Gerhana Bulan 31 Januari, Umat Islam Diimbau Laksanakan Shalat Khusuf, Begini Tata Caranya

PALEMBANG, AsSAJIDIN.COM –– Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Prov. Sumatera Selatan HM. AL Fajri Zabidi, MM, M.Pd.I menyampaikan tentang iimbauan pelaksanaan shalat sunnah Khusuf. Himbauan tersebut disampaikannya (22/1) di ruang kerjanya terkait akan terjadinya Gerhana Bulan pada 31 Januari mendatang.
Secara Rinci disampaikannya bahwa berdasarkan hasil keputusan Temu Kerja Hisab Rukyat yang dilaksanakan pada 24 s.d 26 Mei 2016 di Bogor Prov. Jawa Barat lalu, bahwa pada 31 Januari 2018 M bertepatan dengan 14 Jumadal Ula 1439 H mulai pukul 18:48:27 WIB di Indonesia akan terjadi Gerhana Bilan Total (GBT). Hampir seluruh Kawasan Indonesia dapat mengamati Gerhana Bulan tota. Puncak Gernaha akan terjadi pada pukul 20:29:49 WIB dan Akhir Gerhana Bulan pukul 22:11:11 WIB
“Fenomena gerhana bulan adalah fenomena alam sebagai bukti kekuasaan Allah SWT. Karena itu, mengamati peristiwa gerhana untuk dapat meningkatkan keimanan. kemudian disikapi dengan dikir, ibadah, dan amal saleh, serta pelaksanaan shalat sunnah khusuf” ujar Fajri seperti dikutip dari laman sumsel.kemenag.go.id.
Al Fajri tak lupa mengajak umat Islam untuk melaksanakan Salat Gerhana atau Salat Khusuf. serta menghimbau jajarannya, Kepala Kemenag Kabupaten/Kota, dan Kepala KUA untuk bersama para ulama, pimpinan ormas Islam, imam masjid, aparatur pemerintah daerah dan masyarakat untuk melaksanakan Shalat Gerhana Bulan di wilayahnya masing-masing.
“Pelaksanaan shalat gerhana disesuaikan dengan situasi dan kondisi daerahnya masing-masing,kepada seluruh jajaran Kanwil Kemenag Sumsel Kemenag Kab/Kota ataupun KUA Kecamatan dimintanya untuk melaporkan pelaksanaan kegiatan tersebut” katanya
Adapun tatacara Salat Gerhana adalah sebagai berikut:
Berniat di dalam hati;
Takbiratul ihram, yaitu bertakbir sebagaimana shalat biasa;
Membaca do’a iftitah dan berta’awudz, kemudian membaca surat Al Fatihah dilanjutkan membaca surat yang panjang (seperti surat Al Baqarah) sambil dijaharkan (dikeraskan suaranya, bukan lirih) sebagaimana terdapat dalam hadits Aisyah: “Nabi Saw. menjaharkan (mengeraskan) bacaannya ketika shalat gerhana.”(HR. Bukhari no. 1065 dan Muslim no. 901);
Kemudian ruku’ sambil memanjangkannya;
Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal) sambil mengucapkan “Sami’allahu Liman Hamidah, Rabbana Wa Lakal Hamd”;
Setelah i’tidal ini tidak langsung sujud, namun dilanjutkan dengan membaca surat Al Fatihah dan surat yang panjang. Berdiri yang kedua ini lebih singkat dari yang pertama;
Kemudian ruku’ kembali (ruku’ kedua) yang panjangnya lebih pendek dari ruku’ sebelumnya;
Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal);
Kemudian sujud yang panjangnya sebagaimana ruku’, lalu duduk di antara dua sujud kemudian sujud kembali;
Kemudian bangkit dari sujud lalu mengerjakan raka’at kedua sebagaimana raka’at pertama hanya saja bacaan dan gerakan-gerakannya lebih singkat dari sebelumnya;
Salam.
Setelah itu imam menyampaikan khutbah kepada para jama’ah yang berisi anjuran untuk berdzikir, berdo’a, beristighfar, bersedekah.(*/Rilis)