Amalan Baik itu, Walau Sedikit Tapi Rutin Dilakukan
AMALAN – Walau sedikit tetap rutin dilakukan, maka amalan itu akan tumbuh bertimbun, dengan rahmat Allah yang Maha Pengasi lagi Maha Penyayang.
Oleh : Hj. Desmawati Djuliar [ Pemimpin SIT Al Furqon Palembang]
AsSAJIDIN.COM – Selalu ada kekhawatiran dari para jamaah menyangkut soal amalan, ketika mereka telah pulang dari Majelis Taklim. Karena ke majels taklim atau berguru bukan hanya untuk mendapatkan ilmu yang banyak saja, tetapi bagaimana mengaplikasikan ilmu itu pada setiap sikap dan prilaku sehari-hari.
Ada yang menanyakan kepada ustadz, apa saja amalan yang banyak pahalanya. Lalau ada juga yang berharap ada jawaban dari ustadz, amalan yang banyak yang akan membawa kebaikan atau pahala yang banyak . Tapi berdasarkan hadist jawaban para ustadz singkat saja. Yakni beramal itu boleh banyak tetapi adakalanya tidak mampu melaksanakannya karena waktu.
Ustads Sudirman Ali,Lc, Pada Kajian Ahad Malam di Mushola An Nur, Citra Damai Palembang mengimbau bahwa beramal yang yang terus menerus atau kontineu, walau amalannya sedikit.
Janganlah beramal hanya dilakukan secara musiman saja, baru muncul dan laris manis misalnya hanya ketika di bulan Ramadhan, namun setelah Ramadhan berakhir akan lenyap begitu saja.
Padahal menurut Sudirman Ali, amalan yang paling baik dan dicintai oleh Allah sebagimana para ulama berkata, beribadahlah kontinu (ajeg) sepanjang tahun dan jangan hanya beribadah pada bulan tertentu saja.
Sebagaimana amalan yang dilakukan oleh suri tauladan kita –Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam- adalah amalan yang rutin dan bukan musiman pada waktu atau bulan tertentu. Itulah yang beliau contohkan kepada kita. ’Alqomah pernah bertanya pada Ummul Mukminin ’Aisyah mengenai amalan Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam, ”Apakah beliau mengkhususkan hari-hari tertentu untuk beramal?” ’Aisyah menjawab, ”Beliau tidak mengkhususkan waktu tertentu untuk beramal. Amalan beliau adalah amalan yang kontinu (ajeg).”
Di antara keunggulan suatu amalan dari amalan lainnya adalah amalan yang rutin (kontinu) dilakukan. Amalan yang kontinu –walaupun sedikit- itu akan mengungguli amalan yang tidak rutin –meskipun jumlahnya banyak-. Amalan inilah yang lebih dicintai oleh Allah Ta’ala. Di antara dasar dari hal ini adalah dalil-dalil berikut.
Dari ’Aisyah –radhiyallahu ’anha-, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, //”Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” ’Aisyah pun ketika melakukan suatu amalan selalu berkeinginan keras untuk merutinkannya.”//
Dari ’Aisyah, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam ditanya mengenai amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah. Rasul shallallahu ’alaihi wa sallam menjawab,//”Amalan yang rutin (kontinu), walaupun sedikit.”
’Alqomah pernah bertanya pada Ummul Mukminin ’Aisyah, ”Wahai Ummul Mukminin, bagaimanakah Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam beramal? Apakah beliau mengkhususkan hari-hari tertentu untuk beramal?” ’Aisyah menjawab,//”Tidak. Amalan beliau adalah amalan yang kontinu (rutin dilakukan). Siapa saja di antara kalian pasti mampu melakukan yang beliau shallallahu ’alaihi wa sallam lakukan.”//
Di antaranya lagi Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam contohkan dalam amalan shalat malam. Pada amalan yang satu ini, beliau menganjurkan agar mencoba untuk merutinkannya. Dari ’Aisyah, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,// ”Wahai sekalian manusia, lakukanlah amalan sesuai dengan kemampuan kalian. Karena Allah tidaklah bosan sampai kalian merasa bosan. (Ketahuilah bahwa) amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang kontinu (ajeg) walaupun sedikit.”//
Al Hasan Al Bashri mengatakan, ”Sesungguhnya bangunan di surga dibangun oleh para Malaikat disebabkan amalan dzikir yang terus dilakukan. Apabila seorang hamba mengalami rasa jenuh untuk berdzikir, maka malaikat pun akan berhenti dari pekerjaannya tadi. Lantas malaikat pun mengatakan, ”Apa yang terjadi padamu, wahai fulan?” Sebab malaikat bisa menghentikan pekerjaan mereka karena orang yang berdzikir tadi mengalami kefuturan (kemalasan) dalam beramal.”
Oleh karena itu, ingatlah perkataan Ibnu Rajab Al Hambali, ”Sesungguhnya Allah lebih mencintai amalan yang dilakukan secara kontinu (terus menerus). Allah akan memberi ganjaran pada amalan yang dilakukan secara kontinu berbeda halnya dengan orang yang melakukan amalan sesekali saja.” (*)