MUSLIMAH

Al Ummu Madrasutul Ula Bukan Hadits tapi Memiliki Makna yang Baik

AsSAJIDIN.COM — Al Ummu Madrasutul Ula adalah pepatah atau mahfudzot berasal dari bahasa Arab.

Kalimat ini bukan hadist, melainkan diungkapkan seorang penyair dalam bait syairnya diambil dari syaikh Shaleh al-Fauzan dalam kitab “Makaanatul mar-ati fil Islam.

Berikut kalimat lengkapnya:

 

Al Ummu Madrasutul Ula iza adadtaha adadta syaban thayyibal araq”.

 

الأم مدرسة إذا أعددتَها

أعددتَ شَعْباً طَيِّبَ الأعراق

artinya:
Ibu adalah madrasah (sekolah) pertama bagi anaknya.

Jika engkau persiapkan ia dengan baik, maka sama halnya engkau persiapkan bangsa yang baik pokok pangkalnya.

 

Maksud Ibu adalah Madrasah (sekolah) pertama

Ibu disebut madrasatul ula berarti sebagai sekolah utama dan pertama bagi seorang anak. Orang pertama menemani hidup seorang anak, seorang ibu memberikan pengajaran dan pembangun pondasi diri anak.

Ibu menjadi guru pertama bagi anaknya, ia juga mengajarkan budi pekerti dari sejak dini, bahkan sejak dalam kandungan, eorang anak ada dalam bimbingannya sedari kecil. Oleh karena itu jasa ibu sangatlah besar.

Lihat Juga :  Penghargaan Islam terhadap Perempuan yang Bekerja, Tokoh-tokoh Perempuan di Zaman Nabi pun Bekerja

Karena itu, bagi para perempuan calon ibu, harus mempersiapkan diri agar dapat menjadi madrasah pertama anaknya. Perempuan harus mendapatkan pendidikan yang baik. Mendapat pendidikan yang baik tidak hanya bertujuan untuk meraih karir, tapi lebih dari itu agar perempuan memiliki ilmu dan wawasan dalam mendidik anak-anaknya kelak.

 

Muslimah Berdaya

Setiap muslimah telah Allah berikan daya berupa kekuatan fisik, akal, dan hati, serta kemampuan finansial. Dengan kekuatan yang Allah titipkan tersebut, setiap muslimah selayaknya tumbuh menjadi muslimah-muslimah yang kuat secara ruhiyah, mental, dan jasmani.

Sabda Rasulullah SAW yang artinya:
“Sesungguhnya apabila salah seorang di antara kamu mengambil tali kemudian mencari kayu bakar dan kayu itu diletakkan di atas punggungnya, hal itu adalah lebih baik daripada ia mendatangi seorang yang kaya raya untuk meminta sesuatu kepadanya, yang ada kalanya ia diberi, dan adakalanya ia tak diberi.” (H.R.: Bukhari dan Muslim).

Lihat Juga :  Bahaya Menikah Modal Hawa Nafsu, Ada Baiknya Libatkan Orang Ketiga

Bagaimana memberdayakan peran setiap muslimah? Caranya sangat sederhana. Setiap muslimah harus memberdayakan dirinya dimulai dari dalam rumahnya. Mengapa? Karena rumah adalah sekolah pertama bagi setiap orang. Jika pendidikan di dalam rumah sukses, maka orang-orang yang keluar dari dalam rumahnya akan menebar manfaat setiap saat.

Bagi muslimah yang belum menikah, maka persiapan baginya adalah mempersiapkan keimanan yang kokoh, rajin menuntut ilmu, gemar membaca buku, serta belajar sejak dini tenteng “membentuk keluarga perindu syurga dan keluarga yang dirindukan oleh syurga”.

Sedangkan bagi muslimah yang telah menyempurnakan separuh agamanya dengan menikah, maka amanahnya lebih berat. Muslimah tersebut harus memberdayakan dirinya untuk mendidik generasi sehingga lahirlah generasi-generasi Rabbaniyah sebagaimana yang diharapkan oleh Allah dan Rasul-Nya. (*/sumber: tribunsumsel.com)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button