PENDIDIKAN

Hapus Praktik Senioritas di Pondok Pesantren dengan Memupuk Solidaritas dan Persatuan

ASSAJIDIN.COM — Menghapus praktik senioritas dan perpeloncoan di Pondok Pesantren dan lembaga pendidikan lainnya yang dipenuhi kekerasan ialah dengan memupuk solidaritas dan persatuan.

Menurut KBBI, kekerasan dapat diartikan sebagai perbuatan seseorang atau kelompok orang yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain.

Namun kekerasan tak melulu menyangkut apa yang menyebabkan cedera secara fisik, melainkan dapat pula berbentuk kekerasan verbal. Misalnya, memarahi, memaki, berteriak, menyalahkan, menghina, mengancam, mengejek, merendahkan, dan mengintimidasi.

Aksi kekerasan inilah yang mesti dihilangkan dalam praktik senioritas. Tak hanya di pesantren seperti yang sedang disoroti saat ini, tapi juga di lembaga pendidikan lainnya.

Lihat Juga :  Geliat Penghapal Alquran yang Semangat Belajar di Ponpes Dusun Terpencil Desa Sungai Ceper Kab OKI Sumsel

Seperti diketahui, pondok pesantren menjadi wadah menuntut ilmu agama dan menjadikan alumninya menjadi orang cerdas, beriman, bertakwa, bijaksana dan punya jiwa kepemimpinan yang baik.

Untuk mewujudkan itu, semua pesantren punya organisasi yang dipimpin oleh santri itu sendiri yang tugas sesungguhnya untuk membantu pesantren. Seperti bagian bahasa, keamanan, Pramuka, olahraga, dapur dan lainnya.

Dari sana, oknum santri timbullah rasa senioritas, karena merasa menjadi satu bagian memiliki jabatan tertentu di pondok pesantren.

Pimpinan Pondok Pesantren Al-Hikmah, Ustadz Rahmad Irwani mengatakan, dibentuknya organisasi santri di pesantren tujuannya untuk membantu tugas pesantren dan mendidik santri menjadi bijaksana, punya rasa tanggungjawab dan jiwa kepemimpinan.

“Tujuan awalnya bagus tapi perlu ada pengawasan pembinaan, menanamkan rasa solidaritas dan persatuan,” katanya.

Lihat Juga :  Asyiknya Memanfaatkan Perpustakaan Digital

Menurutnya, senioritas pasti ditemukan di semua lini lembaga, termasuk di pesantren.

Inilah yang jadi tugas dari pesantren sendiri untuk memilih orang yang tepat, memiliki kecerdasan emosional, dan integritas tinggi. Serta memperbaiki program pesantren tersebut.

Menuntut ilmu agama termasuk berjihad di jalan Allah. Sehingga ia mengimbau agar para orang tua untuk tidak ragu untuk menyekolahkan anak di pesantren.

Ketika memberangkatkan anak ke pesantren, maka niatkan untuk mewakapkan jiwa raga anak ini untuk belajar agama Islam.

“Orang tua juga berjihad perasaan, harta, dan waktu. Insyaallah dihitung sebagai ibadah oleh Allah SWT,” katanya. (pitria)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button