Jelajahi Mesir (3) : Rehat Sejenak di Kampus Universitas Al Azhar Kairo

Azhar itu indah. Azhar bukan hanya mengajarkan saya tentang keilmuan, akan tetapi dalam prosesnya Azhar mengajarkan saya akhlak dan praktik spiritual.
(Aksara Bestari/Quora)
ASSAJIDIN COM — Universitas Al Azhar terletak di ibukota Mesir, Kairo. Didirikan sekitar tahun 970-972, universitas ini menjadi satu-satunya universitas di Arab yang masih berdiri menjadi universitas modern. Berdasarkan rangking di QS World University Rankings, universitas ini menduduki peringkat 1201-1400.
Di universitas Al Azhar, tidak hanya ilmu agama islam yang diajarkan, tetapi juga berbagai ilmu seperti Filosofi, Science and Technology, Management and Business Administration, Arts, Languages and Humanities, Agriculture, Dentistry and Medicine.
Universitas Al Azhar juga menjadi pusat studi utama pada ilmu literatur arab dan ilmu keislaman dunia. Perpustakaannya menjadi yang terpenting kedua di Mesir karena memuat berbagai buku yang diterbitkan ratusan tahun lalu.

Daftar Fakultas dan Jurusan
Berikut ini adalah daftar faktultas di Universitas Al-Azhar mesir untuk laki-laki dan perempuan baik di dalam maupun luar provinsi Kairo sebagaimana dikutip dari headline.co.id:
Fakultas Putra
– Kairo :
Fakultas Syariah wal Qanun
Fakultas Bahasa Arab
Fakultas Dirasat Islamiyah
Fakultas Teknik
Fakultas Pertanian
Fakultas Fakultas Teknik Pertanian
Fakultas Kedokteran
Fakultas Kedokteran Gigi
Fakultas Farmasi
Fakultas Sains dan Matematika
Fakultas Perdagangan
Fakultas Adab dan Humaniora
Fakultas Hukum
Fakultas Ushuluddin
Fakultas Kejuruan Al Azhar
Fakultas Media Informasi
Fakultas Pendidikan
Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
Fakultas Dakwah
– Luar Kairo:
Fakultas Kedokteran (Dumyat)
Fakultas Teknik (Qina)
Fakultas Syari’ah wal Qonun (Asyut)
Fakultas Ushuluddin wal Dakwah (Manshourah)
Fakultas Ushuluddin wal Dakwah (Minoufiyah)
Fakultas Bahasa Arab (Minoufiyah)
Fakultas Bahasa Arab (Girja)
Fakultas Syari’ah wal Qonun (Tanta)
Fakultas Dirasat Islamiyah (Qina)
Fakultas Bahasa Arab (Zaqaziq)
Fakultas Sains (Asyut)
Fakultas Dirasat Islamiyah (Aswan)
Fakultas Tarbiyah (Tafahna Al-Asyraf)
Fakultas Bahasa Arab (Asyut)
Fakultas Syari’ah (Damanhur)
Fakultas Kedokteran Gigi (Asyut)
Fakultas Al-Quran dan Qiraat wa Ulumiha (Tanta)
Fakultas Putri
– Kairo :
Fakultas Ekonomi
Fakultas Psikologi
Fakultas Farmasi
Fakultas Kedokteran
Fakultas Dirasat Islamiyah
Fakultas Kedokteran Gigi
Fakultas Sains dan Matematika
Fakultas Teknik
Fakultas Ushuluddin
Fakultas Syariah wal Qanun
Fakultas Bahasa Arab
– Luar Kairo
Fakultas Dirasat Islamiyah (Alexandria)
Fakultas Dirasat Islamiyah (Asyut)
Fakultas Dirasat Islamiyah (Sohaj)
Fakultas Agama Untuk Putri (Asir Ramadhan)
Fakultas Agama Untuk Putri (Thaybah)
Fakultas Ekonomi Dalam Negeri (Tanta)
Fakultas Dirasat Islamiyah (Manshourah)

Orang Pertama
Menurut Martin Van Bruninessen (1992), orang nusantara yang pertama kali belajar di al-Azhar, Abdul Manan Dipomenggolono.
Abdul Manan adalah pendiri pesantren Tremas, Pacitan, Jawa Timur dan juga kakek dari Syekh Mahfudz Tremas.
Dijelaskan di situs resmi NU, KH Abdul Manan Dipomenggolo tinggal di al- Azhar Mesir sekitar 1850 M. Beliau berguru kepada Imam Besar ke-19, Ibrahim Al Bajuri.
Jadi wajar di tahun-tahun itu ditemukan kitab Fath al-Mubin, syarah dari kitab Umm al-Barahin yang merupakan kitab karangan Grand Syekh Ibrahim Bajuri mulai dibaca di beberapa pesantren di Indonesia.
Selain KH Abdul Mannan, Imam Nawawi al-Bantani, termasuk deretan ulama yang pernah belajar dan berkesempatan mengajar di Mesir.
Mengutip Republika co.id, pada 1895, Taher Jalaluddin seorang mahasiswa dari Minangkabau datang ke Kairo untuk misi belajar di al-Azhar.
Kurang lebih tiga tahun ia mendalami ilmu falak di al-Azhar. Selama di al-Azhar, Taher menjalin hubungan yang sangat intens dengan Muhamamad Abduh dan Rasyid Ridha.
Ia sangat mengagumi pemikiran Muahmmad Abduh, bahkan setelah kembali ke tanah air, ia masih terus mengakses pemikiran-pemikiran Muhammad Abduh melalui majalah al-Manar.

