KELUARGA

Melakukan Cara-cara Tersayang Terhadap Istri

Oleh: Bangun Lubis

Apa yang diinginkan oleh seorang wanita terhadap suaminya, tentunya sebuah perlakuan yang teramat baik. Kasih sayang hendaklah menjadi sebuah pilihan yang tinggi dicurahkan kepada para wanita agar rumah tangga bisa aman dan tentram.

Kalau dalam agama Islam disebut sebagai kelaurga sakinah, mawaddah wa rahma yakni  penuh kedamaian, ketentraman dan kasih sayang.

Rasulullah adalah seorang suami yang mampu meninggikan kedudukan para istrinya sebagai bentuk pernghormatan terhadap istri. Ia juga selalu sabar dalam menuruti permintaan isrinya.

Dalam sebuah kisah yang menjadi cerita cinta dalam hadist, Aisyah bercerita tentang sekelompok orang Habasyah yang masuk masjid dan bermain. Ketika Rasulullah berkata kepadaku, “Wahai Humayr, apakah kamu senang melihat mereka?” Aisyah menjawab, “Ya.” Maka Rasulullah berdiri di pintu rumah.

Aisyah menghampirinya dan meletakkan dagu di atas pundaknya serta menyandarkan wajah ke pipi Rasulullah. Di antara ucapan mereka (orang-orang Habasyah) waktu itu, Ab al-Qsim (Rasulullah) yang baik. Lalu Rasulullah berkata, “Cukup.”

Asiyah, Itri Rasulullah yang lain berkata, “Ya Rasulullah, jangan tergesa-gesa.” Beliau pun berdiri lagi dan berkata, “Cukup.” Asiyah menjawab, “Jangan tergesa-gesa, ya Rasulllah.” Bukan melihat mereka bermain yang aku suka, melainkan aku ingin para perempuan tahu kedudukan Rasulullah bagiku dan kedudukanku dari beliau.” (Ahmad bin Syuaib al-Nas, Sunan al-Nas al-Kubr).

Memiliki panggilan sayang kepada istri.

Sebagai ungkapan rasa cinta dan kasih, Rasulullah juga memiliki panggilan khusus kepada istrinya. Hal ini membuat sang istri merasa dihormati dan diistimewakan. Misalnya saja saat Rasulullah memanggil Aisyah dengan panggilan Humayrah karena pipinya yang kemerah-merahan.

Suatu waktu lain, para wanita riuh mengerumuni kediaman Nabi Muhammad SAW pada suatu hari. Mereka beramai-ramai mengadukan sesuatu masalah yang serupa, yaitu kelakuan para suami. Mereka ingin menyampaikan keluhan kepada manusia terbaik itu. Sebabnya, kala itu Umar bin Khattab RA mengadukan kelakukan wanita yang semakin berani terhadap para suami.

Lewat hadis yang diriwayatkan Imam Abu Daud dengan sanad sahih ini, Rasulullah SAW lantas bersabda, “Sungguh telah banyak wanita yang mendatangi keluarga Muhammad untuk mengadukan suaminya. Mereka itu (para suami) bukanlah orang-orang yang terbaik di antara kalian semua.

Lihat Juga :  Janganlah Berlaku Kasar, Menghardik Yatim pun Tak Boleh

Wanita salehah adalah sebaik-baik perhiasan dunia. Karakter wanita memang spesial. Maka, diperlukan juga perlakuan yang amat spesial. Dan, sebaik-baik lelaki yang memperlakukan istrinya adalah Rasulullah SAW. Beliau SAW bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah (suami) yang paling baik terhadap keluarganya dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku.” (HR Tirmidzi)

Memperlakukan wanita, terutama istri, mestilah dengan cara terbaik. Ada beragam pertimbangan untuk menyampaikan sesuatu kepada wanita. Ada pertimbangan rasa, ada momentum psikis, ada karakter, hingga soal kondisi fisik. Memperlakukan sebaik-baik perhiasan dunia, tentu harus dengan cara yang terbaik pula.

