Uncategorized

Kisah Ita, Mengais Rezeki di Rumah Rakit Sungai Musi, Terombang-ambing hingga Ancaman Binatang Buas

ASSAJIDIN.COM  – Banyak cara dan tempat yang dilakukan oleh masyarakat dalam mencari rezeki. Salah satunya berdagang di atas rumah rakit beraliran sungai musi.

Beberapa tahun terakhir rumah rakit banyak digemari masyarakat yang tinggal di pinggiran sungai Musi. Terkhusus daerah Kertapati, Kelurahan Ogan Baru untuk rumah rakit yang di tempati didaerah ini hanya ada enam unit saja.

Ada dua jalur darat dan air untuk dapat mengunjungi rumah rakit tersebut. Jika melalui air bisa melewati jalan pangeran ratu jakabaring, kemudian menyebrang menggunakan perahu dengan membayar 5 ribu perorang.
Untuk sampai melalui jalur darat, bisa melewati jalan Kertapati.

Salah satu pemilik rumah rakit, Ita (47) sudah tiga tahun menempati rumah rakit di atas aliran sungai musi. Sebelumnya, ia beserta keluarga tinggal di darat sekitaran rumah rakit tersebut.

Lihat Juga :  Aksi Tim KASIH Daqu Palembang Bersihkan Mushola yang Terendam Luapan Sungai Musi

Ia mengatakan, sengaja untuk membuat rumah rakit dikarenakan cocok untuk mencari rezeki salah satunya membuka warung manisan lengkap.

“Daerah sini banyak juga yang buka warung, tetapi kami buka warung dengan isi yang lengkap, banyak kapal mampir, perahu dan yang dari darat juga banyak yang jajan kesini,”katanya.

Jika dipilih untuk memilih tempat tinggal, ia lebih memilih untuk tinggal di darat. Akan tetapi, untuk masalah perekonomian dan mencari rezeki. Ia lebih memilih tinggal dan membuka warung di rumah rakit.

Warung rumah rakit ini, akrab ditelinga warga sekitar dengan sebutan warung Riduan. Pasalnya, warung Riduan dikenal warung rumah rakit terlengkap. Dimulai dari alat perkakas,alat bangunan, bahan sembako serta dapat melayani cek kesehatan pula.

“Kita buat lengkap agar orang tidak payah lagi mencari apa mereka butuhkan,”ujarnya saar dijumpai di kediamannya, Rabu (21/10).

Lihat Juga :  Jadikan Inner Diri Hadapi Kompleksitas Permasalahan Dunia

Untuk membuat rumah rakit, membutuhkan banyak biaya hingga puluhan juta. Seperti memakai buloh/bambu kuning berlapis lapis agar rumah dapat mengapung, membuat cagak besi atau kayu disetiap sudut rumah untuk menahan goncangan gelombang air ketika kapal besar melewati rumah.

“Perkiraan bisa habis 50jutaan, bambu saja satuannya 50 ribu, sedangkan yang dipakai harus berlapis lapis agar rumah tidak tenggelam,”kata istri riduan pembuat perahu.

Banyak pengalaman yang didapati ketika tinggal didalam rumah rakit beraliran sungai musi. Pada saat malam hari, dapat menikmati secara luas sinar rembulan serta suasana sejuk.

Akan tetapi, dibalik serunya punya runah rakit tersebut, ada sedikit kecemasan yang mengganggu pikiran. Seperti, setiap 5 tahun sekali bambu harus diganti, dan hewan buas yang sering naik ke atas rumah rakit. (*)

Penulis: tri jumartini

Back to top button