Tayang Tanggal 19/9/19, Film Hayya The Power of Love 2 Bakal Lebih Seru dan Menyentuh
Bercerita tentang Suka Duka Relawan di Palestina
ASSAJIDIN.COM — Film berjudul Hayya The Movie, The Power of Love 2, dalam beberapa hari terakhir sempat meramaikan trending topic nasional Twitter.
Film yang mengangkat genre kemanusiaan dan kekeluargaan ini mendapat sambutan meriah dan semarak, terutama dari para penonton yang dulu meramaikan bioskop saat tayangnya film 212: The Power of Love.
Film bakal segera tayang perdana di tanggal cantik Kamis 19 September 2019 (19/9/19).
Diketahui, pemeran Film ini sama dengan pemeran film 212: The Power of Love.
Masih lekat dengan ingatan kita tentang film 212 yang mendapat banyak respons positif karena berdekatan dengan Aksi Bela Islam 212 yang melahirkan banyak pergerakan dengan tajuk “212”, seperti berdirinya minimarket 212 dan pergerakan ekonomi umat 212.
Salah satu gerakannya juga adalah membuat film berdasarkan kisah nyata saat aksi 212 terjadi.
Hayya: The Power of Love 2 masih diperankan oleh Fauzi Baadilla, Adhin Abdul Hakim, Meyda Safira, Hamas Syahid, dan Fajar Lubis. Tentunya dengan ditambahi beberapa pemeran pendukung baru, termasuk pemeran tokoh “Hayya” yang diambil oleh aktris cilik pendatang baru, Amna Hasanah Sahab.
Produser film juga sama yakni Warna Pictures.
Seperti kita ketahui, Warna Pictures adalah rumah produksi baru yang memproduksi film 212: The Power of Love.
Rumah produksi ini merilis film lanjutan setelah melihat antusiasme penonton terhadap film sebelumnya. Dalam membuat sekuelnya, tentu diambil topik baru yang masih seputar keislaman, dan ditambahi aspek kemanusiaan. Maka dari itu, tajuk dari Hayya adalah “Love, Life, and Humanity”.
Selain digarap oleh rumah produksi yang masih “muda”, Hayya: The Power of Love 2 juga punya keunikan lain, yaitu digarap atas kolaborasi sejumlah produser, yaitu Asma Nadia, Ustadz Erick Yusuf, Imam T. Saptono, Oki Setiana Dewi beserta suami, dan Helvy Tiana Rosa.
Hayya: The Power of Love 2 menceritakan tentang gadis kecil yatim piatu di Palestina yang bernama Hayya. Gadis kecil ini bertemu dengan Rahmat (yang diperankan Fauzi Baadilla) yang saat itu menjadi relawan kemanusiaan di Gaza. Pertemuan itu melahirkan kedekatan di antara mereka, sampai Hayya tidak rela saat Rahmat akan pulang ke Indonesia untuk menikah.
Tema kemanusiaan begitu kental, mengingat salah satu pesan yang ingin disampaikan adalah tentang kabar muslim di Palestina yang masih terjajah dan membutuhkan sokongan dari negara-negara lain, termasuk Indonesia. Film ini juga langsung mengambil lokasi shooting di Palestina sehingga suasana terasa nyata.
Melalui film Hayya, Asma Nadia mengaku mengangkat isu Palestina karena dalam sejarahnya, Palestina adalah bangsa pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia.
Sejarah ini banyak dilupakan oleh orang-orang sehingga film ini bermaksud untuk mengingatkan masyarakat kembali. Apalagi, Palestina juga merupakan tempat berdirinya Baitul Maqdis dan Al-Aqsha yang adalah kiblat pertama umat muslim.
Dalam film ini, nantinya akan menayangkan scene terkait kemerdekaan NKRI pada 17 Agustus. Ini untuk menolak lupa tentang penderitaan yang selama ini dialami oleh Palestina atas jajahan Israel.
Sutradara film Hayya, Justis Arimba, yang juga menyutradarai film 212 sebelumnya, memilih judul tersebut karena dirasa dekat dengan Palestina. Kata “hayya” dalam bahasa Arab adalah kata untuk mengajak. Mungkin bisa disamakan dengan “ayo” dalam bahasa Indonesia.
Dengan begini, film Hayya mengajak untuk peduli pada isu-isu yang diangkat, seperti memedulikan anak yatim, meningkatkan rasa kemanusiaan, dan mengingat serta mendoakan muslim di Palestina.
Tentang tokoh Rahmat, yang diperankan Fauzi Baadillah, juga punya cerita.
Rahmat, seorang pemuda yang baru berhijrah ke Islam yang kaffah (sempurna), lalu memenuhi panggilan jiwa untuk menjadi relawan kemanusiaan di Palestina. Maka, diceritakan pula suka-duka menjadi seorang relawan di negara konflik seperti Palestina.
Film ini dapat menjadi hiburan dan pengetahuan tentang tugas-tugas kerelawanan, sehingga kita tidak melupakan betapa besarnya jasa para relawan, yang bertaruh harta benda dan jiwa raga dalam masa baktinya. (*/Sumber: grid.id)