Vaksin Campak-Rubella, Antara Manfaat dan Kontroversi

AsSAJIDIN.COM — Frasa ‘mencegah lebih baik daripada mengobati’ terus dihidupkan, termasuk dengan cara pemberian vaksin. Bulan Agustus 2017, pemerintah sedang giat-giatnya berkampanye soal pentingnya vaksin campak dan rubella serta melakukan vaksinasi lewat lembaga kesehatan dan sekolah-sekolah.
Kemunculan program ini menuai beragam reaksi, seperti keraguan orang tua untuk memvaksin sang buah hati, juga adanya berita simpang siur yang membuat mereka ragu, termasuk keterkaitan halal dan haram karena disinyalir ada unsur babi di dalam vaksin MR. Untuk masalah ini, Kementerian Kesehatan tengah terus menjalin komunikasi dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang sertifikasi kehalalan vaksin MR.
Jadilah media sosial tempat curhatan para ibu-ibu yang bingung antara ingin memvaksin anak atau menolaknya. “Pulang ke cilegon dpt pertanyaan, “dekboy nanti mo vaksin MR?” dan gue mengiyakan. trs dlnjutkan prnyataan si mbak “ati2 bs autis!”, tulis Afliea Hidayah dalam akun Twitternya @ieafliea.
Jayanti menuliskan: “Kepikiran anak mau d vaksin MR, disuntik donk deseee dan daku jd mikir bgt. Apalah diriku iniii, oyin badannya panas aja udah kutangisin.”
Berbeda lagi dengan Inggit Sovia Dewi, ia masih kekurangan informasi tentang persiapan vaksinasi, sehingga ia bertanya pada akun @dr_piprim yang tak lain adalah akun milik dokter spesialis anak, Piprim B. Yanuarso.
“Assalamualaikum dr. @dr_piprim anak saya akan di vaksin MR, namun saat ini sedang batuk & pilek, apakah vaksinasi tetap dapat diberikan?”kicaunya.
Ada pula yang bingung karena setelah vaksin, justru sang anak jadi tidak enak badan seperti yang dialami akun @desly1985.
“Done vaksin MR Tapi kenapa jadi gak enak body ya nih bocah? Apa karena batuknya?” tulisnya.
Seberapa penting vaksin MR?
Kemenkes menegaskan, vaksin sangat penting dilakukan. Masyarakat perlu meningkatkan kesadaran bahwa penyakit campak dan rubella merupakan penyakit menular dan berbahaya. Ketua Komnas Pengkajian dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (PP KIPI), Hindra Irawan Satari mengatakan, negara-negara lain sudah bebas campak dan rubella pada 2015 silam. Artinya, Indonesia mesti menyusul ketertinggalan ini.
“Kita semua ingin anak tumbuh dan berkembang dengan sehat, cerdas serta berprestasi, maka penting bagi orang tua untuk mengimunisasi anaknya,” katanya dikutip dari CNN Indonesia.
Ia menyayangkan, orang tua masih kurang memperhatikan pengumuman atau edaran di lembaga kesehatan atau sekolah mengenai manfaat vaksin, persiapan serta efek sampingnya. Ia pun meminta, jika terdapat kejadian ikutan pasca imunisasi, sebaiknya orang tua melapor ke lembaga kesehatan atau sekolah tempat mereka membawa anaknya untuk divaksin.
Sementara itu, ahli neurologi, Irawan Wiragunatmadja menuturkan, virus campak begitu berbahaya bagi anak. Anak sehat, lanjutnya, yang terkena virus akan menimbulkan rash atau ruam, jika kondisi semakin parah akan terkena pneumonia atau infeksi saluran pernapasan.
“Lebih berat lagi, anak bisa kejang, lumpuh bahkan meninggal. Kalau dia selamat, maka muncul komplikasi penyakit. (Sedangkan) sindrom rubella sangat berat, bisa kelainan otak, mata, pendengaran, jantung bisa bocor,” tambahnya.(*)