HAJI & UMROH

Jemaaah Haji, Jangan Sia-siakan Saat Wukuf Arafah

MEKKAH, AsSAJIDIN.COM —  Wukuf di Padang Arafah merupakan puncaknya ibadah haji. Namun terkadang, karena jemaah haji sudah cukup lama berada di Tanah Suci yang telah menguras tenaga dan pikiran, ibadah ini rentan disia-siakan.

Prosesi ibadah haji terdiri dari beberapa rukun, wajib dan sunah. Di antara rukun ibadah haji yang paling atau bahkan menjadi inti adalah wukuf di Arafah pada 9 Zulhijah.

Jadi seluruh jemaah harus melaksanakan wukuf di Arafah karena jika ditinggalkan menyebabkan ibadah hajinya tidak sah.

Wukuf di Arafah merupakan rukun inti ibadah haji. Untuk itu, seluruh jemaah haji termasuk yang sedang sakit atau wanita yang sedang haid tetap harus berada di kawasan Arafah pada 9 Zulhijah, minimal sesaat di antara waktu zuhur hingga waktu fajar hari raya Idul Adha. Adapun wukuf yang paling utama dan sempurna adalah terus menerus berada di Arafah.

Sejak waktu Zuhur hingga magrib tanggal 9 Zulhijah sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. Para jemaah yang sakit bisa diantar ke Arafah dengan kendaraan meskipun hanya lewat, yang dikenal dengan istilah safari wukuf.

Lihat Juga :  Jadwal Lempar Jumroh untuk Jemaah Indonesia, Jemaah Diminta Jangan Pergi Sendirian

Ustaz Teuku Othman, pembimbing jemaah haji khusus Maktour mengatakan, haji itu adalah wukuf di Padang Arafah. Di mana salah satu makna dari Arafah adalah barang siapa yang mengenal dirinya maka dia telah mengenal Tuhannya.

“Bagaimana kita mengenal diri kita, apakah kita melihat cermin kita memandang ‘oh begitu tampannya’, bukan begitu makna mengenal diri. Tetapi kita mulai berpikir dari mana awal mulai kita diciptakan, sedang apa kita saat ini, dan hendak ke mana nantinya kita,” paparnya.

Nah, jika pikiran itu ada di dalam hati dan pikiran kita, maka instrumen Ketuhanan pun akan muncul dan kita mengakui bahwa kita adalah hamba Allah dan bakal memohon ampun kepada-Nya.

“Di tempat Arafah itulah bertemunya kemuliaan waktu dan kemuliaan tempat maka sia-sia orang yang di padang Arafah hanya tidur. Memang secara fiqih sah, walaupun di Arafah selfie-selfie doang, tidur-tidur doang. Tetapi ya hajinya haji selife, haji tidur,” lanjut ustaz Teuku.

Adapun makna wukuf di Arafah itu ada makna tasawufnya. Tadi ibadah kita kalau mau mabrur dikatakan harus menggabungkan tiga aspek ini: Tas, Ta, dan Fi.

Lihat Juga :  Saudi Protes Nyanyian “Yaa Lal Wathan” di Masjidil Haram, ini Imbauan Dubes RI

“Tasawufnya harus ada, tauhidnya kepada Allah juga harus ada, dan fikihnya tata caranya pun harus benar,” ia menandaskan.

Jadi sekali lagi, para jemaah diimbau untuk tidak menyia-nyiakan momentum wukuf Arafah. Dimulai dari perjalanan menuju Arafah, para jemaah dapat memperbanyak mengumandangkan talbiyah, salawat, istigfar dan zikir lainnya serta memanjatkan doa dengan penuh penghayatan.

Selama proses wukuf pun para jemaah disunahkan selalu dalam keadaan berwudu dan menghadap arah kiblat. Dan pada sore hari menjelang terbenam matahari (maghrib), jemaah dapat keluar tenda untuk melaksanakan doa wada’.

Selama wukuf di Arafah, para jemaah juga disarankan tidak keluar dari kawasan tenda atau melakukan hal-hal yang kurang bermanfaat. Para jemaah harus selalu menutup aurat, terutama di depan lawan jenis.

Adapun kegiatan yang dilakukan di Arafah total fokus beribadah. Mulai dari solat, membaca Alquran, berdoa, berzikir hingga mendengarkan khotbah Arafah. Khusus untuk doa, di Arafah inilah salah satu tempat mustajab untuk memanjatkan keinginan kepada Allah SWT.(*/sumber: detik.com)

Back to top button