LENTERAMOZAIK ISLAM

Menghadiri Majelis Taklim, Menimba Ilmu Agama, Mengapa Sungkan?

 

AsSAJIDIN.COM — Kalau datang artis ke Palembang, konser musik atau kegiatan hiburan lainnya, seperti apa sambutannya? Mau mendung, mau panas terik menghadang, hujan lebat, tetap ramai orang datang.

Bandingkan bila ada majelis taklim/pengajian, Aduuuhhh…paling banter 20 orang, yang ikut pun ibu-ibu tua atau bapak- bapak renta, Masya Allah…Jarang orang mau datang.  Kecuali kalau ada penceramah kondang yang didatangkan, semisal Ustad Abdul Somad, Ustad Adi Hidayat, ya ramailah, sedikit… Tapi apa setiap hari ustad kondang hadir di tengah kita? tentu  tidak..

Ya begitulah belakangan ini semakin sedikit yang berminat mengikuti majelis taklim. Orang lebih suka hadir ke tempat-tempat yang kurang bermanfaat penuh dengan hiruk pikuk dan sarat dengan kemaksiatan. Jika mau jujur, hari ini lebih banyak kita melihat orang yang berkumpul di mall, café, di tempat-tempat konser musik daripada berkumpul di masjid untuk shalat berjamaah dan mendengarkan pengajian atau mengkaji ilmu agama  Tidak usahlah untuk melihatnya di lingkungan masyarakat umum. Di lingkungan yang notabene mayoritas Islam pun, majelis taklim  paling-paling hanya diikuti segelintir orang.

Mengapa hal ini terjadi? Ada beberapa hal yang bisa kita lihat  dari fenomena ini.

Pertama, bisa jadi majelis taklim yang dilaksanakan tidak terarah. Sehingga terkesan asal ada. Tidak punya program yang jelas, apa yang ingin dikaji dalam setiap pengajian. Pembahasan yang dihadirkan hanya sebatas pahala dan dosa.  atau juga tidak  tidak disesuaikan dengan kebutuhan jemaah. Akibatnya jemaah malas hadir karena materi yang disampaikan tidak menarik.

Kedua, majelis taklim identik dengan kegiatan para orang tua-tua  saja. Terkesan tidak menyentuh orang muda. Padahal majelis taklim sejatinya untuk semua orang, karena yang dikaji adalah ilmu agama, yang siapapun membutuhkan. Selain itu waktu penyelenggaraan majelis taklim juga biasanya memanfaatkan waktu libur. Kadang-kadang keluarga yang sibuk menjadikan waktu libur ini untuk berkumpul bersama keluarga, refreshing sebelum kembali sibuk di hari kerja. Hal ini juga yang membuat kumpul di majelis taklim menjadi pilihan yang berat sehingga akhirnya sungkan untuk mengikutinya.

Lihat Juga :  One Day One Hadist: Permudahlah, Jangan Mempersulit

 

Ketiga, majelis taklim  kegiatan pengajian selama ini  berlangsung monoteral. Penceramah berceramah, sementara anggota majelis taklim hanya mendengarkan. Tidak ada interaksi. Sehingga ada semacam miss komunikasi antara jemaah dan penceramah.

Di lain sisi, kegiatan pengajian rutin itu hanya merupakan ide dari beberapa orang pengurus masjid saja tanpa meminta pendapat dari jemaah lainnya untuk menyusun program pengajian yang lebih bagus.  Selain itu kurang dan bahkan hampir tidak pernah diadakan evaluasi untuk perbaikan.

Keempat, ini yang paling banyak mendominasi. Motivasi dari diri sendiri, dari jemaah yang bersangkutan yang sangat rendah untuk meningkatkan kualitas keimanan mereka. Alasan malas, sibuk, tidak ada waktu, mampu meruntuhkan niatan di hati yang sebenarnya pasti terbersit untuk mensucikan jiwa dengan mengikuti majelis taklim.

 

Apa Solusinya?

