Tradisi Ramadhan di Arab Saudi (3) : Bergadang Hingga Sahur

ASSAJIDIN.COM — Tradisi warga Arab Saudi lainnya yaitu begadang usai shalat tarawih hingga sahur.

Selepas subuh, warga Mekkah baru tidur. Kota suci umat Islam ini cenderung lebih hidup di malam hari ketimbang siang hari.
Aktivitas malam hari diisi antara lain dengan beribadah, atau berkumpul di halaman rumah, pinggir jalan dan nongkrong di taman kota.
Bahkan beberapa orang akan menghabisakan malam dengan terus terjaga atau begadang hingga waktu sahur datang.
Toko-toko dan pusat perbelanjaan di Arab Saudi justru banyak yang masih buka hingga waktu sahur datang.
Hal ini bisa dilakukan karena pemerintah Arab Saudi juga melonggarkan sejumlah aktivitas, baik untuk murid atau pun para pekerja selama Ramadhan.
Bahkan sebelum tahun 2022, anak sekolah akan libur satu bulan penuh selama Ramadhan.

Lebih Ramai
Ivan Chadafi, seorang guru di Sekolah Indonesia Makkah (SIM), mengungkapkan, Kota Mekkah terasa lebih ramai saat Ramadhan dibandingkan hari biasanya.
Uniknya, Mekkah justru ‘hidup’ di malam hari, sementara siang hari cenderung sepi.
“Di sini hidupnya malam hari, kalau siang jalanan sepi semua orang istirahat, tidur, dan ibadah di dalam rumah,” ujarnya.
Biasanya, sesudah shalat tarawih para laki-laki berkumpul di depan rumah, taman kota, dan pinggir jalan Kota Mekkah untuk bercengkerama. Keramaian itu berlangsung hingga waktu sahur tiba.
Bahkan, toko, pusat perbelanjaan, dan warung masih buka hingga sahur. Warga Mekkah biasanya tidur setelah sahur hingga pagi hari.
“Kalau malam sampai sahur pun toko, mal, warung masih buka, semua orang berkeliaran di mana-mana itu istimewanya. Sesudah sahur sepi sekali,” imbuhnya.
Puteri Firdhani, yang juga berprofesi sebagai guru di Mekkah mengamini pernyataan Ivan.
Ia mengungkapan salah satu kebiasaan masyarakat Mekkah adalah bergadang dari selesai shalat tarawih hingga waktu sahur.
“Salah satu tradisinya, kalau Ramadhan mereka akan bergadang semalam suntuk, karena tarawih selesai pukul 22.00–23.00.
Anak-anak itu pokoknya ‘hidup’ (melek) sampai sahur, habis shalat subuh barulah mereka tidur,” ujarnya.

Musim Panas
Cuaca di Mekkah pada bulan Maret biasanya ditandai dengan suhu yang mulai meningkat walaupun bukan suhu terpanas di Mekkah.
Pada siang hari, suhu dapat mencapai puncaknya, mencapai angka 35 hingga 40 derajat Celsius.
Puteri yang tinggal di Mekkah sejak 2018 menuturkan, Ramadhan biasanya datang pada musim panas.
Bahkan, ia pernah mengalami suhu di Kota Mekkah mencapai 50 derajat celsius ketika Ramadhan.
“Paling panas pernah sampai 50 derajat celsius. Apalagi, kalau Ramadhan setelah Juni memang sedang puncak musim panas.
Oleh sebab itu, kebanyakan warga Mekkah memilih untuk berdiam diri di rumah sepanjang siang hari. Barulah pada malam hari hingga sahur mereka berkumpul.
Kondisi tersebut, lanjut Puteri, juga terjadi di bulan-bulan selain Ramadhan.
“Memang sudah culture mereka. Meskipun tidak Ramadhan mereka ‘hidup’ malam hari.
Misalnya kalau weekend ramainya malam hari, karena di sini panas orang tidak mau keluar kalau masih ada matahari,” ucapnya. (Dari berbagai sumber)