ALFURQON SCHOOL

SIT Al Furqon : Merajut Kebersamaan Untuk Saling Menguatkan

AsSajidin.com Palembang.- Dalam rangka menyemarakan Idul Fitri 1441 H, sekaligus menyambut persiapan tahun ajaran baru, Sekolah Islam Terpadu (SIT) Al Furqon menggelar silaturahim antar guru mulai dari PGTK hingga SMA dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang ada.

“ Merajut kebersamaan untuk saling menguatkan satu sama lain dalam  menghadapi wabah covid 19 yang tengah melanda saat ini adalah salah satu cara kita menyikapi skenario Allah SWT. Karena disadari atau tidak, ketentuan Allah SWT tetaplah yang terbaik, “ kata Ustadz H Emil Rosmali, di Gedung Daarul Jannah, Rabu (3/6/20).

H. Emil Rosmali MM

SIT Al Furqon ujarnya, adalah buah pemikiran yang diharapkan dapat terus menelurkan anak-anak didik yang berkualitas, berkuantitas, berakhlak mulia. Karena hanya dengan itu syiar Islam tetap hidup. Lalu bagaimana, dengan kondisi saat ini, H Emil pun memaparkan rasa rindunya melihat senyum manis, tingkah lucu serta riuhnya anak-anak yang hampir 3 bulan ini sunyi senyap di sekolah bertakline Ahli Dzikir, Ahli Fikir, Ahli Ikhtiar ini.

“ Saya yakin para ustadz, bunda juga merasakan kerinduan  ini. Namun apa boleh buat. Kalau saya pribadi, saya berpegang teguh dalam Shahih Bukhari dan Muslim diriwayatkan, dari Amir bin Saad bin Abi Waqqash, dari ayahnya bahwa ia pernah mendengar sang ayah bertanya kepada Usamah bin Zaid, “Apa hadits yang pernah engkau dengar dari Rasulullah berkaitan dengan wabah thaun?” Usamah menjawab, “Rasulullah pernah bersabda: Wabah thaun adalah kotoran yang dikirimkan oleh Allah terhadap sebagian kalangan bani Israil dan juga orang-orang sebelum kalian. Kalau kalian mendengar ada wabah thaun di suatu negeri, janganlah kalian memasuki negeri tersebut. Namun, bila wabah thaun itu menyebar di negeri kalian, janganlah kalian keluar dari negeri kalian menghindar dari penyakit itu.” (HR Bukhari-Muslim).” H. Emil menjelaskan.

Lihat Juga :  91 Tahun Berlalu, Yayasan Quraniah Tetap Kokoh Berdiri

Kendati demikian, menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dalam kitabnya yang berjudul Ath-Thibb an-Nabawi, secara bahasa, thaun adalah sejenis wabah penyakit, demikian disebutkan dalam ash-Shihah. Sementara itu, di kalangan medis, thaun adalah pembengkakan parah yang mematikan, menimbulkan rasa haus dan dahaga yang amat parah dan rasa sakit yang luar biasa. Tubuhnya menjadi hitam, hijau, atau abu-abu. Oleh sebab itu benarlah kiranya ketika nabi melarang umatnya untuk masuk maupun keluar dari tempat terkena wabah serta selalu menjaga pola hidup bersih dan sehat.

“ Larangan Nabi kepada umatnya untuk masuk ke lokasi terjadinya wabah memiliki sejumlah hikmah. Pertama, menjauhkan diri dari berbagai hal yang membahayakan. Kedua, mencari keselamatan yang merupakan materi kehidupan dunia dan akhirat. Ketiga,  kenakan masker agar tidak menghirup udara yang dicemari oleh bau busuk dan kotoran sehingga mereka sakit. Keempat jaga jarak , agar mereka tidak berdekatan dengan orang-orang sakit yang bisa menyebabkan mereka sakit sebagaimana yang diderita orang-orang tersebut. Kelima, menjaga jiwa dari perkiraan-perkiraan buruk dan penularan penyakit , “ ujar Ustadz Emil seraya meminta para guru tetap menterdepankan protokol kesehatan di lingkungan sekolah.

“ Kita masih harus mempersiapkan dengan matang. Ya, walaupun info yang ada saat ini akan diberlakukan system ganjil genap. Namun SIT Al Furqon perlu mengkaji lebih dalam termasuk segala kemungkinan yang ada, “ tambahnya.

Lihat Juga :  Tanamkan Berbagi Sejak Dini, TKIT Al Furqon Ajak Siswa Membuat dan Berbagi Takjil Bersama

Mengamini hal itu, dr Rizky yang juga pembicara dalam kegiatan ini menerangkan bahwa, covid 19 adalah sebuah keluarga virus yang ditemukan pada manusia dan hewan. Sebagian virusnya dapat mengingeksi manusia serta menyebabkan berbagai penyakit, mulai dari penyakit umum seperti flu, hingga penyakit-penyakit yang lebih fatal, seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Seringkali virus ini menyebar antara manusia ke manusia melalui tetesan cairan dari mulut dan hidung saat orang yang terinfeksi sedang batuk atau bersin, mirip dengan cara penularan penyakit flu. Tetes cairan dari mulut dan hidung pasien tersebut bisa jatuh dan tertinggal pada mulut dan hidung orang lain yang berada di dekatnya, bahkan dihisap dan terserap ke dalam paru-paru orang tersebut melalui hidungnya. Oleh sebab itu, kata dr Rizky system pendidikan belajar mengajar dengan tatap muka langsung sejatinya sangat rentan terjadinya kontak fisik yang menimbulkan gejala penyakit.

“ Bahkan berdasarkan sebuah penelitian di Jepang, virus ini bisa bertahan hingga 30 sampai 40 menit di udara. Oleh sebab itu apa yang disampaikan nabi 14 abad yang lalu sebenarnya masih sangat relevan untuk diterapkan guna memutus mata rantai penyebaran covid 19 ini, “ katanya seraya mengingatkan kepada para ustadz dan bunda untuk tetap menjaga lingkungan dan menterdepankan protokol kesehatan yang ada, “ pintanya.

Editor : Jemmy Saputera

 

Back to top button