Pengertian I’tikaf dan Tujuannya

AsSAJIDIN.COM — Ramadhan merupakan bulan penuh berkah dan hikmah. Seluruh ibadah terasa sangat istimewa. Selain puasa, dan shalat tarawih, di bulan ini juga disyariatkan untuk melaksanakan I’tikaf. Mengapa demikian?
Biasanya i’tikaf dilakukan pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Hal ini sekaligus menjadi salah satu jalan yang mudah untuk meraih malam penuh kemuliaan, lailatul qadar. Sebagaimana dikethui, lailatul qadar dipercaya jatuh pada malam-malam ganjil di penghujung Ramadhan.
Maka, waktu di penghujung Ramadhan itu menjadi waktu yang tepat untuk meningkatkan ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah, salah satunya dengan melakukan i’tikaf.
Ibnul Qayyim r menjelaskan, “Maksud i’tikaf adalah mengonsentrasikan hati supaya beribadah penuh kepada Allah. I’tikaf berarti seseorang menyendiri dengan Allah dan memutuskan diri dari berbagai macam kesibukan dengan makhluk. Orang yang beri’tikaf hanya berkonsentrasi beribadah kepada Allah. Dengan hati yang berkonsentrasi seperti ini, ketergantungan hatinya kepada makhluk akan berganti kepada Allah. Rasa cinta dan harapnya akan beralih kepada Allah. Ini tentu saja merupakan maksud besar dari ibadah yang mulia ini. Jika maksud i’tikaf memang demikian, berarti i’tikaf semakin sempurna jika dilakukan dengan ibadah puasa. Memang i’tikaf lebih afdhal (utama) dilakukan pada hari-hari puasa.” (Zadul Ma’ad, 2:82-83). [*/sumber: rumaysho.com]