Sehat ala Rasulullah, Salah Satunya Bangun Subuh
AsSAJIDIN.COM — Usman Sujarwo (52) sahabat pengajian di Al Furqon, menceritakan bahwa dalam dua bulan terakhir ia sehabis subuh selalu tidur sekitar satu jam. Itu yang membuatnya gelisah. Hati katanya seperti gelisah tetapi tidak ada yang digelisahkan.
Bahkan merasa tubuh tidak sehat. Lesu bahkan juga sering mengantuk di saat bekerja. Pikiran tidak focus, entah apa yang digalaukan tetapi hati tidak tenang. Memang tidur setelah subuh, bukan saja akan membuat badan lesu, tetapi dalam Islam itu memang dilarang, karena akan membuat pemikiran juga kacau dan bisa lemah.
Dalam satu hadis Rasulullah, dianjurkan pada subuh hari hingga siang, jemputlah sehatmu. Itu merupakan karunia dari Allah. Rasulullah SAW bersabda: “Ada dua nikmat yang sering kali dilalaikan oleh manusia, yaitu nikmat sehat dan kesempatan.”
Mengapa Nabi Muhammad SAW selalu sehat? Pertama, beliau senantiasa bangun subuh. Sepanjang catatan sejarah hidupnya selama 23 tahun beliau jadi Nabi senantiasa bangun waktu “subuh”, dan waktu subuh tentu tidak sama dengan waktu “pagi”.
*Pagi yang Sehat*
Dalam berbagai buku yang dijadikan sumber bacaan soal kesehatan sering didapati , bahwa waktu pagi adalah waktu setelah matahari terbit, kira-kira jam 07.00, sedangkan waktu subuh ialah setelah fajar menyingsing dan sebelum matahari terbit, sebagaimana disebutkan Alquran surah Takwir ayat 18. Artinya:// “Demi waktu subuh di kala fajar merekah.”//
Demi waktu subuh sebagai sumpah Allah dengan waktu itu, menunjukkan akan pentingnya waktu itu bagi kesehatan fisik dan mental. Udara subuh memang sangat segar dan banyak mengandung zat asam yang sangat diperlukan buat pernapasan manusia.
Tidak heran orang-orang yang suka bangun subuh dan selalu menghirup udara subuh sukar dihinggapi penyakit paru-paru. Pernapasannya teratur dan paru-parunya menjadi kuat. Bangun subuh tidak saja besar artinya bagi kesehatan jasmani, tetapi juga bag kesehatan rohani kita.
Kesehatan merupakan mahkota yang tidak dapat dirasakan kecuali bagi mereka yang sakit. //Dr Husain Haikal// dalam kitabnya, //Hayatu Muhammad//, dijelaskan, Nabi Muhammad SAW selama hayatnya yaitu 63 tahun hanya dua kali mengalami sakit, yakni ketika beliau kembali dari ziarah makam pahlawan di Baqi’, ketika susah tidur dan demam panas beberapa hari sebelum wafatnya.
Faktor kedua beliau selalu menjaga kebersihan. Sejak kecil Rasulullah menyukai kebersihan meskipun negerinya kekurangan air saat itu. Dan ketika diangkat menjadi Rasul, makin besar perhatiannya pada kebersihan. Beliau bersabda: “Kebersihan itu adalah sebagian daripada iman.” Maka, siapa yang tidak suka menjaga kebersihan, ternodalah sebagian imannya.
Jalan Kaki
Adapun faktor ketiga yang menyebabkan Rasulullah SAW senantiasa sehat adalah karena beliau selalu makan secukupnya. Rasulullah SAW bersabda: “Kami adalah kaum yang tak pernah makan sebelum lapar, dan bila kami makan tidak pernah sampai kenyang.”
Maka, makan diperlukan untuk hidup, tetapi manusia hidup bukan untuk makan. Manusia yang hidup hanya untuk makan merosot nilainya menjadi hewan. Sungguh tepat apa yang dikatakan oleh salah seorang sahabat Rasulullah SAW sekaligus menantu beliau, yakni ‘Ali bin Abi Thalib: “Orang yang hidup hanya untuk mengisi perutnya, nilainya sama dengan apa yang keluar dari perutnya.”
Faktor terakhir sebagaimana dalam tulisan, Hasanuddin QH, yang menulis buku //Kesehatan Dalam Islam,// beliau banyak berjalan kaki. Dalam berdakwah dari satu tempat ke tempat lain, Rasulullah senantiasa berjalan kaki mengingat keadaan saat itu belum ada kendaraan seperti sekarang ini.
Sehat adalah kondisi fisik di mana semua fungsi berada dalam keadaan sehat. Menjadi sembuh sesudah sakit adalah anugerah terbaik dari Allah kepada manusia. Adalah tak mungkin untuk bertindak benar dan memberi perhatian yang layak kepada ketaatan kepada Tuhan jika tubuh tidak sehat.
Dalam buku //Sehat Jasmani dan Rohani,// tulisan Ibnu Salman bin Akhyar, mengutip riwayat at-Tirmidzi bahwa Rasulullah saw bersabda: ‘Barangsiapa bangun di pagi hari dengan badan schat dan jiwa sehat pula, dan rezekinya dijamin, maka dia seperti orang yang memiliki dunia seluruhnya.” (*)
Penulis: Bangun Lubis