SYARIAH

Jangan Buka Aib Orang Lain, Bahaya

   Jangankan Berbohong. Bergunjing dengan sesuatu fakta juga ternyata tidak diperkenankan Rasulullah. Apalagi yang bukan fakta, yang berarti kebohongan.

 

ASSAJIDIN.COM – Janganlah menceritakan aib atau kejelekan sesama teman.  Sebuah fakta yang bener adanya, pun tidak boleh. Padahal, yang dibicarakan hanya soal sepele dan ingin menyebut saudara itu hebat dan membicarakan prestasinya.

Apalagi soal usia,  akhlak, agama, pakaian, ihwal keturunan, perilaku keseharian, hingga kekurangan fisik yang ada pada dirinya. Ada kalanya orang lain itu bukannya di jelek-jelekkan, tetapi juga disanjung-sanjung yang membuat saudara kita itu merasa kurang senang, dan merasa malu atas sanjungan itu. Itu pun tak boleh.

Rasulullah SAW bersabda, “Tahukah kalian, apakah ghibah itu?” Para sahabat berkata, “Allah dan rasul-Nya adalah yang lebih tahu.” Rasulullah bersabda, “Yaitu, kamu membicarakan saudaramu dengan sesuatu yang tidak disukainya.” Ditanyakan kepada beliau, “Bagaimana jika apa yang aku katakan itu memang suatu fakta yang ada pada dirinya?”

Beliau bersabda, “Jika apa yang kamu katakan itu memang fakta yang ada pada dirinya, maka kamu berarti telah mengghibahnya (menggunjingkannya). Dan jika ternyata apa yang kamu katakan itu tidak ada pada dirinya, maka berarti kamu telah membuat-buat kebohongan atas dirinya (memfitnahnya).” (HR. Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ahmad, Ad-Darimi, dan Ibnu Hibban).

Bergunjuing dengan sesuatu fakta juga ternyata tidk diperkenankan Rasulullah. Apalagi yang bukan fakta, yang berarti kebohongan.  Ada tiga kategori membicarakan orang lain: ghibah, bohong, gosip. Ghibah itu bila kita membicarakan orang lain dengan sesuatu yang benar-benar terjadi padanya. Bohong bila kita membicarakan orang lain dengan sesuatu yang tidak terjadi padanya. Gosip bila kita membicarakan orang lain dengan sesuatu yang sampai kepada kita.

‘Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang’ (QS. Al-Hujarat [49]: 12).

Lihat Juga :  Tujuh Adab dan Etika Berutang Menurut Islam

Diriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Pada malam mikrajku ke langit ke tujuh, aku melewati sekelompok orang yang memiliki kuku dari tembaga dan kemudian mereka mencakar muka mereka sendiri dengan kuku tersebut. Lalu aku bertanya, ‘Siapakah mereka ya Jibril?’ Lalu dijawab, ‘Mereka adalah orang-orang yang memakan daging manusia dan suka turut campur dalam masalah orang lain.’ ” (HR. Abu Dawud)

*Tutup Aib*

Maka sebagai muslim kita diperintahkan untuk menutupi aib-aib baik aib diri sendiri maupun aib orang lain. Dan Allah memberikan balasan untuk setiap perbuatan yang kita lakukan termasuk merahasiakan aib manusia lain. Selama diri kita menutupi aib orang lain maka Allah akan menutupi aib-aib kita di akhirat nanti.

Sebenarnya, perangai yang baik adalah seseorang yang tidak perlu mengurusi orang lain, atau ikut campur dengan masalah orang lain. Lebih baik, memakluminya saja dan menghindar dari perbincangan tentang orang lain tersebut. Rasulullah bersabda, “Dan barangsiapa yang menutup aib seorang muslim, niscaya Allah menutup aibnya di dunia dan akhirat.” (HR Muslim)

Nabi pun melanjutkan dalam sabdanya; “Wahai orang yang beriman dengan lisannya, tetapi tidak beriman dengan hatinya, janganlah kamu mengumpat kaum muslimin dan janganlah mengintip aib mereka. Barangsiapa yang mengintip aib saudaranya, niscaya Allah akan mengintip aibnya. Siapa yang diintip Allah akan aibnya, maka Allah akan membuka aibnya meskipun dirahasiakan di lubang kendaraannya.” (HR At-Tirmidzi).

Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda, “Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya. Karenanya, ia tidak akan mengkhianatinya, membohonginya dan juga melakukan tipu daya atasnya. Muslim dengan muslim lainnya hendaknya saling menjaga kewibawaan, harta, dan nyawa sesamanya. Sesungguhnya takwa ada di sini (di dada). Cukuplah keburukan bagi seseorang  apabila ia telah mencela saudaranya yang sesama muslim.” (HR. Tirmidzi)

Lihat Juga :  Merugi, Angkot Feeder LRT Berhenti Beroperasi

Mulailah untuk menghentikan segala tindakan memata-matai orang lain serta membuka aib saudara sesama muslim, Karena setiap manusia memiliki aib, dan kita tidak memiliki banyak waktu untuk sibuk ikut campur dalam kehidupan manusia lain.

Terkadang  kita lupa, sebenarnya kita dalam kondisi penuh kebencian dank  iri serta dengki kepada orang lain. Istilag sekarang itu, SMOS ( senang melihat orang susah, susah melihat orang senang. “Ini namanya sakit jiwa,”ujar Indah Pusnita, seorang dosen Ilmu Sosiologi, di Stisipol Candradimuka Palembang kepada Assajidin.com baru-baru ini.

Dalam bukunya berjudul //Materi Kultum Penyejuk Hati//, *Andi Wahyudi*, menguraikan, bahwa seorang muslim yang dapat menutup aib saudaranya dan istrinya maka Allah akan menutup aibnya pula di akhirat kelak, sebagaimana telah disabdakan oleh Rasulullah, “Seorang hamba tidaklah menutub (aib) hamba yang lain di dunia hingga Allah akan menutup (aibnya) di hari Kiamat kelak.” (HR Muslim)

Demikianlah janji Allah kepada orang-orang yang dapat menutupi aib saudaranya di dunia, niscaya Allah akan menutup aibnya pula di akhirat kelak. Sebaliknya, barang siapa yang senang mengumbar aib saudaranya maka Allah akan menimpakannya azabnya yang pedih, sebagaimana termaktub dalam firman-Nya: “Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar perbuatan yang sangat keji itu (berita bohong) tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, mereka mendapat azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS an-Nur [24]: 19) .(*)

Penulis: Bangun Lubis

Back to top button