CAHAYA RAMADANDUNIA ISLAM

Indahnya Berpuasa di UEA (5-TAMAT) : Mendengar Suara Tembakan Meriam Tanda Berbuka Puasa

ASSAJIDiN.COM — Yunita, begitu ia akrab disapa, adalah perempuan asal Indonesia yang kini menetap di Dubai.

Tahun pertama menjalani Ramadhan di Dubai, ia sempat dikejutkan dengan dentuman suara ledakan jelang Magrib.

Usai menikah pada 2018, Yunita diboyong sang suami untuk tinggal dan menetap di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA).

Kini setelah enam tahun tinggal di Dubai, Yunita sudah paham dengan tradisi dan kebudayaan masyarakat Dubai. Termasuk tradisi saat bulan suci Ramadhan.

 

Foto : ANTARA

Meriam Berbuka Puasa

Saat matahari terbenam sepanjang Ramadhan, suara dentuman meriam terdengar di sejumlah penjuru Kota Dubai, Uni Emirat Arab.

Suara ini lah yang paling dinantikan warga di sore hari karena menjadi penanda waktu berbuka puasa.

Selain itu, ada satu orang yang dicari warga Dubai setiap tahun menjelang waktu berbuka puasa.

Siapa dia?

Dia adalah Letkol Abdulla Tarish Al-Amimi.

Dia sudah selama 8 tahun menyalakan “api” yang sekarang sudah tidak asing lagi dari lokasi meriam utama, yang disiarkan langsung di televisi.

Al-Amimi mengatakan itu adalah tradisi penting yang telah dimodernisasi.

“Meskipun terjadi perubahan di kota dan masyarakat kita, peraturan tersebut tetap tidak berubah dan terus bergema di semua generasi,” tambah Al-Amimi.

Suara meriam yang dapat didengar sejauh 10 kilometer ini telah menjadi tradisi di Uni Emirat Arab (UEA) sejak tahun 1950-an.

Polisi Dubai juga menembakkan dua kali meriam untuk mengumumkan awal dan akhir Ramadhan.

“Polisi Dubai berusaha menjaga tradisi itu tetap hidup karena penembakan meriam mengingatkan orang-orang tentang waktu mereka bisa mengakhiri puasa mereka,” kata Al Amimi.

Menurut protokol, ada empat petugas hadir di setiap penembakan. Dua orang menjaga meriam. Satu petugas memberikan kartrid kosong dan yang lain memuatnya.

Dua petugas tetap di belakang sebagai penjaga meriam dan memberi perintah. Saat waktu buka puasa, petugas memberi perintah dan meriam ditembakkan.

Selama tiga hari, meriam buka puasa akan ditempatkan di Al Satwa, dekat Masjid Agung, Al Quoz, dekat dengan Masjid Al Anbiya’a, Al Lisaili dekat Sekolah Nasional Al Nahda, Lahbab, dekat Lahbab Community Park 1, Al Aweer, dekat Masjid Sheikh Hamdan, Al Khawaneej, dekat Masjid Ahmed Al Habbai dan Muhaisnah dekat Masjid Abdul Rahim Mohammed Kti.

Lihat Juga :  Tempat Wisata di Arab Saudi (16) : Jabal Tsur, Saksi Sejarah Perjuangan Rasulullah 

Dua hari berikutnya, meriam akan ditempatkan di Al Warqa, dekat Masjid Besar, Jebel Ali, dekat Ibn Battuta Mall dan Ain Dubai, Nad Al Sheba, dekat Taman Nad Al Sheba dan Al Barsha dekat Taman Al Buhaira.

 

Foto : Laz Rydha

Suara Azan

Amna Abulhoul, Executive Creative Director of Entertainment and Experiences Expo City Dubai, mengatakan tradisi membunyikan meriam di kalangan Emirati, sebutan untuk penduduk asli Uni Emirat Arab, sudah ada sejak tahun 1950-an, sebelum adanya negara Uni Emirat Arab.

Menurut sejarah, bunyi meriam sebagai penanda berbuka puasa sudah ada di Mesir sejak abad ke-10. Tradisi ini kemudian menyebar ke negara-negara Arab termasuk Uni Emirat Arab.

Kebiasaan ini dilakukan karena pada zaman dulu, warga tidak dapat mendengar suara azan dari masjid yang saat itu tidak dilengkapi dengan pengeras suara.

