Uncategorized

Menelusuri Sejarah Kedaulatan Islam di Palembang

 

AsSAJIDIN.COM — Ketika Majapahit runtuh pada awal abad ke-15, pusat kekuasaan di Jawa bergeser pada Ke sultanan Demak.Pendirinya, Raden Patah, merupakan anak kandung raja Majapahit Brawijaya V dan Putri Cina.

Sosok yang bernama kecil Jin Bun itu tidak asing dengan Palembang atau Sumatra Selatan pada umumnya karena di sanalah dia lahir dan tumbuh dalam nuansa Islam.

Awal mula kedaulatan Islam di Palembang tidak lepas dari politik Kesultanan Demak.Negara maritim yang mengendalikan pesisir utara Jawa itu memiliki ambisi besar untuk mengusir penjajah Eropa dari Nusantara.

Lihat Juga :  Inilah Alasan Mengapa Pertama Hijrah ke Madinah, Rasulullah Langsung Bangun Masjid

Pada 1511, Portugis mencaplok Bandar Malaka.Dua tahun kemudian, Adipati Unus yang masih berusia 17 tahun memimpin armada besar untuk menyerang Portugis di Malaka.Aliansi ini terdiri atas 100 unit kapal dan lima ribu tentara gabungan dari Jepara, Semarang, Rembang, dan Palembang.Sayangnya, pemimpin muda Demak itu gagal merebut kembali Pelabuhan Malaka.

Selanjutnya, Palembang masih dipengaruhi dinamika politik yang berkembang di Pulau Jawa. Dengan wafatnya Sultan Trenggono, keutuhan Demak mulai terancam.Pada 1568, Kesultanan Pajang terbentuk sehingga mengurangi dominasi negara maritim di pesisir utara Jawa.

Lihat Juga :  Adipura dan Persoalan Sampah yang Belum Tuntas di Masyakarat

Beberapa tahun kemudian, Suta wijaya alias Panembahan Senopati mendirikan Kesultanan Mataram sehingga menyingkirkan Pajang. Belakangan, Palembang menjadi daerah yang dikendalikan Kesultanan Mataram, terutama di masa pemerintahan Sultan Agung (1613-1645).

Sesungguhnya, Pulau Jawa tidak seluruhnya dikuasai Mataram.Di Jawa Barat, masih ada Kesultanan Banten yang cukup diuntungkan secara ekonomi dengan penaklukan Portugis atas Malaka.Sebab, Bandar Banten menjadi lebih ramai dikunjungi para pelaut Arab, Persia, India, dan lain-lain yang hendak menghindari kesewenangan bangsa Eropa tersebut untuk mendapatkan rempah-rempah.(*/sumber: republika.co.id)

Back to top button