Uncategorized
Penyayang Hewan Palembang Minta Pemerintah Hentikan Sirkus Lumba-Lumba
AsSAJIDIN.COM — Penyayang hewan di Kota Palembang mendesak Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan untuk melarang dan menghentikan atraksi sirkus lumba-lumba yang tengah berlangsung di Palembang Trade Center (PTC) Mall hingga 29 Desember 2019.
Koodinator kegiatan penyayang hewan di Palembang, Sharif Dayan, menegaskan agar pemerintah setempat tidak membiarkan hewan-hewan itu terus menderita di atas tanah Bumi Sriwijaya yang pada masa silam telah mencontohkan bagaimana seharusnya bersikap pada makhluk yang direndahkan derajatnya dibandingkan manusia. “Karena itulah, kami datang ke kantor Gubernur Sumatera Selatan untuk mengetuk hati pak gubernur agar memperhatikan dan mengabulkan permintaan kami untuk menghentikan kegiatan itu. Kemudian, melarang mereka dan semua yang sejenis ini untuk masuk ke dalam wilayah Sumatera Selatan dan menodai kemuliaan Sriwijaya,” ujar dia di Palembang, Senin (16/12).
“Apalagi kami ketahui pak gubernur itu penyayang hewan. Bapak pula pernah berjanji akan mendukung perjuangan kelompok-kelompok penyayang hewan. Itu kami harap dapat dibuktikan,” tambah dia.
Dikatakan dia, manusia dikarunia akal agar memelihara alam dan segenap isinya, menjadi rahmat bagi semesta. Dia menyebut, mereka pun diciptakan untuk hidup bersama dan berbahagia bersama manusia, bukannya ditindas demi kepentingan manusia. “Aksi (menyuarakan penderitaan hewan) seperti ini sudah kesekian kalinya. Sebelumnya kami (Penyayang Hewan Palembang) sudah melakukan aksi yang sama di Pemerintah Kota Palembang,” kata dia.
Ia menceritakan sedikit, bahwa lumba-lumba sejak kecil dipisahkan dari induknya. Dia menyebut, mereka dilatih dengan cara yang tidak akan dilakukan seorang ayah atau ibu pada anaknya. “Mereka itu makhluk yang seharusnya kita perlakukan dengan baik sebagai sesama ciptaan Yang Mahakuasa, bukannya dipaksa melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan sifat aslinya,” ujarnya.
Ia pun menambahkan, mereka berada dalam lingkungan yang bukan aslinya, yang secara bertahap mengurangi kesehatan dan masa hidup mereka dibandingkan ketika mereka berada dalam lingkungan aslinya. Mereka kehilangan naluri dan sifat aslinya, karena dipaksa untuk mengikuti kemauan manusia-manusia yang mendapatkan keuntungan. “Mereka ditindas dengan alasan memberikan pendidikan bagi manusia. Pendidikan seperti apa yang didapatkan oleh kita melalui gerakan-gerakan akrobat? Apakah mereka gembira ketika mendapatkan tepukan tangan? Senangkag mereka ketika sepanjang hayatnya dikurung dalam kolam yang terbatas dibanding keluasan samudera raya?,” ungkap dia.
“Jadi, bahagiakah mereka dipisahkan dari induk yang menyayangi mereka?,” ujar dia lagi.
Sharif mengatakan, penyelenggara atraksi lumba-lumba itu memeras dan menindas hewan-hewan itu agar menghasilkan uang bagi mereka. Dia mengungkapkan, lembaga-lembaga pendidikan dimasuki dan digiring untuk menjadi penyumbang dana, dibungkus dengan kata yang indah yakni edukasi. “Sungguh suatu dusta besar. Maka itu, sikap kami (Penyayang Hewan Palembang) menentang eksploitasi hewan, karena lumba-lumba yang dipentaskan oleh oknum perusaahaan itu untuk mencari uang,” tutupnya. (*/sumber: sibernas/MN)