Pertama, mari kita siapkan satu waktu minimal dalam sepekan,  untuk mencharger jiwa kita dengan ilmu agama terutama ilmu Alquran. Ingatlah, bahwa kapan pun Allah sang maha pencipta kita sewaktu-waktu akan mengambil nyawa kita dari raga ini. Maka untuk mempersiapkan segalanya, mengenal ilmu Alquran sebagai pedoman hidup adalah kewajiban kita sebelum menghadap Khalik.

Ingatlah ayat ini, Maka apakah kamu menganggap remeh saja Al-Qur’an ini, (QS. 56:81)

Padahal Al Qur’an adalah wahyu Allah, yang merupakan pedoman,  petunjuk, penerangan dan sifa bagi ummat Muhammad, sesuai dengan ayat-ayat Allah sebagai berikut :

Kitab (al-Qur’an) itu tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, (QS. 2:2)

Katakanlah: “al-Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman. (QS. 41:44)Oleh karena itu sebagai ummat Islam kita wajib mempelajari dan  memahami ayat-ayat Al Qur’an, agar kita dapat menjalankan segala perintah dan manjauhi larangan Yang Maha Kuasa.

Kemudian sejalan dengan hal tersebut sabda Rasulullah s.a.w. di dalam hadits :

Dari Katsir bin Abdullah dari ayahnya, dari kakeknya, beliau berkata, Rasulullah s.a.w. bersabda : “Saya tinggalkan pada kamu sekalian dua perkara yang tidak sesat selama kamu berpegang teguh pada keduanya yaitu Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya” (HR Ibnu Abdul Barri)

Lihat Juga :  Membaca Surat Al Fath di Awal Puasa Ramadhan

Oleh karena itu kita, umat muslim yang telah berikrar hanya kepada Allah Rob semesta alam, mengikuti dan mentaati hukum dan aturan-aturan-Nya ? Berapa banyakkah kita mengambil/memperoleh pelajaran dari Al Qur’an ?

Allah telah menjelaskan dalam surat Al Qamar ayat 17, 22, 32 dan 40 bahwa Dia telah memudahkan Al Qur’an untuk dapat dipelajari dan dipahami untuk dilaksanakan. Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran (QS. 54:17, 22, 32,  40)

Kedua, Menyusun Kegiatan Majelis Taklim yang Baik

Majelis taklim perlu menyusun kegiatan pengajian yang lebih menarik misalnya: minggu pertama kajian fiqh, minggu kedua kajian tafsir, minggu ketiga kajian tasawuf, minggu keempat kajian

ilmiah dan populer yang sedang ramai dibicarakan tentu yang berdasarkan Alquran dan hadist. Yang jelas harus ada jadwal materi yang terstruktur dan harus disampaikan oleh orang yang berpengalaman dan mumpuni bidang keilmuannya.

Dibuat majelis taklim semenarik mungkin dengan waktu-waktu yang sudah disepakati oleh masyarakat yang bisa untuk menghadirinya. Tidak membatasi usia perserta, semua bisa datang untuk mendengarkan atau mengkaji.

Masyarakat saat ini cenderung bersifat materialis sehingga jika suatu kegiatan tidak mendatangkan manfaat mereka malas untuk menghadirinya. Apa salahnya dibuat snack dan minuman kepada setiap jama’ah yang hadir sebagai perangsang agar mereka mau datang. Manfaatkan kas masjid untuk membiayai semua keperluan pengajian tanpa mengutip infaq dari jamaah. Untuk tahap awal biarlah motivasi sebahagian jemaah datang untuk makan.seterusnya lama-kelamaan mereka akan merasa maalu dan sadar.

Mari bersemangat untuk kita mengkaji ilmu agama bersama-sama.  Ingat selalu kata Allah “Sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil  pelajaran?

Insya Allah ada… ya, kita-kita ini, bersama-sama ingin mendapat ridhonya, mengajak berbuat kebaikan, insya Allah.. Wallahualam bishawab.(*/sumber: tabloid Assajidin)

 

 

Back to top button