, maka Allah akan ringankan urusannya, lalu Allah isi hatinya dengan kecukupan, dan rezeki duniawi mendatanginya padahal ia tak minta”.
(HR Al Baihaqi dan Ibnu Hibban)
Sekali lagi,
Yang perlu kita khawatirkan adalah seberapa sungguh kita dalam taat.
Bukankah tugas kita hanya taat?
Rezeki sudah dijamin, yang belum dijamin adalah keberkahan yang menyertainya. Keberkahan yang menjadikan semuanya tidak sia-sia.
Rezeki sudah dijamin, yang belum dijamin adalah nasib kita setelah kehidupan ini, kehidupan yang lebih panjang dan lebih berat.
Jannah? Atau Naar?. (*/Sumber:#MenemaniPerjalananCintaPadaNya#SonnyAbiKim#PPAInstitut)