MOZAIK ISLAM

Kematian, Wudhu dan Pertanggungjawaban Anggota Tubuh Kita

ASSAJIDIN.COM — Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati. Jadi jelas sudah bahwa kita pasti mati, ketika mati kita pasti bertanggung jawab, dan yang diminta pertanggungjawaban ada 6 yaitu: pendengaran, penglihatan, perasa hati, perasa penciuman, perasa pengecap atau peraba, dan akal fikiran. Sedangkan jasad kita menjadi saksi yang diwakili oleh kaki, tangan, lidah dan kulit.
Pertanggungjawaban setelah mati ini pasti terjadi, akan tetapi manusia suka melupakannya. Karena sifat pelupa inilah Allah membuat ritual wudhu yang sesungguhnya sebagai pengingat hari
pertanggungjawaban nanti.
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan salat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.” (Al-Maidah:6)
Yang wajib dibasuh ketika wudhu ada 4 bagian, yaitu:
1. Muka, yang mewakili panca indera pendengaran, penglihatan, perasa lidah, dan penciuman.
2. Tangan, yang mewakili perbuatan tangan dan peraba.
3. Sebagian Kepala, yang mewakili akal fikiran.
4. Kaki, yang mewakili setiap langkah dan niat perbuatan manusia.
Karena itulah di dalam wudhu ada bagian yang sunnah yang diajarkan Nabi Muhammad di dalam Haditsnya, yaitu berkumur, membasuh hidung dan membasuh telinga, sebagai penekanan betapa pentingnya menjaga indera tersebut.
Demikianlah hakekat wudhu yang sebenarnya, maka diakhir ayat wudhu, Allah mengatakan bahwa wudhu adalah untuk membersihkan, menyempurnakan nikmat dan agar manusia bersyukur.
Mengapa harus bersyukur? Karena Allah telah membuka tabir pertanggungjawaban nanti setelah mati.
Setelah mengetahui hakekat ini, mari kita perbaiki wudhu kita. Karena masih banyak saudara-saudara kita yang beranggapan bahwa hanya sekedar membasuh bagian-bagian wudhu merasa dirinya telah suci.
Tidak sama sekali. Banyak yang tiap hari berkumur tetapi tidak bisa menjaga lidahnya, masih menggunjing, masih mencaci-maki orang lain. Orang yang seperti ini walaupun tiap hari berkumur tetap saja tidak dianggap wudhu.
Banyak juga yang setiap hari membasuh tangan sehari minimal 15 kali, akan tetapi masih suka curang, mengambil hak orang lain, korupsi, tanda tangan rekayasa, maka orang-orang yang seperti ini walaupun seribu kali membasuh tangannya dalam wudhu tetap di mata Allah tangannya masih kotor, karena jiwanya kotor.
Bagian-bagian wudhu hanya simbol perumpamaan, yang hanya merupakan pengingat. Dan perlu diketahui bahwa isi Al-Quran adalah simbol-simbol perumpamaan, yang dengan perumpamaan itu banyak orang disesatkan Allah.
”Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al Quran ini setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran.” (Az-Zumar:27)
“Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah…” (Al-Baqarah:26).
Mari kita perbaiki wudhu kita dengan wujud dari perbuatan kita sehari-hari. Jika kita hanya memakan mentah-mentah perumpamaan Allah maka tanpa disadari kita sedang disesatkan. Mari bersama-sama wudhu ritual tapi juga diiringi dengan wudhu perbuatan, thoharaoh perbuatan, untuk mensucikan jiwa kita.(*)
Back to top button