Uncategorized

Hukum Mengkonsumsi Kopi Luwak dan Daging Luwak

 

AsSAJIDIN.COM — Aneka minuman kopi saat ini sering dihadirkan. Tak hanya nikmat, kopi juga menawarkan khasiat buat kesehatan seperti kopi luwak. Seperti diketahui kopi  itu berasal dari kotoran binatang luwak yang berarti najis, namun minuman kopi itu setelah diproses sudah menjadi halal dengan alasan kopi itu gurih rasanya dan harganya mahal. Apakah kopi luwak yang berasal dari kotoran binatang luwak itu halal diminum. Apakah binatang luwak halal dimakan sama dengan binatang yang lain.

Dari permasalahan di atas, berikut penjelasannya:

1.) Para ulama sepakat bahwa mengkonsumsi dan memperjualbelikan kopi itu hukum asalnya adalah halal. Argumentasinya, tidak ada dalil yang melarangnya sehingga kembali kepada hukum asal sesuatu yaitu halal, sebagaimana kaidah yang berbunyi:

Artinya: “Hukum asal segala sesuatu itu adalah boleh/halal kecuali yang ditunjukkan dalil sebaliknya.”

Kaidah ini berdasarkan firman Allah:
Artinya: “Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu.” [QS. al-Baqarah (2): 29]

Dan firman Allah:
Artinya: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi.” [QS. al-Baqarah (2): 168]

2.) Kopi luwak adalah minuman kopi yang dihasilkan dari buah kopi yang dimakan oleh binatang luwak, lalu keluar dari binatang tersebut bersama kotorannya. Setelah itu, biji kopi dibersihkan dan diproduk menjadi serbuk kopi yang siap dijual dan dikonsumsi. Jadi kopi tersebut pada mulanya memang mutanajjis (barang yang terkena najis) karena bercampur dengan kotoran luwak. Jika kopi tersebut langsung dikonsumsi begitu saja tentu tidak boleh karena terkena najis.

3.) Tapi jika buah kopi yang dimakan oleh luwak itu diperhatikan secara cermat, ternyata diketahui bahwa yang dimanfaatkan oleh binatang luwak itu hanyalah kulit bagian luar dari buah kopi. Ketika keluar bersama kotorannya, buah kopi tidak hancur semuanya, yang dicerna oleh luwak hanyalah kulit bagian luar dan ia masih mempunyai kulit satu lagi yang tidak hancur. Lalu dalam proses pembuatan serbuk kopi, buah kopi yang keluar bersama kotoran luwak tersebut dibersihkan, kemudian dikupas lagi satu kulitnya yang masih tersisa yang terkena najis itu sehingga dikeluarkanlah biji kopi. Dari biji kopi inilah serbuk kopi luwak itu dihasilkan. Dengan demikian, kopi luwak itu bersih dan tidak bercampur dengan najis, sehingga hukumnya halal dan boleh dikonsumsi dan diperjualbelikan.

Lihat Juga :  Mulai Kendor, 600 Orang Terjaring Razia tak Gunakan Masker

4.) Hanya saja, seorang Muslim hendaknya bersikap sederhana dan tidak perlu fanatik kepada suatu makanan atau minuman atau apapun. Kopi luwak hanyalah salah satu alternatif minuman yang halal. Dan kopi lainnya tentu lebih terjamin kebersihannya, rasanya juga tidak kalah dan harganya pun lebih murah dan terjangkau. Sikap fanatik dan berlebih-lebihan terhadap kopi luwak inilah yang membuat seakan-akan ia mempunyai sensasi dan cita rasa yang berbeda dan membuat harganya melangit.

5.) Memakan binatang luwak itu hukumnya adalah halal, sesuai dengan kaidah yang berbunyi: “Hukum asal segala sesuatu itu adalah boleh/halal kecuali yang ditunjukkan dalil sebaliknya”. Hal ini karena binatang luwak bukan termasuk binatang yang dilarang memakannya. Adapun binatang yang dilarang untuk memakannya antara lain adalah:

Binatang yang dihukumi haram dalam al-Qur’an dan atau hadis, yaitu seperti bangkai binatang darat, darah binatang yang mengalir, daging babi, binatang yang disembelih atas nama selain Allah, binatang yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, yang diterkam binatang buas, yang disembelih untuk berhala dan seperti keledai peliharaan. Dalilnya dari al-Qur’an adalah firman Allah:
Artinya: “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala … .” [QS. al-Maidah (5): 3]

Dalil dari riwayat hadis:

Artinya: “Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra. ia berkata: “Nabi saw. melarang memakan daging keledai peliharaan.” [HR. al-Bukhari]

Binatang yang mempunyai taring yang dengannya ia membunuh mangsanya, seperti harimau, singa, serigala, beruang, anjing, kucing dan lain-lain. Dalilnya:
Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Tsa’labah ra. bahwa Rasulullah saw. melarang memakan setiap binatang yang mempunyai taring dari kalangan binatang buas.” [HR. al-Bukhari]

Lihat Juga :  Tersentuh Permohonan Ketua Pembina Leanpuri Centre & Foundation, Gubernur Sumsel Keluarkan Surat Edaran untuk BUMN, BUMD dan Swasta agar Peduli Kaum Disabilitas

Burung yang mempunyai cakar yang dengannya ia mencengkeram mangsanya, seperti burung rajawali, burung elang, burung hantu dan lainnya. Dalilnya:
Artinya: “Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ia berkata: Rasulullah saw. melarang (makan) setiap binatang yang mempunyai taring dari kalangan binatang buas dan setiap yang mempunyai cakar dari kalangan burung.” [HR. Muslim]

Binatang atau burung yang makanannya adalah bangkai, seperti burung pemakan bangkai. Allah berfirman:

Artinya: “ … dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk.” [QS. al-A’raf (7): 157]

Binatang yang mustkhbatsah (buruk/menjijikkan), seperti kalajengking, serangga (lalat, nyamuk, kumbang, rayap, kutu), cicak dan yang sejenisnya. Dalilnya:
Artinya: “ … dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk.” [QS. al-A’raf (7): 157]

Binatang yang kita diperintahkan untuk membunuhnya, seperti ular, tikus dan burung gagak. Dalilnya:
Artinya: “Diriwayatkan dari ‘Aisyah ra. dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda: “Lima binatang fasik yang (sunat) dibunuh di daerah halal dan suci: ular, burung gagak yang abqa’ (di punggung dan perutnya ada warna putih), tikus, anjing ‘aqur (yaitu yang buas dan memangsa) dan burung elang.” [HR. Muslim]

Binatang yang kita dilarang untuk membunuhnya, seperti burung layang-layang, katak, semut, burung hud-hud dan lebah. Dalilnya;
Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah ia berkata: “Rasulullah saw. melarang membunuh burung layang-layang, katak, semut dan burung hudhud.” [HR. Ibnu Majah]

Semua binatang yang membahayakan kesehatan atau membuat sakit, berdasarkan hadis:
Artinya: “Diriwayatkan dari Ubadah bin as-Somit bahwa “Rasulullah saw. menghukumi bahwa tidak boleh membahayakan diri dan membahayakan orang lain.” [HR. Ibnu Majah]

Demikian jawaban ringkas dari kami, semoga dapat memberikan manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Wallahu a’lam bish-shawab.(*/sumber: konsultasisyariah.com)

Back to top button