MOZAIK ISLAM

Matahari Tepat di Atas Ka’bah, Kesempatan Pengurus Masjid Perbaiki Arah Kiblat

AsSAJIDIN.COM — Diperkirakan Senin (15/7) dan Selasa (16/7) matahari akan melintas tepat di atas Ka’bah. Peristiwa astronomi itu menjadi momentum tepat memeriksa kembali arah kiblat.

Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah (Urais Binsyar) Agus Salim mengatakan matahari akan melintas tepat di atas Ka’bah pukul 16.27 WIB atau 17.27 WITA. “Saat itu, bayang-bayang benda yang berdiri tegak lurus, di mana saja, akan mengarah lurus ke Ka’bah,” kata Agus dalam keterangan tertulisnya, Jumat (12/7).

Dia menjelaskan peristiwa tersebut dikenal dengan istilah istiwa a’dham atau rashdul qiblah. Artinya, waktu matahari di atas Ka’bah, di mana bayangan benda yang terkena sinar matahari menunjuk arah kiblat.

Agus mengatakan peristiwa tersebut biasanya digunakan umat Islam untuk memverifikasi kembali arah kiblat. Verifikasi dapat dilakukan dengan menyesuaikan arah kiblat dengan arah bayang-bayang benda pada saat rashdul qiblah.

Lihat Juga :  Peringati Maulid Nabi Muhammad SAW, Masjid Khairul Amal Gelar Khitan Massal Gratis

Agus mengatakan terdapat sejumlah hal yang perlu diperhatikan dalam proses verifikasi arah kiblat. Pertama, memastikan benda yang menjadi patokan harus benar-benar berdiri tegak lurus, atau pergunakan lot/bandul. Kedua, permukaan dasar harus betul-betul datar dan rata. Ketiga, waktu pengukuran harus disesuaikan dengan BMKG, RRI, atau Telkom.

Sementara Dewan Masjid Indonesia (DMI) tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. “Pada 15 dan 16 Juli pukul 16.27 WIB dan 17.27 WITA. Saat itu, menjadi waktu terbaik mengecek arah kiblat. Ini kesempatan terbaik untuk lalukan evaluasi ulang,” kata Sekjen DMI Imam Ad-daruquthni dikutip dari republika.co.id, Senin (15/7).

Lihat Juga :  Rumah Zakat Bagikan Bantuan BMK kepada Keluarga Pra Sejahtera dan Lansia di Desa Rejodadi

Melalui Dewan Kemakmuran Masjid (DKM), Imam mengatakan, DMI telah menginformasikan, mengimbau, dan menganjurkan kegiatan pengecekan kembali arah kiblat.

Sebab, peristiwa rashd al-qiblah menjadi kesempatan terbaik penyelenggara kemasjidan mengevaluasi lagi titik fokus kiblat masjidnya. “Saya kira kita perlu mengingatkan juga, kebetulan kita termasuk titik terjauh dari Saudi,” ujar dia.

Imam berharap hasil pengukuran dapat diumumkan secara terbuka pada jamaah di setiap masjid yang melakukan pengukuran. Pengukuran arah kiblat berhubungan dengan sejumlah hal, pertama ketepatan arah kiblat. Kedua, mengaplikasikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ketiga, memantapkan pelaksanaan kewajiban shalat.

“DKM, nanti saya kira akan memberi pengumuman ke jamaah di daerahnya bahwa telah dilakukan pengukuran kembali persistensi atau ketepatan arah kiblat,” kata Imam. (*)

Back to top button