“Azan hanya terdengar beberapa meter saja. Jadi supaya semua warga tahu ini waktunya buka puasa, polisi Dubai akan memasang meriam menghadap muara, sehingga ketika dibunyikan semua orang akan tahu waktunya berbuka,” kata Amna.

Tradisi ini berlangsung sampai sekarang di semua negara bagian Uni Emirat Arab meskipun sekarang masjid-masjid sudah dilengkapi pengeras suara.

Warga bisa melihat tradisi ini disiarkan di televisi-televisi, tapi wisatawan akan memilih untuk melihatnya secara langsung.

Seremoni membunyikan meriam ini dulu dilakukan di Madinat Jumeirah, tapi kini dipindahkan ke area Hai Ramadan.

“Kami membawa meriam utama ke sini, dengan petugas sama yang sudah lebih dari 10 tahun melakukan (seremoni) meriam ini, petugas ini juga yang kita lihat di televisi,” ujar Amna.

Seremoni ini dijaga oleh sejumlah polisi. Meriam terlebih dahulu diisi dengan bubuk mesiu sehingga ketika dibunyikan asap akan terlihat di udara. Setelah bunyi meriam, azan akan berkumandang.

Tradisi ini menjadi salah satru atraksi menarik di Dubai sepanjang Ramadhan. Selain di Hai Ramadan, tempat populer lainnya untuk bisa melihat tradisi ini adalah di area Burj Khalifa yang berdekatan dengan Dubai Mall dan Souk Al Bahar.

Lihat Juga :  Puasa Ramadhan, Dibalik Keajaiban dan Hikmah

Polisi juga mengumumkan beberapa lokasi mobile cannon seperti Al Satwa Big Mosque, Burj Khalifa, Nad Al Sheba, Al Ghaf Walk, Umm Suqeim Majlis, Zabeel Park, Al Khawaneej Majlis, Festival City dan Dubai International Financial Centre.

Foto : VOI

 

Menarik Wisatawan 

Tradisi ini menarik wisatawan dan pengunjung Dubai, katanya.

“Meriam memiliki daya tarik yang kuat bagi masyarakat, ketika seseorang membawa kembali sebuah tradisi dari tanah airnya, maka secara alami orang lain akan tertarik dan ingin mempelajarinya lebih lanjut,” jelas Al-Amimi.

Anastasiia Chetverikov, turis Dubai asal Rusia, mengatakan ini adalah pengalaman Ramadhan pertamanya.

“Sebagai seorang non-Muslim, saya selalu tertarik dengan perayaan Ramadhan. Sangat menarik untuk mempelajari budaya baru dan merasakan sesuatu yang baru,” kata Chetverikov.

Bahkan bagi umat Islam dari daerah lain, Ramadhan di Dubai adalah pengalaman yang sangat berbeda.

Pengunjung Amerika Elizabeth Ibrahim mengatakan UEA telah menangkap semangat Ramadhan.

“Mendengar azan dengan lantang sungguh luar biasa, kami tidak memiliki hal seperti itu di kampung halaman.

Kanon adalah sesuatu yang baru bagi saya. Saya belum pernah mendengarnya, tapi keren sekali karena digunakan sebagai tanda waktu Maghrib,” tambah Ibrahim.

Luqaimat. (Pinterest)

Penggunaan Meriam

Praktik ini dapat ditelusuri hingga ke Mesir pada abad ke-10 pada masa kekhalifahan Fatimiyah ketika sebuah meriam digunakan untuk mengumumkan buka puasa.

Tahun ini meriam utama telah ditempatkan di Expo City dekat Al-Wasl Plaza yang ikonik sebagai bagian dari perayaan Hai Ramadhan yang kedua.

Menampilkan dekorasi yang terinspirasi oleh Hai Emirat tradisional — kata Arab untuk lingkungan sekitar — Hai Ramadan menyajikan suguhan tradisional klasik termasuk luqaimat, kopi Arab, dan regag.

Sepanjang malam, para pemain menerangi Al-Wasl Plaza yang menampilkan pengalaman bercerita tradisional.

Seorang hakawati — seorang pendongeng kuno — tampil bersama maskot Kota Expo, Rashid dan Latifa, berbagi cerita dan moral tentang bulan suci ini.

Hai Ramadan akan berlangsung hingga 10 April dan buka mulai jam 5 sore (17.00) sampai tengah malam. (Dari berbagai sumber)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button