Cerita Dubes RI untuk Lebanon Saat Ledakan Beirut, Padahal Jarak dengan Lokasi 8 Km
AsSAJIDIN.COM — Duta Besar Indonesia untuk Lebanon, Hajriyanto Thohari merasakan langsung ledakan dahsyat di Beirut saat tengah berada di kantor kedutaan RI di Lebanon. Padahal jarak kantor dengan lokasi kejadian lumayan jauh, 8 km.
Saat kejadian ledakan, Hajriyanto menceritakan, ia dan staf di KBRI merasa seperti sedang terjadi gempa bumi dan ledakan yang sangat dekat.
“Gorden-gorden itu jatuh,” ujarnya.
Berbagai laporan menyebutkan ledakan itu terdengar sampai ke Nicosia sejauh 240 kilometer di Siprus. Guncangannya, menurut catatan sejumlah pakar seismologi, setara dengan gempa magnitudo 3,3.
Hajriyanto mengatakan pihaknya mengantisipasi kesulitan pasokan makanan dalam beberapa hari mendatang setelah ledakan dahsyat itu.
Ia mengatakan sekitar 70% barang-barang impor Lebanon, termasuk makanan dan kebutuhan pokok lainnya, datang melalui lokasi terjadinya ledakan.
“Yang paling utama adalah dampak ekonomi karena untuk beberapa hari ke depan [pasokan] pasti terganggu,” kata Hajriyanto kepada wartawan BBC Indonesia, Callistasia Wijaya, melalui telepon pada Rabu (05/08).
Untuk itu, ia mengatakan pihaknya mengimbau para WNI, terutama mereka yang tinggal di Beirut, untuk memperhatikan stok makanan.
Ia menambahkan pihak KBRI akan memberikan bantuan bagi mereka yang kesulitan mengakses pasokan makanan.
“Kita selama pandemi Covid-19 memang sudah memberi bantuan secara periodik. Kami akan segera, dengan memperhatikan jadwal dan waktu, memberi bantuan yang disesuaikan dengan perkembangan baru ini,” ujarnya.
Selain fokus pada dampak ekonomi, Hajriyanto mengatakan pemerintah Lebanon tengah mengantisipasi kemungkinan dampak kimiawi dari ledakan amonium nitrat itu.
Menurut keterangannya, gudang yang meledak itu adalah tempat penyimpanan bahan-bahan amonium nitrat yang digunakan untuk keperluan industri.
“Bahan itu harus dijaga ketat. Tidak tahu bagaimana ada info, terkena api. Sampai hari ini belum ada informasi bahwa itu adalah tindakan terorisme, tapi kecelakaan,” kata Hajriyanto.
Sebelumnya, juru bicara Kementerian Luar Negeri RI, Teuku Faizasyah, mengatakan ada satu orang warga negara Indonesia yang luka namun kondisi sudah stabil.
“Ada satu WNI yang mengalami luka-luka (inisial NNE). Staf KBRI sudah berkomunikasi melalui video call dengan yang bersangkutan. Kondisinya stabil, bisa bicara dan berjalan. Yang bersangkutan sudah diobati oleh dokter rumah sakit dan sudah kembali ke apartmennya di Beirut,” kata Faizasyah.
Korban luka dari Indonesia adalah pekerja migran, tambahnya.
Duta Besar RI untuk Lebanon, Hajriyanto Thohari, mengatakan WNI yang mengalami luka tersebut adalah seorang perempuan yang berada di kawasan Jal El Dib, sekitar delapan kilometer dari Pelabuhan Beirut.
“Luka sudah dijahit oleh dokter. Saat ini sudah pulang dan berada di apartemen bersama empat WNI lainnya di Jal El Dib,” sebut Hajriyanto dalam pesan tertulis kepada BBC Indonesia, Rabu (05/08).
Di Lebanon, terdapat total 1.447 WNI, 213 di antaranya masyarakat dan keluarga besar KBRI dan 1.234 TNI anggota kontingen Garuda.
Menurut Dubes RI untuk Lebanon, Hajriyanto Thohari, KRI Sulthan Hasanuddin 366—yang bertugas sebagai Kontingen Garuda Satgas MTF dalam UNIFIL—terkonfirmasi aman karena sedang berlayar di Mersin, Turki.
Sementara itu, Hamzah Assuudy Lubis selaku Presiden Perhimpunan Pelajar Indonesia di Lebanon, mengatakan kepada BBC Indonesia bahwa “ledakan awalnya kami rasakan seperti gempa kurang lebih 10 detik”.
Dia dan beberapa teman sesama mahasiswa tinggal di daerah Barbir, Beirut, yang berjarak kurang lebih empat kilometer dari lokasi kejadian.
Secara terpisah, mahasiswa Indonesia lain bernama Fitrah Alif melalui akun Twitternya menulis, “65 mahasiswa terpantau aman lagi pada rebahan di kasur asrama masing-masing.”
“Saya lagi di asrama di kota Tripoli, sekitar 80 kilometer dari Beirut dan tidak terasa guncangan, namun teman yang tinggalnya 8 km dari titik ledak, dia merasa seperti gempa, terasa getarannya,” kata Fitrah. (*/sumber: BBC Indonesia)