Keistimewaan
Ada beragam alasan kenapa orang memilih untuk melanjutkan studi mereka di Universitas Al Azhar Kairo.
1. Sistem Studi di Al Azhar
Mengutip Sudahbaca.com, salah satu keistimewaan Al-Azhar adalah masih memegang dua unsur utama dalam metodologi pendidikannya.
Pertama adalah metode Jami’atau pendidikan di Masjid Al-Azhar dan yang kedua adalah metode jami’ah atau pendidikan di universitas Al-Azhar.
Metode Jami’ atau yang dikenal dengan turats ini, adalah metode pendidikan non formal yang berbentuk seperti kajian keilmuan. Dimana para murid hadir mendengarkan langsung kajian ulama yang pakar di bidangnya.
Tentu dengan rujukan kitab-kitab klasik dari berbagai disiplin ilmu seperti Aqidah, Fiqih, al-Quran, Hadis, dan lain sebagainya.
Di dalam Masjid Al-Azhar ada ruwaq atau ruangan khusus yang biasa digunakan untuk kegiatan belajar dan mengajar.
Selain itu, Masjid Al-Azhar juga mempunyai fanpage resmi yang menampilkan jadwal-jadwal materi pelajaran di Masjid Al-Azhar secara rutin.
Adapun metode jamiah atau pendidikan formal di kampus Al-Azhar, masa pendidikan untuk program S1 adalah 4 tahun. Ditambah program dauroh lughoh atau pembekalan bahasa Arab selama satu tahun.
Terkait dengan sistem pengajarannya, tampaknya Al-Azhar memang disetting seperti presentasi (muhadoroh). Dimana dosen menjelaskan materi kuliah dan mahasiswa diperkenankan untuk bertanya. Jangan kaget tidak memakai sistem absensi diperkuliahannya.
“Meskipun di Al-Azhar tidak ada sistem absensi. Dengan tidak adanya sistem ini mahasiswa bisa lebih fleksibel untuk mengikuti kegiatan di luar kampus, seperti kajian ilmiah yang diselenggarakan di masjid Al-Azhar atau di tempat lainnya yang masih berada di bawah naungan al-Azhar,” jelas Lukman pengelola channel Jejak Nile.
2. Biaya Kuliah Gratis
Sebagaimana yang sudah diketahui bahwa Al-Azhar tidak membebankan uang kuliah untuk program S1 tapi ada biaya administrasi atau ijroat yang harus disetorkan setiap tahunnya atau ketika kenaikan tingkat.
Uniknya, setiap kegiatan ijroat berlangsung, ada hal yang menarik terjadi, seperti antrian yang sangat panjang, pertengkaran karena menyelak, hingga berkeliarannya jasa joki ijroat.
Sedangkan untuk program master dan doktor, dari tahun ajaran 2004/2005, Al-Azhar mulai memungut uang kuliah setiap tahunnya.
Khusus untuk wafidin (mahasiswa asing), program master diharuskan membayar 1500 LE dan untuk program doktor membayar 2000 LE. (Tahun 2022)
3. Harga Kitab Murah
Sebagai negara dengan minat baca yang tidak terlalu tinggi, untuk urusan buku, Mesir masih menjadi tujuan ekspor kitab-kitab darai negara Asia maupun negara lainnya. Terutama buku-buku tentang keislaman.
Selain memiliki kualitas cetakan yang relatif bagus dan harga yang murah, kelengkapan buku menjadi daya tarik bagi banyak orang.
“Di kawasan dekat tempat tinggal saya pun banyak sekali toko buku yang berjejer rapi di setiap ruas gang darrosah. Dari yang klasik sampai kontemporer semua tersedia!,” jelas Lukman.
4. Tidak Ada Skripsi
Bayangkan, kuliah di salah satu kampus tertua di dunia, tapi tidak ada tugas skripsi ataupun karya ilmiah di akhir semester. Sementara di Indonesia skripsi menjadi persyaratan wajib.
Meskipun tidak ada tugas tulis atau skripsi, ujian di Al Azhar terkenal sulit dan sangat panjang. Bahkan bisa memakan waktu satu hingga dua bulan. Setelah itu mahasiswa cukup menunggu hasil kelulusan.
Jika ada yang gagal 3 mata kuliah, maka mahasiswa itu dinyatakan tidak naik tingkat, dan harus mengulangi mata kuliah tersebut pada tahun berikutnya.
“Karya tulis hanya dibebankan untuk mahasiswa Magister dan Doktoral di Al-Azhar, sedangkan mahasiswa S1 tidak,” jelas Lukman.
Salah satu alasan dasar kenapa Al-Azhar tidak membebankan skripsi, lanjut Lukman, karena pembelajaran saat S1 adalah masa bagi mahasiswa untuk mengisi dirinya dengan keilmuan dasar.
5. Pusat Gerakan Islam Moderat Di Dunia
Mesir merupakan wadah peradaban besar yang ada di dunia, sedangkan Al-Azhar merupakan wadah pendidikan Islam yang memiliki sejarah dan dinamika yang panjang.
“Al Azhar merupakan universitas yang sistem pendidikan Islamnya mempunyai reputasi yang sudah diakui secara internasional.
Di bawah kepemimpinan Syekh Besar Ahmed Tayeb dan jajaran ulamanya, Al-Azhar memastikan akan menjadi pusat dari gerkan Islam yang moderat
Hal itu menjadi prioritas utama dalam rangka memperbaiki citra Islam dan menyebarkan nilai nilai Islam yang rahmatan lil alamin, baik di Mesir maupun di seluruh dunia.***