SYARIAH

Syarat Diterimanya Puasa, Tausiah Ustadz Muhammad Roofi’ Lc

AsSAJIDIN.COM — Masjid Agung Solihin melangsungkan kegiatan kajian dalam rangka menyambut bulan Suci Ramadhan 1442 Hijriah, Minggu (11/4/2021) siang.
Dalam acara tersebut, puluhan jamaah  mengikuti jalannya kegiatan dengan khidmat dan penuh kebahagiaan.
Dalam tausiyahnya, Ustadz Muhammad Roofi’ Lc membahas Hukum seputar puasa di bulan Suci Ramadan yang terkandung dari kitab Al Mulakhosh Al Fiqhiy karangan Syeikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan hafizhahullah.
Ustadz Muhammad Roofi’ Lc menjelaskan bagi umat muslim yang hendak menjalankan puasa harus mengetahui rukun puasa yaitu niat dan menghindari dari perbuatan buruk dan tercela.
“Niat dalam artian kita harus menanamkan dalam diri bahwa puasa yang kita jalankan semata-mata hanya untuk Allah SWT dan juga kita harus meninggalkan perbuatan dan perkataan keji seperti perkataan bohong, menggunjing orang lain, perbuatan jelek dan tidak terpuji lainnya,” jelasnya dihadapan jemaah yang hadir.
Syarat diterimanya ibadah puasa ada dua yakni pertama harus dalam keadaan ikhlas, dan mengikuti contoh tauladan yang tidak lain adalah Nabi Besar Muhammad SAW.
Sementara, sunnah berpuasa yaitu menyantap sahur walaupun hanya satu teguk minum, mengutip perkataan Rasulullah SAW ‘sesungguhnya umat ku selalu dalam kebaikan saat menyantap buka dan mendahulukan sahur’.
“Sebaik-baik sahurnya orang mukmin dengan memakan sebiji kurma yang sudah matang. Hal tersebut seperti yang dilakukan nabi Muhammad SAW,” katanya.
Ustadz Muhammad Roofi’ juga menyebutkan beberapa syarat wajib puasa yaitu beragama Islam, berakal, baligh (satu fase pertumbuhan anak dalam Islam yang dikenal juga dengan masa pubertas), menetap (bukan sedang dalam perjalan), suci dalam haid dan nifas sepanjang hari, dilaksanakan sesuai waktunya.
Menurutnya, berpuasa juga dibagi ke dalam tiga kelompok.
“Pertama kelompok orang yang diwajibkan puasa yaitu bagi yang sehat dan telah memenuhi kewajiban, kedua orang yang diperbolehkan puasa Qadha (Menggantikan puasa diluar bulan suci) yaitu bagi orang yang haid atau nifas dan juga orang yang dalam keadaan sakit,”
“Ketiga bagi kelompok yang diperintahkan untuk memilih baik puasa ramadhan dan diluar Ramadan bagi orang yang safir (Dalam perjalanan jauh). Kemudian untuk orang yang sedang sakit mengalami kesulitan namun dia menyakini tidak akan mempengaruhi penyakitnya,” terang dia.
Kemudian dalam kitab ini dikatakan bagi orang-orang yang berpuasa akan diberikan pintu surga yang disebut Ar Rayyan. Hamba yang rajin berpuasa di dunia.
“Dalam hadis riwayat Sahl bin Sa’ad disebutkan Nabi SAW bersabda bahwa surga memiliki delapan pintu. Di antara pintu-pintu tersebut ada yang dinamakan pintu Ar Rayyan yang hanya dimasuki oleh orang-orang yang berpuasa,” ucapnya (HR. Bukhari).
Keterangan dari Rasulullah SAW itu menegaskan benarnya janji Allah SWT.
Saat berpuasa, orang-orang yang beriman menahan diri dari hal-hal yang diperbolehkan dalam hari-hari biasa, semisal makan, minum, berhubungan intim (jimak) suami-istri.
“Maka kelak di akhirat, Allah SWT mengganti semua itu dengan sesuatu yang jauh lebih baik dan memasukkan hamba ke dalam pintu surga Ar-Rayyan,” tutur pengajar di Faza islamic school Palembang.
Keutamaan puasa juga mampu membersihkan penyakit-penyakit hati dan menghindari dari sifat buruk dan jelek. Karena puasa bisa menyempitkan jalan syaitan di aliran tubuh manusia.
“Puasa Ramadan juga mengajarkan kita menumbuhkan rasa kasih sayang kepada orang-orang miskin, karena orang yang berpuasa akan mengetahui deritanya menahan lapar dan haus,” pungkasnya. (*/sumber: tribunsumsel.com)
Back to top button