Foto Biksu, Bantu Muslim Berwudhu Bukti Toleransi Agama di Indonesia
ASSAJIDIN.COM, Palembang — Foto biksu bantu muslim berwudhu, yang beredar di media sosial beberapa waktu lalu mengundang banyak perhatian masyarakat. Terlebih, foto tersebut diambil oleh seorang fotografer Lombok Post, Ivan di Desa Bentek, Kecamatan Gangga, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB). Foto mengharukan itu dianggap sebagai bukti toleransi antar umat beragama di Indonesia, yang menampar keras peristiwa pembantaian muslim di Rohingnya Myanmar.
Menyoal hal itu , Ustadz Yamin Pengasuh Pondok Pesantren Al Fatah Palembang mengungkapkan, tantangan paling besar bangsa Indonesia saat ini adalah merawat toleransi dan kerukunan.Salah satu caranya adalah merawat kehidupan yang baik lalu dipublikasikan ke semua tempat. Sehingga kelompok intoleran betul-betul kecil.
“Karena kita sering mempublikasikan kelompok intoleransi ini sehingga dianggapnya merupakan sesuatu yang besar, padahal yang paling besar adalah kelompok-kelompok yang toleran,” ungkapnya lebih lanjut.
“Saya harapkan ini bisa di-follow-up menjadi satu mekanisme kerja bersama antara semua agama yang ada di Indonesia, sehingga tidak ada lagi perselisihan agama, suku dan ras yang terjadi. Semoga bersama kita mampu mewujudkan dan merawat kesatuan persatuan,”harapnya.
Apalagi kata Ustadz Yamin, sebentar lagi Pemilu serentak yang pastinya akan banyak sekali terjadi perbedaan, namun dia berharap semoga momentum tersebut justru mampu menjadi awal titik yang baik bagi kita untuk merawat kebersamaan.Artinya nilai keberagaman yang berbeda itu seharusnya mampu menjadikan seseorang bersatu dan mempertimbangkan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Kendati demikian, lanjut ustadz Yamin, seseroang hendaknya mengetahui batasannya. Tidak boleh melecehkan dan menistakan ibadah orang lain. Sepertin yang sering terjadi, adanya pelecehan suara adzan, penistaan surat dhuha dan lain sebagainya. Bahkan yang sangat fenomenal adalah penistaan surat Al- Maidah oleh mantan Gubernur DKI Jakarta Batsuki Cahya Purnama beberapa waktu lalu dan menyedot perhatian dunia.
“Seharusnya, semakin dia menghayati dan menghormati keberagaman, sesungguhnya nilai keberagamaannya semakin tinggi. Itu disampaikan juga oleh guru-guru kita. Seperti Syekh Abdul Qodir Jaelani. Justru semakin orang memahami agamanya semakin menghormati keberagaman,” pungkasnya.
Untuk diketahui sebelumnya, Foto biksu bantu umat Islam berwudhu ini masuk nominasi foto terbaik dalam ajang Jawa Pos Group (JPG) Award 2018 Kompetisi Product Quality 2018 di Hotel Shangri-La Surabaya Jawa Timur, 1 Februari 2019 lalu.
Melansir pojoksatu.id seorang biksu bernama Samanera Dhiraseno membantu seorang muslim yang hendak melaksanakan shalat Jumat. Warga muslim tersebut kesulitan berwudu di sumur. Dan Dhiraseno kebetulan melintas. Ia kemudian spontan membantu warga menuangkan air dari ember untuk berwudhu.
Tanpa ragu, pria berpeci itu pun mengucapkan terima kasih. Lalu berwudu. Meski pakaian mereka menunjukkan identitas agama berbeda, namun keduanya tampak sangat akrab. Seolah tidak ada perbedaan di antara mereka. Peristiwa tersebut sangat kentara digambarkan dalam QS: Yunus (10) :39 Artinya dan jika Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya.
Kesimpulan dalam ayat ini menerangkan bahwa jika Allah berkehendak agar seluruh manusia beriman kepada-Nya, maka hal ini akan terlaksana, karena untuk yang melakukan yang demikian adalah mudah bagi-Nya. Sesungguhnya, andaikan Tuhanmu menghendaki untuk tidak menciptakan manusia dalam keadaan siap menurut fitrahnya untuk melakukan kebaikan dan keburukan, dan untuk beriman atau kafir dan dengan pilihannya sendiri dia lebih suka kepada salah satu diantara perkara-perkara yang mungkin dilakukan, dengan meninggalkan kebalikannya melalui kehendak dan kemauannya sendiri, tentu semua itu Allah lakukan. Namun, kebijaksanaan Allah tetap untuk menciptakan manusia sedemikian rupa, sehingga manusia mempertimbangkan sendiri dengan pilihannya, apakah akan beriman atau kafir, sehingga ada sebagian manusia yang beriman dan adapula yang kafir.
Sementara itu Ivan sang fotografer kepada awak media mengungkapkan bahwa, Desa Bentek memang sudah terkenal sebagai desa dengan tiga agama yang hidup berdampingan secara rukun. Penganut Islam, Hindu dan Buddha hidup bersama di desa yang juga berisi sebuah wihara besar.
“Saat itu hari Jumat. Azan Jumat sudah berkumandang saat melihat seorang pria sedang berwudhu dibantu seorang biksu saya fikir ini hal yang sangat mulia. Tanpa ada berfikiran lain, saya ambil itu gambar. Tidak tahu sampai se viral ini,”katanya sembari menjelaskan bahwa, memang letak sumur tempat pria tersebut berwudu terletak di belakang wihara.
Editor : Jemmy Saputera