Tradisi Bulan Suci di Turki (1) : Askida Ekmek, Berbagi Roti Ala Turki Utsmany
ASSAJIDIN.COM — Istilah ini mungkin belum terbiasa kita mendengarnya.
Askıda Ekmek, namanya.
Askida Ekmek secara harfiah berarti roti yang ditangguhkan, sedangkan istilah populer dalam Bahasa Inggris adalah paying it forward.
Askıda Ekmek merupakan tradisi membelikan sisa roti dari toko roti untuk orang yang kurang mampu selama Ramadhan di Turki.
Dalam tradisi Askıda Ekmek, orang-orang di Turki biasanya membeli roti lebih dari toko roti selama bulan Ramadhan dan menggantungkannya di depan toko roti sehingga bisa diambil oleh orang-orang yang membutuhkan, seperti para pengemis atau orang-orang kurang mampu yang tinggal di lingkungan sekitar mereka.
Istilah tersebut berkaitan dengan cara berbagi roti yang telah dijalankan orang Turki sejak beberapa abad yang lalu.
Prinsip utama tradisi roti yang ditangguhkan adalah membantu orang tanpa berharap imbalan atau pengakuan agar penerima bantuan tetap dapat menjaga martabat sembari meningkatkan kesejahteraan hidup mereka.
Menurut BBC, seseorang biasanya membeli dua atau lebih roti, satu roti akan dimakan sendiri, sedangkan roti lainnya akan diberikan kepada orang yang membutuhkan.
Langkah
Secara ringkas, seperti ini langkah dari tradisi Askida Ekmek:
– Pergi ke toko roti
– Beli dua roti, tetapi hanya satu roti yang dibawa pulang
– Saat membayar, beri tahu penjaga toko bahwa salah satu rotinya adalah roti yang ditangguhkan artinya diberikan kepada orang yang membutuhkan
– Maka sang penjaga toko akan menyimpan roti tersebut dan dikumpulkan dengan roti yang ditangguhkan lainnya
– Penjaga toko itulah yang biasanya akan memberikan roti kepada orang yang membutuhkan
– Ketika nantinya ada orang datang ke toko roti tersebut dan bertanya apakah tersedia roti yang ditangguhkan, maka mereka bisa mengambil roti itu secara gratis.
Tradisi ini terlihat di salah satu toko roti di Goztepe, dekat dengan Kadikoy di Istanbul.
Toko tersebut dalam sehari memproduksi sekitar 1.200 roti putih (seperti roti tawar). Ruang kosong pada rak roti yang tidak terisi akan dipenuhi oleh baguette, roti gulung, gandum hitam, multigrain, dan roti jagung.
Ada juga berbagai macam kue, biskuit, dan kue kering (pastry). Pemilik toko roti tersebut terkadang terlihat memberikan roti kepada orang-orang tanpa menerima uang sepeser pun.
Bahkan, beberapa kali sempat terlihat orang-orang membayar untuk dua roti tetapi hanya mengambil satu roti saja
Mirip Konsep Zakat
Menurut Febe Armanios, profesor sejarah dari Middlebury College, Amerika Serikat, Askida Ekmek mirip dengan konsep zakat.
“(Askida Ekmek) adalah sebuah budaya yang berasal dari masa Ottoman dan dihubungkan dengan konsep zakat, salah satu rukun Islam yang berfokus pada berbagai kegiatan amal,” katanya.
Dilansir Daily Sabah, tradisi ini berasal dari praktek para sahabat Nabi Muhammad SAW yang selalu berusaha untuk membagikan makanan mereka dengan orang-orang yang membutuhkan, terutama selama bulan Ramadhan.
Ada lima perkara dalam rukun Islam dan muslim harus memenuhinya untuk menjalani kehidupan yang baik.
Persyaratan zakat dapat dipenuhi dengan memberikan uang atau ketentuan tertentu.
Profesor Armanios, yang fokus meneliti hubungan Kristen dan Islam di Timur Tengah dan sejarah makanan ini, menjelaskan bahwa pemberian ekmek (roti) sangat penting di Turki karena dalam Islam, roti menopang kehidupan, dan perlindungan akan kehidupan itu adalah sebuah hal suci.
“Roti sangat penting untuk dimakan dan mewakili rasa lapar atau penderitaan,” kata Armanios.
Diolah Kembali
Disebutkan pula bahwa roti adalah nimet alias karunia Allah. Roti yang jatuh ke tanah harus segera diambil dan diletakkan di tempat yang tinggi.
Di Turki sendiri roti amat berharga. Kita bisa melihat bagaimana setiap makanan di Turki selalu di dampingi roti. Sisa roti juga tidak dibuang tetapi diolah kembali.
Roti yang sudah lama juga kerap dimasukkan ke kantong plastik dan digantungkan di pagar, siapapun boleh mengambilnya atau dijadikan makanan hewan.
Menurut Arminos, Sultan Ottoman bahkan sampai mengecek ketersediaan dan kualitas roti di Turki. Pembuat kebijakan mengenai pasar yang disebut muhtasib akan mengatur harga roti dan memastikan bahwa roti tidak dibuat dari bahan seperti tepung murahan.
Kesultanan Ottoman juga mendorong masyarakat yang mampu membeli roti untuk berbagi dengan mereka yang membutuhkan.
Konsepnya sama seperti zakat, sehingga yang miskin tidak perlu malu jika identitas mereka diketahui, demikian pula sebaliknya.
Pada masa sekarang, Askida Ekmek juga bisa dilakukan secara online melalui situs yemek.com. Situs ini meminta pembaca untuk merekomendasikan toko yang mempromosikan Askida Ekmek.
Tujuannya supaya orang mendapatkan lebih banyak informasi mengenai toko roti yang menerapkan ini.
Slogan mereka adalah “mari kita bantu orang yang hidup di jalanan yang tidak mampu membeli roti”.
Intinya, Askida Ekmek merupakan salah satu cara untuk membantu sesama tanpa mengharapkan imbalan atau pengakuan sehingga penerimanya dapat mempertahankan martabat dan meningkatkan kehidupan mereka.
Ini adalah cara sederhana namun efektif untuk membantu mereka yang membutuhkan dan berbagi kebahagiaan selama bulan suci Ramadhan. (Dari berbagai sumber)