Mari kita mencontoh dari seorang lelaki, suami, dan ayah terbaik yang memperlakukan wanita dengan sikap terbaik. Rasulullah SAW senantiasa memberikan wasiat agar berbuat baik kepada kaum wanita. Lelaki hendaknya berlemah lembut serta berbuat baik kepada wanita sebab kondisi mereka. Terlebih lagi, seorang suami tak bisa lepas dari peran istri. Seorang yang bisa mengurus semua kebutuhan sang lelaki. Allah SWT berfirman, “Dan bergaullah dengan mereka secara patut (dengan cara yang baik)… ” (QS an-Nisaa [4] :19)

Perbuatan yang makruf, bukan sekadar baik bisa diejawantahkan dalam bentuk tutur kata yang baik. Perbaiki pula segala tindak tanduk lelaki saat berhadapan dengan wanita. Abu Hurairah RA merekam nasihat Rasulullah SAW soal cara yang ahsan dalam menasihati wanita. Rasulullah SAW bersabda, “Sampaikanlah pesan kebaikan kepada kaum wnaita karena sesungguhnya wanita itu diciptakan dari tulang rusuk, dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah bagian atasnya. Jika kalian ingin meluruskannya, maka kalian mematahkannya, jika kalian biarkan saja, niscaya ia akan tetap bengkok.” (Muttafaq ‘Alaih).

Syekh Salim bin Id Hilali dalam Syarah Riyadhush Shalihin mengungkapkan kandungan dari hadis agung di atas. Pertama, hendaknya seorang lelaki bersikap lemah lembuh kepada kaum wanita kerena kelemahan mereka dan kelemahan akal mereka. Wanita mungkin tidak akan selamanya lurus dalam suatu keadaan. Karenanya, hendaknya para lelaki menyesuaikan diri agar kehidupan rumah tangga bisa harmonis.

 Ketahuilah Sifatnya

Wanita digambarkan diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok. Sifat ini tak bisa dimungkiri. Maka, jangan sekali-kali seorang lelaki memaksakan kehendaknya kepada wanita. Karena jika ia bersikeras meluruskannya, tulang tersebut akan patah. Namun, jika seorang lelaki memilih jalan nabi, bersabar dan menerima segala kekurangannya, maka wanita akan menjadi partner hidup yang sempurna. Sadari dan terima kekurangan, kelemahan akal dan perangainya serta kebengkokan-kebengkokan lainnya.

Lihat Juga :  Kisah Abu Bakar Al-Syibli si Penyayang Kucing

Dengan menyadari kondisi wanita secara psikologis tersebut, mudahlah seorang lelaki untuk menyesuaikan diri. Untuk bersikap terbaik, berusaha mengejar akhlak mulia yang dicontohkan Sang Baginda SAW.

Janganlah para lelaki membenci semua yang ada pada wanita bersebab pada kelemahan yang ada padanya. Bisa jadi seorang wanita memiliki kekurangan. Amat mungkin banyak kekurangan. Namun, di balik kekurangan, pastilah terdapat kelebihannya. Mari, sekali lagi kita simak anjuran Nabi SAW. “Janganlah seorang mukmin laki-laki memarahi seorang mukminat. Jika ia merasa tidak senang terhadap satu perangainya, maka ada perangai lain yang dia sukai.” (HR Muslim).

Usahlah membenci seseorang dengan benci yang amat besar. Usahlah jua mencintai seseorang dengan cinta yang amat dahsyat. Umar bin Khattab RA pernah menasihati Aslam soal membenci dan mencintai yang ideal. Berkatalah Umar, “Wahai Aslam janganlah cintamu menjadikan dirimu bergantung dan janganlah kebencianmu mengakibatkan kehancuran.”

Aslam lantas bertanya, “Bagaimana hal itu bisa terjadi?” Umar menjawab, “Jika kamu jatuh cinta, maka jangan sampai cinta membuatmu tergantung sebagaimana bayi bergantung pada apa yang dicintainya. Dan jika kamu membenci, maka jangan sampai kebencianmu itu menjadikanmu ingin merusak dan membinasakan temanmu.”

Nasihatilah wanitamu karena Allah semata. Gunakanlah akal sehat dan kendalikan perasaan dan emosi agar baik segalanya. Wanita berada dalam kebaikan dan keburukan sehingga ia tidak akan bisa lurus pada satu keadaan. Luruskan dengan nasihat yang amat baik nan makruf.(*)

Back to top button