Makna Manusia Tempat Salah dan Lupa, Hadits atau Petuah?

AsSAJIDIN.COM — Kalimat Al-Insanu Mahalul Khoto wan Nisyan adalah pepatah bahasa Arab yang cukup populer di kalangan ulama dan sering disampaikan dalam beragam kesempatan ceramah atau tausiah.
ألإِنْسِانُ مَحَلُّ الخَّطَاء وَالنِّسْيَان
Arab Latin:
Al-Insanu Mahalul Khoto wan Nisyan”
ألإِنْسِانُ مَحَلُّ الخَّطَاء وَالنِّسْيَان
Artinya:
Manusia tempat salah dan lupa.
Kalimat manusia tempat salah dan lupa adalah pepatah bukan hadits nabi.
Ini diyakini setelah dilakukan proses pencarian hadis yang dikenal sebagai takhrīj hadits. Setelah di-takhrīj, sama sekali tidak ditemukan matan hadis yang sama dengan teks di atas. Artinya, secara kesesuaian matan, ungkapan “Al-Insanu Mahalul Khoto wan Nisyan” bukanlah hadis.
Walaupun sama sekali tidak ditemukan dalam teks-teks hadits, terutama hadis-hadis dalam kitab hadist, namun secara substansi, ungkapan “Al-Insanu Mahalul Khoto wan Nisyan” sesuai dengan sebuah hadis nabi riwayat Ibnu Mājjah berikut:
كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ.
Kullu Banī Ādama Khathā’un. Wa khairul khaththā’īn at-tawwabūn.
Artinya, “Setiap manusia memiliki kesalahan. Orang bersalah yang paling baik adalah orang yang bertaubat.” (H.R Ibn Majjah)
Salah dan lupa adalah manusiawi. Begitulah manusia. Kalau tidak pernah salah dan tidak pernah lupa, bukan manusia namanya.
Manusia yang memiliki akal dan pikiran, tetaplah merupakan makhluk yang tak sempurna.
Sebagai manusia yang memiliki keterbatasan, banyak khilaf dan lupa maka kita harus banyak istighfar, mengingat Sang Pencipta, beribadah, mendekatkan diri kepadaNya. Hal tersebut diikuti dengan taubat nasuha. Artinya kita berjanji tak akan mengulangi kekhilafan yang sudah kita perbuat. Sesuai hadits yang artinya Setiap anak Adam pernah berbuat salah dan sebaik-baik yang berbuat salah adalah yang bertobat dari kesalahannya. (HR Tirmidzi). (*/sumber: tribunsumsel)